¹⁹

2K 263 46
                                    

Sehari kalau gak ada masalah dalam hidupnya Jisung sepertinya itu mustahil.

Moodnya hari ini : BERANTAKAN.

Kali ini bukan karena skripsi saja. Skripsinya sudah hampir selesai, tinggal konsul sekali dua kali-Jisung tinggal menunggu jadwal untuk sidang skripsinya. Yeayyyy

Tapi, yang membuat moodnya berantakan kali ini karena ...

“Jie, anak-anak pada ngomongin lo sama Pak Jaemin tuh. Heboh sefakultas.”

“Hah? Kok bisa?”

“Ya iyalah, bisa. Siapa yang gak kepo ngeliat lo sering banget semobil sama beliau. Satu angkatan kan taunya lo sama Pak Jaemin bagai anak dan bapak tiri. Wah, diam-diam pacaran ya  lo sama so dosen ganteng itu?”

Dari sekian hal yang Jisung benci di kampus, Jisung paling benci menjadi pusat perhatian karena gosip-gosip yang gak enak didengar.

Jadi males ke kampus. Jadi males ketemu teman-teman seangkatan juga.

Parahnya, mood-Jisung malah semakin anjlok waktu berpapasan dengan Pak Jaemin di depan rumah. Soalnya, tiap ngeliat beliau pasti Jisung keingetan lagi sama gosip-gosip itu.

Walaupun bapak dosennya itu gak salah apa-apa.

Tapi sudah beberapa minggu ini, sikap Pak Jaemin beda banget. Jadi lebih humble.

Jisung jadi penasaran, dosennya itu habis dimasukin jin atau kenapa sih?

Beberapa kali nawarin Jisung berangkat bareng karena kebetulan destinasi mereka sama, tapi selalu Jisung tolak dengan alasan sudah terlanjur pesan taxi online.

Tapi memang sepertinya Tuhan mentakdirkan Jisung untuk bertemu Pak Jaemin hari ini. Ketika Jisung hendak masuk ke lift, Pak Jaemin ada di sana sedang sibuk dengan ponsel pintarnya. Niatnya, ingin naik lift yang selanjutnya aja. Tapi Pak Jaemin keburu menyadari presensi Jisung di depan lift.

Mana Pak Jaemin cuma sendirian, pula. Makin canggung aja.

"Macet, ya."

Satu hal yang baru dari seorang Pak Jaemin-si dosen yang juteknya level tak terhingga ini, dia jadi suka bicara basa-basi dengan Jisung. Pas konsul juga gitu, nanyain kabar.

Padahal sebelumnya boro-boro nanyain kabar, baru dateng aja Jisung langsung kena omel.

"Iya Pak, hehe. Hujan juga." balas Jisung berusaha terlihat talkative.

"Kamu kehujanan?"

Poin ke dua dari perubahan Pak Jaemin adalah, dia kadang suka nanyain hal-hal yang bikin cowok gemes tapi masih jomblo kayak Jisung ini merasa diperhatiin.

Atau mungkin, Jisung-nya aja yang ke-GR-an, ya?

Bercampur dengan rasa gugup, Jisung senyum dan bilang kalau dia seneng hujan-hujanan, jadi gak masalah walaupun kehujanan.

Mendengar jawaban Jisung, Pak Jaemin menghela napas.

"Tau begitu mending tadi bareng saya naik mobil."

Datar, tapi memberikan efek resonansi yang gak biasa di dalam tubuhnya Jisung.

Aduh, gak tau, ya. Yang jelas, Pak Jaemin berubah drastis semenjak dia janji gak akan galak lagi, dengan catatan: Jisung harus rajin konsul, ngerjain revisi tepat waktu, dan gak tergagap-gagap lagi kalo ngomong sama beliau. Pelan-pelan, Jisung mencoba untuk nurutin omongan dosennya-and surprisingly, he really kept his promise.

Tipe-tipe lelaki dewasa yang bisa banget dipegang omongannya.

Tapi semua ini membuat Jisung berpikir, apa benar semua dosen suka mahasiswa yang rajin? Tapi, Yujin gak rajin. Kenapa dia sering ditraktir kopi sama Pak Jaemin? Oke sih Wonyoung rajin, tapi Yujin loh ini, gak di kasih minus pula. Sementara Jisung sendiri yang rajin begini gak pernah ditraktir apa-apa sama dosen pembimbingnya.

𝓢𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼(𝓑𝓮𝓮)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang