satu

990 42 1
                                    

"hyung!" wooyoung narik narik lengan hoodie san. kini keduanya tengah berada dipusat perbelanjaan, dimana disana menjual segala hal, dari makanan hingga peralatan rumah tangga.

"hm?" san yang sedang dalam proses pembayaran pun menatap wooyoung yang berada disebelahnya tengah merengek.

"wuyo mau itu, boleh?" tanyanya dengan wajah andalan untuk meminta sesuatu pada san.

"boneka sapi?" tanya san memastikan setelah menoleh sebentar kearah pandangan wooyoung tadi. wooyoung mengangguk penuh semangat membuat san terkekeh gemas.

"boleh, tapi setelah ini selesai, oke?"

"okee" kemudian san mengusak surai simanis.

.

sepulang berbelanja, seperti biasa san akan membawa wooyoung kekantornya. masih ada beberapa hal yang harus ia selesaikan hari ini. choi san, ceo muda yang berumur 25 tahun.

"duduk yang sopan, hyung gaakan lama" ucap san. "ay yay kapten!" teriak wooyoung semangat disusul senyum manisnya.

wooyoung kini tengah berbaring disofa ruang san sambil memainkan handphonenya. sementara san sibuk dengan jari jemari yang mengetik laptopnya.

cklek!

pintu ruangan terbuka tiba tiba tanpa ketukan. "haishh san! ayo cepat tanda tangani ini, masih ada delapan lembar lagi!"

kim hongjoong, sekretaris pribadi san yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.

"astaga!" wooyoung yang terkejut segera bangun dari rebahannya.

"hyung! kenapa ga ketuk dulu sih?" tanya san dengan nada kesal.

"eh maaf, hyung ngangetin ya? hyung bakal masuk ulang, tunggu" katanya lalu kembali keluar ruangan dan menutup pintu.

tok tok tok

"sajang-nim, boleh saya masuk?" teriaknya dari luar pintu.

"hmmm" balas san malas kemudian memutar bola matanya.

"terimakasih" hongjoong masuk lalu menunduk sopan.

"anda harus menandatangani beberapa berkas ini sajang-nim" ucap hongjoong seraya memberikan 8 lembar kertas yang akan san tandatangani.

"hahaha, wajahmh lucu hyung" wooyoung tertawa melihat kelakuan dua sahabat itu.

"selera humor kita sama berarti?" tanya hongjoong, dijawab anggukan dan tawa yang melengking dari wooyoung. hongjoong pun mengusak gemas surai wooyoung dan dihadiahi tatapan tajam oleh oknum san.

.

20.00

"selesai. wuyo, ayo pulang!" kata san dengan sedikit berteriak agar wooyoung yang sibuk dengan handphonenya mendengar.

"hyung sudah selesai?" wooyoung segera mematikan handphone lalu bergegas menghampiri san kemudian ia memanjat badan tinggi dan tegap tersebut.

"hyung masih kuat ga gendong wuyo sampai tangga? habis itu wuyo bisa jalan sendiri lagi kok" tanya wooyoung ragu, karena ia sadar kalau san baru saja selesai bekerja.

"sampai rumah pun hyung sanggup, ayo" san mulai menggendong wooyoung ala koala. namun setelah sampai tangga, wooyoung ingin diturunkan.

tapi san menolak dan terus berjalan lurus menuruni tangga, untung saja tanggannya berupa eskalator, jadi san hanya diam dengan wooyoung yang masih bergelantung.

itu pemandangan yang sudah biasa namun selalu membuat para karyawan san histeris melihatnya.

.

20.45

"wuyo ga malu, udah besar pun tidurnya masih hyung temenin?" goda san saat mencoba untuk menidurkan wooyoung. tangannya dengan pelan mengusap punggung simanis dan sesekali puk puk pantatnya (?)

"yasudah, wuyo bisa tidur sendiri, hyung boleh keluar kok" wooyoung yang merajuk kemudian membelakangi san sambil memeluk erat boneka sapi yang ia beli sore tadi.

"hyung bercanda, wuyo. maaf, besok kita pergi pagi pagi, jadi hyung harus nidurin wuyo sekarang, ayoo" san jadi panik.

san mendekatkan wajahnya kesurai lembut wooyoung kemudian menghirup aroma shampo bayi kesukaannya itu secara singkat kemudian menjauhkan wajahnya kembali.

"oke, wuyo juga ini mau tidur" wooyoung mencoba memejamkan matanya berusaha tidur tanpa san yang selalu mengelus rambutnya seperti biasa.

dengan terpaksa dan karena tidak ada pilihan. san dengan kedua tangannya mengangkat wooyoung keposisinya semula dan memeluknya sekuat mungkin hingga tidak ada celah untuk wooyoung lepas.

"hyung ih! lepasin wuyo! wuyo bisa kok tidur sendiri!" wooyoung merengek didalam dekapan san.

"hyung minta maaf, wuyo. tidur ya, hyung puk puk" san pun mengecup kening wooyoung. simanis hanya diam dan perlahan menutup matanya tanpa melawan lagi.

setelah merasa nafas wooyoung sudah teratur, san perlahan bangun dan pergi kekamarnya sendiri untuk beristirahat.

bukannya tidak ingin tidur bersama, tapi ia takut akan mengganggu tidur wooyoung karena mungkin ia akan banyak bergerak saat tidur dikarenakan terlalu lelah.

tbc...

my hero [woosan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang