sembilan

253 25 1
                                    

"karena orang tuamu sudah tiada, sudah menjadi kewajiban paman untuk mencarikanmu seorang istri, san" raut wajah san jadi merah karena menahan amarahnya namun sang paman masih saja terus berbicara seolah olah ialah paling berhak mengatur hidupnya.

sedangkan kedua orang yang tengah menguping itu sama sama terkejut. hongjoong menyesal menyuruh wooyoung untuk ikut menguping, tapi itu sudah terlanjur.

tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, wooyoung berhenti mendengarkan pembicaraan san dengan pamannya itu dan memutuskan untuk pergi dari sana.

hongjoong panik dan bingung, apakah ia akan mengejar wooyoung atau menunggu san, tapi karena ia khawatir pada wooyoung, hongjoong memutuskan untuk mengikutinya saja.

wooyoung yang akan menaiki taxi segera ia hentikan, hongjoong pun menahan pergelangan tangannya.

"maaf pak, tidak jadi" ucap hongjoong pada supir taxi. setelah taxi tersebut meninggalkan mereka berdua, wooyoung segera membelakangi hongjoong untuk menyembunyikan matanya yang akan mengeluarkan air tersebut.

"ikut dengan hyung" hongjoong mengajak wooyoung untuk ikut masuk kedalam mobilnya dan kemudian mereka pergi meninggalkan perusahaan. yang ditarik hanya memasrahkan diri dan mengikuti yang lebih tua.

diperjalanan...

"hyung hanya tidak mau kalau kau pergi dengan keadaan seperti ini, wooyoung. san juga tidak akan khawatir kalau kau bersama hyung..." hongjoong menarik napas perlahan sebelum menyambung perkataannya.

"bukannya hyung mau ikut campur dengan urusanmu dengan san, tapi hyung sangat mengerti dengan perasaan kalian berdua"

wooyoung hanya menatap hongjoong dan mengangguk pelan kemudian ia kembali menundukkan kepalanya.

mereka berdua sampai disebuah restaurant yang agak jauh dari perusahaan. saat menunggu makanan datang, hongjoong langsung mengirim pesan panjang lebar pada san yang mengatakan bahwa wooyoung ada bersamanya setelah mengetahui inti percakapan san dengan pamannya.

hongjoong mengalihkan pikiran wooyoung dengan menanyakan kehidupan kuliahnya. seperti yang diharapkan, wooyoung dengan antusias menceritakan semuanya pada hongjoong.

.

sebenarnya san tidak benar benar mendengarkan sang paman yang mendeskripsikan bagaimana wanita yang akan ia jodohkan dengan san.

"paman sudah mengatur pertemuan kalian di restaurant xxx" sambil menunjukkan sebuah foto keluarga yang terdiri dari perempuan itu dan kedua orang tuanya.

"baiklah" ucap san.

"bagus, kau memang anak yang pintar. kalau begitu paman akan pergi, semoga pertemuan kalian lancar, san"

pamannya pulang dengan wajah bahagia, ia tak menyangka kalau san akan mau dijodohkan.

karena san sama sekali tidak membuka handphonenya saat bersama pamannya, jadi mungkin pesan hongjoong akan terlambat sampai kepadanya.

.

karena sudah sangat sore, hongjoong mengantar wooyoung langsung kerumah saja.

"kalau hyung sibuk, hyung bisa kembali keperusahaan lagi. wooyoung bisa sendiri kok" pinta wooyoung saat keluar dari mobil. dengan hati yang lega saat melihat wooyoung kembali tersenyum membuat hongjoong memutuskan untuk kembali ke perusahaan dan meminta penjelasan pada san, karena pesannya tak kunjung dilihat.

"kalau begiti hyung pergi. mandi terus makan jangan lupa" ucapnya sebelum benar benar meninggalkan kediaman san.

wooyoung menekan satu persatu pin agar pintunya terbuka. wooyoung langsung masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. perlahan wooyoung merebahkan tubuh mungilnya pada kasur empuk.

wooyoung berpikir untuk menelpon yeosang untuk curhat hingga ia akhirnya terlelap setelah menutup telepon yang sekiranya 1 jam ia lakukan. biasanya orang akan tidur nyenyak setelah lama menangis.

san pulang terlambat karena berbicara panjang lebar pada hongjoong. ia berniat ingin menemui wooyoung karena ia sudah sangat merindukan adiknya itu. iya adik.

"kok dikunci?"

"wuyo, bukain pintunya!" san sedikit berteriak akan tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

karena tak kunjung dijawab, san yang memiliki kunci cadangan kamar wooyoung pun dengan mudah membukanya. ia melihat wooyoung yang tengah terlelap padahal belum mandi dan tidak mengganti bajunya.

karena melihat posisi tidur wooyoung yang terlihat tidak nyaman, san pun perlahan mengangkat tubuh mungil wooyoung dan membenarkan posisinya.

san buru buru pergi kekamarmya guna membersihkan diri dan kemudian masuk kekamar wooyoung lagi. ia memutuskan untuk tidur bersama malam ini.

.

wooyoung membuka matanya perlahan karena ia merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutnya.

"san hyung?" walau sudah terbiasa, wooyoung tetap saja terkejut saat mendapati san yang tidur sambil memeluknya.

wooyoung sebenarnya masih kesal pada san, tapi wooyoung sadar ia tak mempunyai hak untuk itu. dia hanya seorang anak kecil yang san tolong bertahun tahun yang lalu.

kalau boleh jujur, wooyoung sangat menyukai san lebih dari seorang 'adik' yang mengagumi 'kakanya'. wooyoung benar benar menyukai san dan ingin menjadi kekasihnya.

tapi selama ini wooyoung merasa kalau san tidak memiliki rasa suka atau cinta padanya. oleh sebab itu yang wooyoung lakukan hanyalah memendam perasaan itu dalam dalam.

ia sangat menyukai saat dimana san memanjakannya, mencium pipinya, memeluknya, mengusak rambutnya, dan berbagai hal yang dapat membuat kedua pipinya merona.

"aduh, wuyo belum mandi ternyata" gumam wooyoung yang juga sekaligus membangunkan san.

"wuyo udah bangun?" bukannya meleplaskan pelukan itu, seperti biasa san akan mempereratnya lagi karena merasa sangat nyaman.

"hyung lepasin, wuyo pengen mandi"

"gamau"

"tapi hyung-"

"kan wuyo hari ini gaada kelas, hyung tau" wooyoung nampak terkejut sebab san mengetahui jadwal kelasnya.

"hyung mau main sama kamu hari ini, karena hyung akan sibuk semalam, wuyo" san mengecup sekilas pipi wooyoung yang kalian tau bagaimana reaksi simanis.

"semalaman? jangan jangan..."

"wuyo mikirin apa? yang kemarin?" sontak perkataan san membuat wooyoung terkejut karena ia bisa membaca pikirannya.

"tidak kok!"

"jujur aja"

"iya deh!" wajah wooyoung berubah karena san memaksanya untuk berkata jujur.

bukan menanyainya kenapa, san malah kembali dengan aktivitas memeluk wuyonya.

"hyung terima?" tanya wooyoung tiba tiba.

jadi posisi mereka tu, wooyoung berbaring terlentang terus san meluk dia dari samping, kepala san menghadap pipi wooyoung gituh, jadi san terus nyembunyiin wajahnya dileher wooyoung. paham ga?

san mengangguk dileher wooyoung. degg, jantung wooyoung berdetak lebih cepat dari biasanya menandakan ia terkejut, matanya juga terbuka lebar.

"kenapa, wuyo?" san mendongak ingin melihat wajah wooyoung, namun simanis hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
.
.
.
tbc

my hero [woosan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang