Prolog

51 1 0
                                    

***

Hari ini merupakan hari pertama Kirana bekerja di kantor barunya, "TokoBagus" merupakan perusahaan e-commerce yang sedang melejit namanya. Kirana pindah dari kantor lamanya yang baru diakusisi oleh perusahaan kompetitor. Sedih sebenarnya, cuman ya mau gimana lagi?

Tiba-tiba dering alarm handphone berbunyi dengan keras.

Kriiiing~ Kriiiiing~

Kirana dengan malas mengambil handphone-nya dan melihat sudah pukul berapa sekarang.

07.13 WIB

"Hah!?" teriak Kirana kaget. Hari ini kan hari pertama kerja, kenapa bisa lupa? Tampa buang-buang waktu, Kirana langsung bangun dan bergegas lari ke kamar mandi.

"Rana~ kok belum bangun sih? hari ini, hari pertama kamu bukan?" teriak Fitri dari lantai bawah. "Iya Ma~ aku gak denger alarm ku~" jawab Kirana dari bilik pintu kamar mandinya.

Kirana tinggal bersama Mamanya, mereka tinggal di sebuah perumahan yang cukup ekslusif di tengah kota Jakarta. Rumah mereka, memiliki arsitektur yang elegan. David dan Fitri, orangtua Kirana, bukan hanya memiliki kondisi keuangan yang baik, tetapi juga terkenal atas kesuksesan mereka dalam dunia bisnis yang telah lama mereka geluti.

"Kamu tuh kayak kakakmu toh dek..." Hela nafas Fitri ketika Kirana turun dengan baju yang rapih, "Hari penting tuh harus disiapkan dari kemarinya." tambahnya sembari melanjutkan membaca berita di handphone-nya. "Maaf ma.. tadi HP ku ketutupan bantal, gak denger jadinya..." jawab lemas, sembari duduk di depan meja. Fitri hanya mengangguk serius melanjutkan membaca berita, "Tuh sarapan sudah disiapin Mbak Djum" tambahnya.

Fitri, Ibu Kirana, walaupun terlihat kaku merupakan seorang ibu rumah tangga yang penuh kasih yang telah mengabdikan hidupnya untuk membesarkan kedua putrinya, Kirana dan kakaknya, Aliai. Ia menanamkan pada anak-anaknya nilai-nilai belas kasih dan keyakinan bahwa setiap orang pantas mendapatkan kesempatan yang adil dalam hidup. Kehadiran penuh kasih Fitri menjadi pijakan kokoh dalam keluarga mereka, walaupun tegas selalu memberikan kehangatan.

Sarapan hari ini adalah Bubur Ayam ala Mbak Djum, favorit Kirana. "Ini saya buat spesial buat non..." sahut Mbak Djum. Kirana yang tadi sedikit kesal karena dibandingkan dengan kakaknya, lansung tersenyum. "Yaampun, Mbak Djum Makasih ya.."

"Iya non, hari ini kan mbak ngantor di tempat baru, saya bikin biar non semangat" tambah Mbak Djum. "Aduh Mbak, gausah repot-repot... pindah kerja kan biasa saja mbak." Kirana kembali menjawab, sambil bersiap memakan buburnya.

Bubur Ayam Mbak Djum itu sudah seperti ritual di rumah ini, biasanya setiap ada hari yang spesial Mbak Djum selalu menyempatkan dirinya untuk memasak bubur ini sebagai bentuk doa atau syukuran katanya.

Dalam sekejap bubur pun habis dan Kirana langsung bersiap-siap sembari memesan ojek online "Kamu gak mau dianterin aja sama Pak Marno?" tanya Fitri sambil merapihkan rambut Kirana. "Gapapa Ma, lebih enak pake ojol kalau kata maps" jelas Kirana "Lagian, lebih dekat kok daripada kantor ku yang dulu".

"Yasudah... hati-hati yah jangan lupa doa" Fitri memberi tanganya untuk disalim. "Iya Ma... Eh udah dateng ojolnya, Kirana berangkat ya!" Lekas Kiranaya menyalim tangan ibunya dan langsung berangkat.

Sebenarnya Kirana memilih untuk naik ojol karena dia lebih suka naik motor dibandingkan mobil, dia senang merasakan udara segar dipagi hari. Dulu Papa Kirana, David kerap mengajak Kirana dan kakaknya Aliai jalan memutari komplek dengan motornya. Kirana selalu mengingat ayahnya merupakan seorang pengusaha sukses yang memulai perusahaannya dari nol. Kata Mama ia pintar dan pandai melihat peluang bisnis. Meskipun berhasil, ia tetap rendah hati dan mudah didekati. Dia ingin menggunakan kekayaannya untuk membantu orang yang kurang beruntung.

"Apakah aku bisa sukses seperti Papa?" pikir Kirana dalam hati. Tiba-tiba Kirana menjadi deg-degan karena ia baru benar-benar sadar kalau hari ini menjadi hari pertama di kantor barunya, kira-kira seperti apa ya karyawan-karyawanya? Apakah mereka akan cocok dengan dirinya? Apakah beban kerjanya banyak? Muncul beberapa skenario yang tidak mungkin terjadi di benaknya, sampai-sampai...

"Sudah sampai mbak, ini betulkan titik gedungnya?"

***

Writer's note

Halo semunya,  jadi cerita ini saya buat karena saya memiliki kebiasaan membuat cerita di dalam pikiran ketika hendak tidur, dan setelah berapa lama, saya memutuskan untuk mencoba menuliskannya (sekaligus belajar menulis). Saya melakukan hal ini karena saya merasa bosan dengan fotografi dan videografi, oleh karena itu saya memutuskan untuk mencoba menulis. Karena saya masih belajar, saya mohon maaf pasti akan ada banyak kekurangan dalam penulisan karya ini. Semoga kalian suka ya! jangan lupa untuk follow dan like cerita ini ~

 Semoga kalian suka ya!  jangan lupa untuk follow dan like cerita ini ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirana dan Omar
(Illustrasi oleh Razzi Permana)

The Girl with Stars in Her Eyes [Gadis dengan Bintang-Bintang di Matanya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang