Memasuki rumah Kirana, mereka disambut oleh Mbok Djum yang membukakan pintu, "Eh, Non, sudah pulang... eh, sama siapa ini?" sapa Mbok Djum, wajah tuanya terlihat bingung dengan kehadiran satu tamu yang datang. "Mbok Djum, kenalin ini temen dari kantor, Omar. Omar, ini Mbok Djum," Kirana memperkenalkan Omar kepada Mbok Djum. Dengan sigap, Omar langsung menyalim Mbok Djum, "Permisi, Mbok Djum, saya Omar." Tangan besar Omar menggenggam tangan Mbok Djum yang penuh keriput itu. "Yaampun, gantengnya... ayo, silahkan masuk." Mereka berdua mengikuti Mbok Djum yang semangat melihat kedatangan seorang laki-laki yang dibawa oleh Kirana, mengira bahwa Omar adalah pacar Kirana.Sesampai di ruang tamu, Omar memperhatikan ruangan yang dipenuhi dengan barang-barang antik, serta banyak foto-foto keluarga bersama Kirana yang masih kecil. Matanya juga tertuju pada foto-foto saat Kirana masih SMA. Ketika mereka berada di ruang tamu, mereka disambut oleh Fitri.
"Mama, aku udah pulang, Ma..." sapa Kirana ke ibunya. "Ini temenku, mau ngopi bentar, kasian tadi nganterin aku pulang," jelasnya memperkenalkan Omar kepada ibunya.
"Ooh, sudah pulang. Yaampun, perkenalkan saya Fitri, ibunya Kirana," kata Fitri, lalu Omar langsung menyalim Fitri. "Tante, saya Omar, teman kantor Kirana."
"Dulu Omar satu SMA sama Kirana, Ma.." ucap Kirana.
"Yaampun, dunia kecil sekali ya... Silahkan duduk, Omar," kata Fitri. Mereka semua duduk di ruang tamu. "Kirana, kamu tolong minta Mbok Djum bikin kopi dulu sana," perintah Fitri kepada Kirana. "Okay, Ma..." Kirana menjawab datar, agak kesal karena baru saja duduk. Kirana langsung pergi ke dapur untuk membuat kopi bersama Mbok Djum.
"Jadi, gimana, Omar? Kerjaan Kirana bagus gak di kantor?" tanya Fitri ketika Kirana sudah tidak terlihat. Omar merasa grogi, tidak biasa berbincang dengan orang tua teman-temannya, "Iya, Tante, bagus kok Kirana kerjanya."
"Syukurlah..." wajah Fitri terlihat lega, "Kirana mirip mendiang bapaknya, dia senang sekali bekerja."
"Iya, Tante, setau saya dia sudah mencapai target bulan ini. Termasuk karyawan teladan," canda Omar.
Fitri tertawa, "Terus, dia gak ada yang deketin ya?" tanyanya. "Udah lama single dia, terakhir pacaran itu sama orang gak bener. Eh, seharusnya kamu tahu si Akbar ini kan ya?"
"Kenal, Tante saya dengan si Akbar ini."
Mulut Fitri langsung berubah berbentuk O, "Terus, kamu gak naksir sama anak tante?" tanya lagi dengan bercanda.
Wajah Omar langsung merona, "Mmm, ee, Mmm, gi-gimana, T-tante?" bingung harus menjawab apa, mulutnya gagap.
***
Di dapur, Kirana bersama Mbok Djum membuat kopi bersama. "Non.. itu pacarnya non Kirana?" tanya Mbok Djum, wajah keriputnya terlihat berbinar. Kirana langsung tertawa, pipinya memanas, "Mbok... itu temen kantor aku, kita gak ada apa-apa kok," jelas Kirana.
Wajah Mbok Djum langsung memelas, "Oh, saya kira non udah mau pacaran lagi... soalnya yang ini ganteng, non...". Mendengar itu, Kirana hanya bisa tersenyum, "Ada-ada saja nih, Mbok Djum," ucapnya.
Setelah kopi jadi, Kirana membawa kopi tersebut ke ruang tamu, di sana ia mendengar Ibunya sedang menginterogasi Omar. Ia melihat Omar yang gagap di depan Ibunya.
"Mama ih, ngapain sih nanya begitu!?" sentak Kirana, kesal dengan pertanyaan Ibunya, sambil menaruh cangkir kopi di depan Omar.
Fitri menjawab Kirana dengan tawa, "Mama bercanda doang, Kirana.." sembari mengedip ke Omar.
Omar yang malu mengambil kopi dan langsung meminumnya dengan cepat, tak peduli dengan panasnya.
"Terus-terus, pas SMA kalian temenan atau gimana?" Fitri kembali bertanya, mencoba mengalihkan topik.
"Omar IPA, Ma, jadi gak sekelas kita," jawab Kirana, masih sedikit kesal dengan pertanyaan Ibunya tadi. "Gak terlalu kenal bahkan kita..." perjelasnya. "Tapi siapa yang gak kenal Kirana sih," tambah Omar, sembari menyeruput kopinya, berusaha menahan senyumnya. Fitri tertawa, "Ya jelas, anak tante," bangga dengan kecantikan anaknya.
Mereka mengobrol sampai Fitri izin untuk ke kamar, dan pada saat itu juga Omar meminta izin untuk pulang, "Tante, saya pamit ya," kembali menyalim tangan Fitri, "Sudah malam soalnya...".
Dengan senyum hangat, Fitri memberi tangannya, senang dengan kesopanan Omar. "Baik, terima kasih ya, Omar, sudah nganterin anak cantik tante pulang. Hati-hati yah di jalan."
"Baik, Tante, terima kasih juga untuk kopinya."
"Kirana, anterin dulu Omar keluar ya, Mama mau ke kamar, sudah ngantuk," perintah Fitri kepada Kirana. Kirana langsung mengajak Omar keluar rumah.
Saat mereka sampai di teras, Omar tiba-tiba mengajak Kirana untuk merokok. "Ran, ngerokok bentar dong," tangannya menarik baju Kirana. "Uh... enggak dulu Mar, Ibu gue gatau gue ngerokok"
Di depan mobil Omar, ia menyalakan rokoknya. "Ibu lo gatau lo ngerokok?"
Kirana dengan tawa malu, "Hehehe.. gak tau dia."
"Lucu juga ya." ucap Omar mendengar pengakuan Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl with Stars in Her Eyes [Gadis dengan Bintang-Bintang di Matanya]
RomanceDi tengah hiruk-pikuk Jakarta, Kirana, seorang perempuan muda, baru saja pindah ke kantor baru setelah perusahaannya bangkrut. Di kantor ini, Kirana harus beradaptasi dengan lingkungan yang benar-benar berbeda. Sifat naif dan idealisnya diuji ketika...