14

319 32 0
                                    

Motor Jeno berhenti di depan rumah Lia yang masih terlihat gelap. Sepertinya mama Lia juga belum pulang karena itu baru jam 8 malam. Mereka sendiri sudah makan malam di rumah Jeno karena desakan Tiffany juga. Meski canggung di awal, Lia ternyata bisa membaur juga dengan keluarga Jeno itu dengan cukup baik. Apalagi Joy dan Eric juga suka berbicara dengan Lia jadi meja makan yang biasanya sepi menjadi lebih hidup dan Tiffany suka itu.

"Aku temani sampai Tante Jisoo pulang..." Ucap Jeno sembari melepas helm dan turun dari motornya. Lia sih iya-iya saja meskipun menjadi agak canggung karena status mereka kan berbeda sekarang bukan teman seperti biasa lagi. Dan sejak mereka meresmikan hubungan tadi siang, Jeno jadi bersikap lebih dewasa dan tegas yang membuat Lia sering senyum-senyum sendiri dengan sikap baru yang Jeno tunjukkan.

"Aku mandi dulu. Kamu tunggu aja disini..." Ucap Lia meninggalkan Jeno di ruang tv tapi Jeno menolak dan malah mengikuti Lia ke kamarnya.

"Jen..."

"Cuma mau liat kamarmu aja, sayang..." Tolak Jeno saat Lia berusaha mendorongnya keluar. Jadilah Lia mandi sedangkan Jeno menunggu dalam kamarnya yang bagi Jeno kecil tapi rapi. Ada rak buku yang besar dengan tatanan rapi membuat kamar itu terlihat aestetik.

"Kayak perpustakaan klementinum rasanya..."

Jeno pun melihat beberapa foto yang terpajang di dinding dan kebanyakan adalah foto masa kecil Lia yang nyatanya sejak kecil gadis itu memang terlihat imut sekali tak banyak perubahan dengan yang sekarang. Ia bahkan memfoto lagi semua foto itu dengan Hpnya lalu tertawa pelan melihat hasilnya sembari duduk di kursi busa berbentuk lingkaran yang ada disudut kamar Lia.

20 menit, Lia baru keluar dari kamar mandi dengan keadaan lebih segar. Rambut yang biasa di gerai pun sudah terikat ke atas supaya tak basah saat mandi dan Lia melihat ke arah Jeno yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kenapa?" Tanya Lia heran. Apa ada yang salah dengannya?

Jeno menggeleng lalu tersenyum simpul. Cantik sekali pacarnya dirumah bahkan hanya baru selesai mandi saja. Dia jadi teringat pernah memergoki papanya yang memeluk mamanya setelah sang mama selesai mandi dan pujian papanya yang bilang mamanya lebih wangi. Tapi Jeno dalam hati tentu tak mau melakukan itu juga. Baru juga pacaran, bisa-bisa Lia malah kesal padanya nanti.

Hp Lia berdering dan saat Lia ambil ternyata merupakan telfon dari Yeji. Tanpa memberi tahu, Lia langsung mengangkat telfon itu membuat Jeno penasaran dengan si penelfon dan mendekat ke arah Lia penuh selidik.

"Iya Ji? Udah kok. Wait aku cek dulu..."

Lia segera menuju meja belajarnya dan mencari buku tugas yang Yeji tanyakan. Sahabatnya itu meski pintar juga tapi masih sering menelfon Lia jika ragu dengan jawaban yang dia dapatkan dan membandingkannya dengan pekerjaan Lia.

"Siapa?" Bisik Jeno di telinga Lia yang satunya membuat Lia kaget dan baru sadar Jeno sudah berdiri di belakangnya dengan jarak yang sangat dekat.

"Yeji. Nanya tugas..." Jawab Lia berbisik agak menjauhkan Hpnya dari telinga. Entah kenapa melihat bibir Lia yang bergerak kecil itu malah membuat Jeno gemas dan mengecupnya membuat Lia melotot sedangkan Jeno terkekeh pelan tanpa suara.

"Ssstt...diem... Jangan berisik..." Ucap Lia yang diangguki oleh Jeno. Lia pun kembali mencari tugasnya sedangkan Jeno meletakkan dagunya di bahu Lia.

"Aaa...pantas saja papa suka peluk mama abis mama mandi. Aromanya enak..."

Lia kaget saat merasakan geli di kulit lehernya yang siapa lagi pelakunya kalau bukan Jeno. Sambil menjelaskan pada Yeji, Lia menahan rasa Geli saat hidung bangir Jeno terus mengendus lehernya.

"Ssshh..."

"Kenapa Li?" Tanya Yeji diseberang mendengar rintihan Lia yang lolos membuat Lia panik seketika.

"A-ah...kakiku kejedot meja, Ji..." Bohongnya yang membuat Jeno menunjukkan smirknya lalu teringat sesuatu. Ia pun menurunkan kerah baju Lia yang lain dari tadi siang dan kembali mengigit bahu putih itu membuat Lia lagi-lagi harus menahan suaranya.

"Kenapa Jeno mendadak jadi vampir sih? Suka banget gigit-gigit..." Batinnya namun kembali menyelesaikan penjelasannya pada Yeji.

"Oke deh. Kayaknya aku salah di bagian pembagiannya makanya dari tadi aku ragu. Thanks ya,Li. Btw, kamu udah pulang dari rumah Jeno?" Tanya Yeji terkesan tengah menggoda temannya itu.

"Iya, udah kok..."

"Dianter Jeno, ya? Ciee... So sweet banget..." Ucap Yeji yang membuat Lia malu sendiri juga. Bisa-bisanya Yeji mengejeknya padahal sebelumnya dia yang menyukai Jeno.

"Shut up, Ji. Iya udah aku tutup dulu nih .."

"Oke Li. Thanks ya.."

"Anytime..." Jawab Lia sebelum akhirnya mengakhiri panggilan mereka dan menoleh pada Jeno yang melepas gigitannya dan mengecup tanda yang dia buat dengan bangganya. Bukan masalah besar, karena Lia juga tak pernah berpakaian terbuka. Tapi...

"Kok digigit lagi?"

"Biar adil kanan kiri. Kalau tanda di kiri gak keliatan, jadi tanda yang di kanan keliatan..." Jawab Jeno yang membuat bibir Lia mengerucut tapi dalam hatinya malu juga.

"Li..."

"Hhmmm?"

"Kenapa gak mau jadi ketua OSIS?" Tanya Jeno masih dengan posisi mereka berdiri dan dagu Jeno ada pada bahu Lia.

"Gamau. Capek. Mending jadi wakil aja lebih santai. Lagian ketua cowok kan lebih enak diliat nya..."

Jeno mengangguk setuju. Lagipula, dia juga tak mau Lia nanti sering meninggalkan kelas untuk tugas OSIS saja. Dan memang tubuh besar Jay lebih cocok menjadi ketua OSIS nya. Ya meskipun Jeno agak takut, bagaimana jika Lia malah dekat dengan Jay? Kan mereka ketua dan wakil.

"Jangan suka sama Jay nanti, ya?" Cicit Jeno sambil memeluk pinggang Lia yang membuat Lia menoleh padanya. Baru juga pacaran, sudah cemburu saja dia.

"Gak akan. Kan udah punya pacar sekarang..." Jawab Lia yang membuat Jeno menoleh tersenyum lalu mengecup pipi Lia.

"Iya udah tunggu mama di ruang tamu aja sekalian nonton TV. Ayo..." Ajak Lia yang sebenarnya Jeno malas ingin di kamar Lia saja. Tapi daripada Jisoo berpikir dia macam-macam dengan Lia jadilah Jeno ikut keluar dari kamar aestetik pacarnya itu.

"Kamu bakal bilang sama Tante kalau kita pacaran?"

"Nanti aja kalau ditanya..."

"Kalau gak?"

"Ya gak..." Jawab Lia santai sambil menyalakan TV setelah mereka berdua duduk di sofa yang ada disana. Fyi, rumah Lia itu meski tak besar, tapi tak juga bisa dibilang kecil.

Papanya dulu bekerja di militer jadi gajihnya lebih dari cukup untuk membeli rumah dan perabotan lengkap. Mama Lia juga bekerja di kantor dengan jabatan yang bisa dibilang lumayan. Hanya saja memang mereka hidup sederhana dan Lia merupakan anak yang mandiri. di dukung oleh Jisoo, Lia jadi mendapat izin untuk bekerja part time sekalian melatih mentalnya menurut Jisoo.

Tapi kalau dibanding anak-anak disekolah Lia, keluarganya memang tak ada apa-apanya. Sekolah Lia itu sekolah elit standar internasional. Jadi biaya sekolahnya tentu mahal. Makanya jika bukan karena beasiswa dan bujukan Yeji supaya dia mau menerima beasiswa itu juga Lia tak akan mau sekolah disana.

"Kalau gitu aku yang ngomong biar Tante tau anaknya udah ada yang punya...!"














.
.
.
















story' of us (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang