"oke... Bapak mulai dari yang nilainya terkecil ya. Ini kesempatan untuk kalian memilih teman tugas kelompok guna memperbaiki nilai. Jadi jangan kalian dapat kesempatan bagus, malah milih teman kelompok yang zonk-zonk semua. Supaya gak percuma bapak puter otak buat games biar bisa memberi kalian peluang menambah nilai. Paham semua?"
"Paham pak...!!" Jawab semua anak kompak yang disenyumi oleh Shindong lalu mulai membaca daftar catatan nilainya mapel miliknya.
"Yang poinnya paling rendah... Waahh... Ini banyak yang sama ini poinnya. Kalian harusnya lebih aktif lagi supaya dapat poin. Bapak pilih aja lucky personnya ini ya..." Ucap Shindong sembari melirik semua anak dikelas itu yang terlihat serius menunggunya.
"Pertama, Hwang Renjun. Silahkan maju..."
Renjun tersenyum menjentikkan jari. Jangan tanya kenapa, demi kamera idamannya dia sudah memutar otak dan siap nekat sekarang. Dengan percaya diri, Renjun maju dan berdiri disebelah Shindong menghadap ke arah teman-temannya.
"Jadi Renjun. Pilih 4 orang untuk jadi tim suksesmu. Ingat yang bapak bilang sebelumnya. Pakai kartu keberuntunganku ini sekarang..." Ucap Shindong sambil tertawa pelan melihat wajah tegang semua anak disana.
"Haechan..."
"Llaaahh...!!!"
"Hahahaha...." Semua anak tertawa melihat Shindong yang frustasi karena pilihan pertama Renjun yang tetap saja jatuh pada anak dengan poin terendah di mapelnya.
Frustasi, Shindong pasrah mengusap wajahnya lalu menandai anak yang disebut Renjun. Sementara Haechan yang sempat mendapat sorotan sampai menelungkup kan wajahnya malu sendiri juga.
"Kedua?"
"Jaemin,pak..."
Jaemin mengangkat jempolnya bangga sedangkan lagi-lagi murid kelas itu tertawa melihat Shindong yang makin frustasi saja. Kapan pintarnya mereka kalau kelompoknya itu-itu saja.
"Oke. Yang ketiga, jangan bilang Jeno..."
"Betul pak..."
Lagi tawa kencang memenuhi kelas itu melihat raut wajah percaya diri Renjun dengan senyum lebarnya menoleh pada Shindong yang menatapnya lelah dengan anak itu.
"Astaga...yang terakhir Jun..."
Renjun melihat sekeliling, satu persatu anak dikelasnya dan sempat melihat raut wajah penasaran ketiga temannya itu. Untung saja dia tak sampai tertawa didepan sampai akhirnya dia menyebut satu nama yang membuat semua anak kaget sedangkan Shindong bersorak merayakan kewarasan muridnya itu.
"Lia, pak...!"
Lia yang disebut,langsung menunjuk dirinya sendiri penuh tanya dan mendapat anggukkan pelan dari Renjun. Yeji juga kaget, apalagi sahabatnya akan satu kelompok dengan Jeno.
"Bagaimana Lia? Setuju? Kalau kamu gak setuju juga bapak gak peduli..." Jawab Shindong bercanda sambil menandai nama Lia di catatannya.
"Oke...!" Jawab Lia santai yang mendapat sorakan anak-anak termasuk Haechan dan Jaemin yang langsung menggoncang tubuh Jeno saking exitednya akan rencana Renjun itu. Jeno? Dia mengucap "terimakasih" tanpa suara ke arah Renjun yang dibalas anggukkan pelan oleh Renjun.
"Camera... I'm coming...!"
Lia masuk kedalam kelas selesai istirahat dan langsung meghampiri 4 anak yang duduk di pojok belakang kelas itu hingga mereka panik dan saling memberi kode satu sama lain. Berbeda dari bayangan mereka, Lia nampak tersenyum ke arah mereka lalu berhenti tepat di sebelah meja Jeno yang membuat jantung Jeno berdetak kencang seketika.
"Jadi...ngerjain tugasnya dimana?" Tanya Lia pada keempat anak itu hingga membuat keempatnya saling menoleh satu sama lain.
"Rumah Jeno. Iya kan Jen?" Ucap Renjun yang mau tak mau di angguki oleh Jeno. Dia sudah menebak pasti ini salah satu rencana Renjun juga dan dia pun senang jika Lia mau tentunya.
"Okey... Jeno yang ini... Haechan...Jaemin, kan?" Ucap Lia sambil menunjuk mereka satu persatu yang diangguki oleh mereka. Mereka maklum kalau Lia tak tahu nama mereka. Meskipun dia ketua kelas, nyatanya Lia itu sibuk dan pasti banyak temannya.
"Dimana rumahnya?"
"Di perumahan Kwangya, nomor 127 jawab Jeno pelan berusaha tak terlihat mencurigakan yang dibalas senyum anggukkan oleh Lia.
"Nanti ya, jam 4 kita kumpulnya. Sebentar aja sampe jam 6 soalnya aku kerja juga..." Ucap Lia yang membuat keempat anak itu kaget.
"Kerja?"
"Kamu kerja?" Tanya Haechan kaget namun dijawab anggukkan santai oleh Lia.
"Hhmm...makanya aku gak bisa lama-lama. Tapi 2 jam, itu cukup kok. Tugasnya gak banyak. Kalau gak kelar, aku bisa lanjutin nanti pulang kerja. Gimana? Bisa?" Tanya Lia yang diangguki oleh keempat anak lainnya.
"Kalau boleh tau, kamu kerja apa,Li? Maksudku, kamu masih SMA terus kerja?" Tanya Jaemin bingung yang membuat Lia tertawa pelan karena ekspresinya.
"Kalian bisa sekolah disini kan pasti karena kalian mampu,kan? Kalau aku disini kan cuma ngandelin beasiswa. Aku bukan anak berada macem kalian semua..." Jawab Lia santai tanpa beban yang membuat keempat pemuda itu kaget mendengarnya. Mereka tak pernah tau mengenai itu, atau nyatanya mereka yang tak pernah mendengarnya.
"Kerja dimana?"
"Di cafe. Part time,lumayan kok..."
"Lia...!!"
Suara panggilan itu membuat semua menoleh ke arah Yeji yang nampak malu berjalan ke arahnya. Melihat ke arah keempat pemuda itu tersenyum padanya. Apalagi senyumannya Jeno yang membuatnya suka pada pemuda itu.
"Eheeemm... Mau ada yang diomongin?" Canda Lia terkesan meledek Yeji yang mendapat cubitan pelan di pinggang dari sahabatnya itu.
"Iisshh... Ayo...malu..." Cicit Yeji yang membuat Lia menertawakannya.
"Oke... Aku tinggal dulu. Jun, thanks udah milih aku masuk tim..." Ucap Lia tersenyum ke arah Renjun.
"Thanks juga mau masuk ke tim kita..."
Lia mengangguk lalu bersama Yeji kembali ke meja mereka sambil berbisik-bisik. Sepertinya Lia juga melanjutkan acara menganggu sahabatnya itu hingga terlihat Yeji sesekali kesal dan Lia tertawa puas.
"Jen..." panggil Haechan menepuk bahu Jeno yang duduk didepannya itu.
"Jun?"
"Iya?" Renjun mencondongkan badannya ke depan saat dipanggil oleh Jeno yang sejak tadi tak bersuara menatap ke arah Lia.
"Lanjutin rencana Lo. Apapun itu..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
story' of us (✓)
Fanfiction"itu sebagai tanda kalau kamu udah ada yang punya..." -Jeno "Vampir..." -Lia