"besok inget bawa tugasnya yang kemarin..." Ucap Lia sembari merapikan piring bekas makan mereka dan mencucinya segera sedangkan Jeno memilih mengambil lap dan membersihkan meja bekas mereka makan. Tak pernah sebelumnya, tapi Jeno pernah melihat itu saat Lia bekerja kemarin.
"Iya... Oh iya,Li. Tante pulang jam berapa?" Tanya Jeno yang membuat Lia menoleh.
"Jam 11 malem. Kerja siang soalnya. Kenapa?" Tanya Lia balik yang dijawab gelengan oleh Jeno.
"Berarti biasanya kamu malem sendiri doang dirumah?"
"Kadang-kadang aja. Kan hari ini kebetulan aku gak kerja..."
"Itu cafe nya kak Taeyong,kan? Kakaknya Mark?"
Lia mengerutkan alis dan mengangguk pelan menjawab pertanyaan Jeno.
"Kamu tau juga?"
"Ya iya... Marga kita kan sama,kalau kamu lupa. Kita satu kakek..." Jawab Jeno yang membuat Lia kaget juga karena info baru itu.
"Berarti sama kak Jaehyun juga? Kak Jaehyun kan saudara sepupunya kak Mark katanya. Eh tunggu...marganya beda tapi..."
Melihat itu Jeno tersenyum karena sungguh Lia sangat imut sekali setiap memainkan ekspresinya. Berbeda saat dia memasang wajah datar serius yang terlihat mengintimidasi sekali.
"Papanya kak Mark itu anak pertama. Anak kedua itu mamanya kak Jaehyun yang nikah sama keluarga Jung. Makanya marganya beda. Sedangkan papaku anak ke tiga dan mamanya Eric anak ke empat..." Jelas Jeno yang diangguk pahami oleh Lia.
"Keluarga besar juga rupanya. Tapi kamu keliatan gak Deket sama kak Mark..."
"Soalnya kak Mark itu ngeselin dari kecil. Suka caper sama playing victim. Aku gak suka. Kalau sama kak Taeyong baru aku suka soalnya kak Taeyong baik dan netral orangnya..."
"Sama kak Jaehyun?"
"Gak...ah,bukan...kurang Deket. Kamu tau sendiri kan Jaehyun orangnya gak banyak omong kayak aku..."
"Gak juga. Nih buktinya sekarang kamu banyak omongnya. Mungkin kamu cuma ada di lingkungan yang gak tepat aja makanya kamu males ngomong sama anak lain..." Ucap Lia tertawa pelan yang juga membuat Jeno tertawa mengangguk setuju. Ya, memang lingkungan kelasnya kurang Jeno sukai. Anak-anak perempuan yang suka ngerumpi bahkan banyak yang membentuk geng sendiri hingga kadang saling sindir dimana kelas itu juga dominan anak perempuannya membuat Jeno malas dikelas.
Jeno pun berjalan menuju dapur untuk meletakkan lapnya lagi di tempat semula tepat disebelah Lia. Dia terdiam melihat Lia yang nampak tersenyum mencuci piring. Sangat cantik. Kapan lagi kan dia bisa melihat pemandangan itu? Mungkin, jika dia bisa mendapatkan Lia dan menjadikannya istri. Hehe...sudah jauh saja pemikiran Jeno pada Lia.
"Btw, tadi gimana kamu ngambil tasku? Gak ditanya sama anak lain?" Tanya Lia yang membuyarkan lamunan Jeno.
"Ditanya. Aku bilang aja disuruh kak Mark..." Jawab Jeno santai sambil menyender pada meja dapur sebelah Lia yang membuat Lia sedikit bisa bernafas lega. Dia takut Jeno bicara yang bukan-bukan di depan Yeji. Ah, dia belum siap jika Yeji menaruh curiga padanya nanti.
Lia selesai mencuci piring dan mengeringkan tangannya sebelum akhirnya berdiri menghadap Jeno.
"Gak balik?"
"Ngusir?"
"Gak... Cuma udah gelap..."
"Yang penting aku udah makan malem..." Jawab Jeno yang membuat Lia tertawa dan mengangguk pelan.
"Li..."
"Iya?"
"Mau bantuin aku belajar,gak?"
"Nah...kan...tinggal di bagi aja itu. Selesai dah..." Jelas Lia menunjuk dua angka hingga Jeno mengangguk paham dan mengerjakannya sesuai arahan Lia dan yak! Dia berhasil mengerjakan beberapa rumus matematika yang selama ini dia bingung darimana jawaban didapatkan.
"Waahh...ternyata matematika ilmu yang tidak menyenangkan..." Ucap Jeno sambil menatap tulisannya sendiri yang membuat Lia tertawa lepas. Bisa-bisanya selesai mengerjakan soal anak itu malah bicara demikian. Bukannya bangga pada hasil kerjanya sendiri.
"Wah... Jeno disini?"
Kedua anak itu menoleh pada Jisoo yang baru pulang kerja hingga membuat Lia dan Jeno baru sadar ternyata sudah sangat malam.
"Iya Tante...maaf saya minta tolong Lia buat ngajarin saya..." Ucap Jeno yang disenyumi oleh Jisoo.
"Gapapa... Tante malah lebih senang temen Lia datang untuk belajar daripada ngerumpi gak jelas. Jeno kapan aja kalau ada yang susah, minta tolong ke Lia aja, gapapa..."
"Boleh Tan?"
"Boleh...Tante yang ngizinin..." Ucap Jisoo tersenyum yang diangguki oleh Jeno.
"Iya udah Tan, udah malem, Tante juga udah Dateng. Jeno pamit dulu ya Tan..."
"Ah ..iya...iya... Jangan bilang kamu gak pulang tadi nungguin Lia sendiri ya?" Goda Jisoo yang malah membuat Jeno malu sendiri dan Lia kaget juga dengan itu. Jeno menunggui nya?
"Makasih kalau gitu nak Jeno. Lia, anter Jeno kedepan,sayang..."
"I-iya ma... Ayo Jen..."
"Hhmm... Pamit ya Tante..."
"Iya sayang. Hati-hati ya..."
Jeno mengangguk lalu dengan Lia dia keluar dari rumah menuju motornya.
"Lain kali jangan kayak gitu..." Cibir Lia kesal yang membuat alis Jeno berkerut.
"Gitu gimana?"
"Cckk...gausah nungguin juga..."
"Gak boleh?"
"Ya...boleh... Tapi kan...makin gak enak aku sama kamu Jen. Kamu sering banget bantu aku ..." Cicit Lia merasa tak enak yang membuat Jeno terkekeh pelan.
"Kamu juga bantu aku belajar. Impas kan?"
Lia mengangguk pelan tapi tanpa sadar bibirnya masih manyun saja. Jeno ingin sekali mencubitnya tapi dia ingat Lia sendiri masih sering menjaga jarak dengannya.
"Li..."
"Iya?"
"Bisa bilangin sama Yeji gak. Berhenti suka sama aku. Soalnya aku gak bisa bales perasaannya dia..."
Mendengar itu, Lia terdiam sejenak. Mengangguk ragu, menggeleng pun sungkan.
"Suruh temenmu yang lain aja ya, Jen. Serius aku gak enak sama Yeji..." Ucap Lia yang disenyumi oleh Jeno.
"Tapi kamu jangan marah atau jauhin aku ya gara-gara temenmu aku tolak..." Canda Jeno yang membuat Lia tertawa pelan.
"Gak lah. Kita semua satu kelas gak boleh musuh-musuhan. Aku yakin Yeji juga gak bakal musuhin kamu kok. Dia baik anaknya..." Jawab Lia tersenyum yang membuat Jeno mengangguk pelan.
"Aku harap Yeji emang sebaik itu dan bakal terima nanti kalau dia tau aku sukanya sama kamu, Li. Sahabatnya dia, bukan dia..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
story' of us (✓)
Fanfiction"itu sebagai tanda kalau kamu udah ada yang punya..." -Jeno "Vampir..." -Lia