CHAPTER 12

112 11 6
                                    

CHAPTER 12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 12

Aku tidak lagi memiliki tempat yang bisa kusebut rumah.

* * *

Dengan setiap napas yang diembuskan, Rona merasa dunianya runtuh.

"Aku memperingatkanmu untuk menutup mulut, Rona. Jika kamu membongkar ini semua, aku pastikan kamu yang menanggung malu sendiri," bisikan gelap itu masih bergaung di telinganya.

Pagi itu Rona terbangun dengan ketakutan yang sudah mencapai level maksimal. Tetapi ia tidak bisa bergerak di kasurnya ketika melihat iblis itu menahan dagunya dengan tatapan yang lebih menusuk daripada segala rasa ketakutan yang pernah dirasakannya. Rona berusaha melawan, melindungi dirinya, namun justru terjebak dalam garis ketidakberdayaan.

Berakhir dengan bertemu iblis dalam wujud ayahnya sendiri, orang yang seharusnya melindungi dari bahaya. Tetapi bahaya itu, mengintai di depan mata Rona. Ia tidak lagi memanggilnya 'papa', dia bukan lagi sosok ayah yang pantas diakui.

Dia tidak akan lagi sama. Dia tidak akan pernah lagi menjadi papanya.

Sendirian, Rona terdiam di kamar, tangisnya tak kunjung berhenti. Ia mencoba menyembunyikan tubuhnya yang telah dirusak, menarik selimut dengan gemetar. Dia tidak ingin melihat, tidak ingin dilihat oleh orang lain. Merasa menjijikkan.

Apa yang akan orang lain pikirkan? Apa orang lain percaya jika Rona membongkar kelakuan bejat iblis itu? Apa mereka akan percaya?

Bisa saja orang lain berpikir Rona tidak lagi perawan karena memiliki hubungan dengan seorang laki-laki. Terkadang manusia selalu berpikir tentang hal buruk mengenai orang lain seakan sudah seperti kebiasaan orang itu. Mereka tidak akan percaya bahwa Rona telah diperkosa oleh ayahnya sendiri.

Tidak ada rekaman untuk Rona berikan sebagai bukti. Rona juga tidak bisa melawan papanya di depan hukum. Dia bisa melakukan segala cara untuk membuat Rona malah terlihat bersalah. Dia ... memiliki segala hal untuk membuatnya menang.

Rona membuka selimut, meraih ponsel di meja. Nama Kier dan nomornya menyita perhatiannya. Jika ia meminta bantuan, apa Kier bisa membantunya? Apa Kier bisa menolong Rona untuk terbebas dari masalahnya?

Tetapi bagaimana kalau tidak? Bagaimana jika Kier tahunya kalau Rona berbohong? Kier mungkin akan memandang Rona dengan begitu rendahnya.

Tangisan Rona mengalir lagi. Niat meminta bantuan terhenti. Dia menyimpannya, menjaga rahasia dan penderitaannya sendiri.

* * *

Kier sudah bangun sejak tadi pukul empat pagi. Ia juga sudah berolahraga lari sebentar di depan rumah. Namun ketika ia masuk ke dalam kamar, bersandar pada dinding kasur sambil memeriksa ponsel, ia tidak menemukan pesan apa pun dari Rona. Padahal ia sudah meminta cewek itu untuk menghubunginya jika terjadi apa-apa.

Jika Warna Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang