CHAPTER 03
Menyedihkan ketika mimpi kita yang paling indah, hanya tetap menjadi mimpi.
* * *
Rona menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan. Ia telah menyendiri di dalam kamarnya dan menangis semalaman. Setelah kemarin ia merobek lukisannya sendiri di tengah kegelapan Tealuxe Gallery. Sekarang lukisan itu sudah hancur sama seperti keadaan dirinya saat ini.
Tapi ia tidak ingin semua orang tahu. Rona tidak mau wajah penuh tangisnya terlihat oleh orang lain. Mereka semua tidak perlu tahu bagaimana hancurnya Rona sekarang.
Meski siang hari ini, Rona harus datang ke kampus kembali untuk mengambil lukisannya di Tealuxe Gallery, tapi ia tahu sebenarnya tidak perlu ada yang diambil. Itu semua sudah hilang, lenyap, dan tidak ada yang perlu Rona selamatkan lagi.
"Rona!" Seaira berteriak panik hingga beberapa orang menoleh ke arahnya. "Lukisan lo gak ada?"
Rona yang mendengar itu menaikkan alisnya. "Gak ada gimana?"
"Lo belum ambil lukisannya kan?" tanya Seaira memastikan. "Tapi sekarang gak ada lukisan lo di sini. Siapa yang ambil?"
Bukannya memastikan pada bingkai, Rona malah menunduk dan mencari lukisannya di lantai. Tapi benar kata Seaira, lukisan Rona menghilang bahkan di lantai pun sudah tidak ada lagi. Rona ingat ia merobeknya dan semestinya lukisannya itu masih ada di sini. Rona tidak membawanya pulang karena ia tahu akan pergi ke kampus lagi esok harinya.
"Apa ada maling?" Seaira kembali bertanya. "Siapa yang maling lukisan lo?"
Rona tidak tahu. Sejujurnya ia juga tidak peduli ke mana lukisannya pergi atau mungkin sudah dibuang oleh petugas kebersihan karena berantakan. Tetapi Rona tidak mungkin bilang bahwa ia merobek lukisannya sendiri. Meski sekarang Seaira panik, seolah-olah lukisan itu sangat berarti.
"Ah ... iya ...," balas Rona mencari alasan. "Gue lupa udah bawa pulang semalam."
"Hah?" Seaira tidak menyangka mendengar ucapan temannya itu. "Gimana sih? Bikin gue panik aja!"
Rona tersenyum menampilkan rasa bersalah. Meskipun ia juga tidak tahu lukisannya berakhir di mana. Mungkin di tempat sampah? Tempat yang tepat untuk lukisan yang tidak memiliki pengunjung.
Setelahnya Rona membiarkan Seaira merapikan lukisan cewek itu. Ia memperhatikan mahasiswa Seni Lukis lainnya yang juga sedang mengambil lukisan mereka. Tealuxe Gallery selalu ramai dengan para mahasiswa Seni Lukis dan pengunjung menjelang pameran, namun tidak ada yang sadar bahwa tempat yang menunjukkan banyak sekali warna ini bisa menampilkan kegelapan yang menyeramkan.
Perhatian Rona teralihkan pada Annika, cewek itu sedang berjalan seorang diri menuju pintu keluar. Rona tidak ingin peduli tapi kakinya melangkah mengikuti Annika. Langkahnya seperti memiliki kecepatan yang sama seperti Annika atau mungkin lebih cepat untuk mencapai cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Warna Tidak Pernah Ada
Romance"Cinta itu memang indah, tapi apa kamu bersedia jika cinta membuatmu kehilangan dirimu sendiri?" Bagi Rona, hidup seperti palet warna yang tidak menentu. Satu waktu, warna bisa sangat cerah, namun di lain waktu bisa tiba-tiba berubah menjadi gelap d...