[3] Sad and Sky

21 6 0
                                    

Bibi kehilangan kedua orang tuanya bertahun-tahun yang lalu, ketika politik sedang panas-panasnya di negeri Anamiba dan ayah Bibi yang menjadi saksi kunci dari busuknya perdana menteri dari kekaisaran Anamiba. Bibi masih ingat betapa mencekamnya terror yang mengelilingi rumahnya pada saat itu, atau bahkan orang asing yang mengikuti langkah mereka, kemanapun mereka pergi. Akhirnya, ayah dan ibu Bibi pun meninggal tanpa alasan yang jelas. Katanya, kecelakaan biasa. Namun, Bibi yakin, itu adalah ulah orang-orang yang memiliki kekuasaan jauh di atas mereka dan takut rahasianya dibocorkan oleh ayah Bibi.

Sejak ayah dan ibunya tak ada, Bibi kerap berusaha menyibukkan diri ataupun mengalihkan perhatiannya ke hal lain agar dia tak hanyut di dalam kesedihan. Salah satunya, tidur. Tidur adalah obat baginya. Meskipun hanya sebentar, setidaknya dia melupakan segala masalahnya saat tidur. Sejak itulah Bibi mengambil waktu tidur yang lebih banyak dari seharusnya. Awalnya, itu hanyalah sebuah usaha untuk menyelamatkan diri dari kesedihan dan kesepian.

Tapi, ternyata kalau jadi kebiasaan, sedep juga.

Kepergian ayah dan ibu juga menjadi salah satu alasan Bibi belajar ilmu bela diri. Dia ingin melindungi kedua orang tuanya. Setelah mereka tak ada, tak ada yang bisa menjaga Bibi selain dirinya sendiri. Dia berada di atas ring mengikuti kata hatinya, tak jarang mengalami pertumpahan darah ataupun cedera hebat. Sampai akhirnya, keadaan memaksanya untuk beralih profesi, yaitu menjadi seorang pahlawan super yang sejujurnya tak Bibi inginkan.

Itulah alasan Kaisar Naotama menaruh perhatian lebih kepada Bibi. Rasa bersalah yang sangat besar akibat kehendak kaisar sebelumnya, ayahanda dari Kaisar Naotama itu, membuat Kaisar Naotama tak sampai hati membiarkan Bibi, anak tak berdosa jadi hidup sebatangkara. Kaisar Naotama selalu menjaga Bibi dari jauh, menganggap Bibi seperti anaknya sendiri. Untungnya, Bibi tak pernah menyimpan dendam, apalagi mendorong Kaisar Naotama menjauh, meskipun orang tua dari Kaisar Naotama adalah alasan kematian mendadak ayah dan ibu Bibi dan itu sudah menjadi rahasia umum.

Sampai suatu hari, Bibi terbangun karena sirene yang dibunyikan kencang sekali, menandakan bahwa ada berita darurat yang ingin disampaikan kepada rakyat. Bibi yang awalnya masih mengantuk berat, lantas melebarkan matanya ketika dia mendengar kabar bahwa Kaisar Naotama sudah tak ada. Pria itu terkena racun dari laba-laba kecil yang ada di ruang kerjanya, yang Bibi ketahui, sudah pasti itu bukanlah laba-laba biasa setelah otopsi yang dilakukan dokter forensik yang menangani Kaisar Naotama. Barangkali, itu adalah racun yang memang sengaja ditaruh oleh oknum dari negara luar untuk menyakiti Kaisar Naotama.

Bibi datang lagi ke rumah Agnes, hari ini. Biasanya, Bibi selalu datang pada siang atau sore hari, tapi kali ini, Agnes baru bisa dikunjungi pada malam hari. Bibi enggan menanyakan alasannya karena dia sudah tau. Agnes pasti merasa sangat sedih karena Kaisar Naotama, orang yang berpengaruh besar di kalangan ilmuan negeri Anamiba, hari ini mendadak pergi dan alasannya adalah sesuatu yang memang mereka takutkan, yaitu serangan negara luar.

"Kusut banget, kayanya," komentar Bibi tersenyum mentah ketika Agnes baru saja membukakan pintu rumahnya.

"Kamu juga," balas Agnes, tersenyum miris.

Bibi mengangguk. "Ya."

Sudah jelas, mereka sedang sama-sama berduka.

Mereka pun melakukan penelitian dan pembuatan ramuan seperti biasa, tapi kali ini, lebih banyak keheningan yang bersarang. Bibi bisa melihat mata Agnes yang sembab karena habis menangis dan Agnes bisa melihat wajah lesu Bibi karena menahan kesedihan yang dalam.

"Kalau kita gagal nyelamatin negara ini dan kekuasaan jatuh ke negeri Arawsok…" Bibi menghela napasnya, menggantungkan ucapannya. "Gimana?"

"Mungkin, kita dijadiin budak dan dijual ke negara lain," jawab Agnes. "Tapi, yang pasti… artinya aku gagal."

Sleeby Eyes [Miniseri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang