[4] The Monster

17 6 0
                                    

"Untuk jadi pahlawan super, bukannya biasanya kita butuh kostum, ya?" tanya Bibi, berdiri di depan cermin. "Aku gak mau pake celana dalem di luar celana, oke."

Agnes diam sejenak, mengamati tubuh Bibi. "Kita butuh kostum yang emang menggambarkan kekuatan yang kamu punya."

"Aku bahkan gak tau kekuatan apa aja yang sebenernya kupunya," Bibi menaikkan kedua bahunya, menatap Agnes dengan penuh kebingungan. "Apa kekuatanku? Kamu yang tau."

"Kalau terbang, itu kekuatan dasar yang semua pahlawan super punya. Kalau kekuatan istimewa kamu… yah kekuatan fisik dan penyembuhan," jawab Agnes, bangun dari duduknya dan berjalan menuju lemari. "Sebelumnya, nama pahlawan apa yang tepat buat kamu?"

"Hm, menarik," kata Bibi tersenyum, berpikir keras. "The Tiger? The Shark?"

"Apa? Kenapa nama hewan?"

"Ya, keren aja gitu," kekeh Bibi. "Oh, atau The Doctor karena penyembuhan?"

"Sleeby Eyes?" saran Agnes, menempelkan pakaian berwarna biru tua di tubuh Bibi, sekedar mencoba mencocokkan warnanya. "Sleeby untuk Sleepy Bibi. Disingkat jadi SE."

"Sarjana Ekonomi kali, ah," ujar Bibi. "Tapi, bagus, sih. Yaudah, itu aja."

"Lah, beneran setuju," kekeh Agnes. "Kalau gitu, warna biru bakalan cocok untuk kostum dan sepatu kamu. Terus, corak biru campur putih untuk penutup mata."

"Aku ngerasa kaya anak kecil yang lagi main superhero," komentar Bibi. "Harus banget pake kostum?"

"Itu ciri khas biar orang setempat tau kamu itu pahlawan super."

Bruk.

Agnes menghela napasnya. Ini sudah sering terjadi tiap kali mereka sedang berdiskusi ataupun pengambilan sampel dan pembuatan ramuan, Bibi sering tiba-tiba jatuh tertidur dan Agnes akan membiarkannya terbangun lima jam setelahnya, atau bahkan keesokan paginya. Dalam hati, Agnes pun sebenarnya merutuki dirinya sendiri yang masih belum menemukan ramuan sebagai solusi dari rasa kantuk Bibi.

Sejak kepergian Kaisar Naotama, anaknya pun mewariskan kekuasaan tersebut. Hidup terus berjalan. Serangan tetap ada meskipun datang tak secara terus menerus, tapi Bibi sebagai salah satu pahlawan super juga harus memasang badan tiap saat. Bibi latihan dengan keras untuk mengendalikan kekuatannya.

Pahlawan super itu diambil dari ahli bela diri di negeri Anamiba tersebut, yang artinya, pahlawan super itupun kebanyakan orang-orang yang sudah Bibi kenal sebelumnya. Mereka jadi sering latihan bersama untuk mengendalikan kekuatan mereka, bahkan saling berbagi cerita. Bibi mengetahui bahwa ternyata ada banyak kekuatan keren lainnya yang orang-orang miliki, seperti Ade yang memiliki kekuatan teleportasi, Ichan yang memiliki kekuatan telekinesis, Roy yang memiliki kekuatan menghentikan waktu, Ronald yang memiliki kekuatan kecepatan, Felix yang memiliki kekuatan object creation, dan masih banyak lagi.

Bibi tak mengerti kenapa dia hanya memiliki kekuatan penyembuhan dan kekuatan fisik super, yang rasanya sangat tidak keren. Dia memang memiliki dua kekuatan istimewa sedangkan orang hanya memiliki satu, tapi tetap saja, menurutnya kekuatan penyembuhan itu tidak berguna sekali.

Serangan lain datang lagi, hari ini. Tepat ketika Bibi sedang baru saja hendak menaiki bus untuk mengantarkannya ke tempat latihan tinju, dia melihat monster dari atas, datang menggunakan sebuah mesin yang membantunya memasuki wilayah negeri Anamiba dengan mudahnya. Bibi pun membatalkan langkahnya dari tangga kecil di depan pintu bus tersebut, mendongak ke atas, menatap tajam ke arah monster raksasa yang menyeringai ke arahnya.

Bibi yang dalam hitungan detik mengenakan kostum berwarna biru itupun berdiri paling depan, berusaha melindungi semua orang yang menatap takut di belakangnya.

"Bibi, ya," gumam monster tersebut dengan suara beratnya. Semua orang di sini pun kaget karena monster yang sudah beberapa bulan ini menyerang negeri mereka, baru kali ini berbicara, apalagi langsung mengenali Bibi. "Ingat aku?"

"Kenapa harus kaya gini?" tanya Bibi, mengepalkan tangannya. Sepersekian detik, tangan kanannya berubah menjadi kepalan logam keras berwarna abu-abu, sudah jelas bagaimana rasanya jika bogeman itu mendarat di tubuh. Ini salah satu bentuk kekuatan Bibi, yaitu kekuatan fisik super. "Apa yang kalian mau?"

"Anamiba," jawab monster itu singkat, padat, dan jelas.

"Aku peringatin kamu untuk mundur," kata Bibi. Tubuhnya mulai melayang, Bibi mulai mengontrol tubuhnya untuk terbang naik dan menyeimbangkan tinggi dengan monster yang lebih besar dan tinggi tersebut.

"Aku tanya, kamu ingat aku, gak?" tanya monster itu lagi. "Satyadi. Kamu gak tau nama itu?"

Bibi menoleh ke bawah. Semua orang yang ada di bawah sana terdiam, menatap ketakutan, menaruh harapan yang penuh kepada Bibi untuk  melindungi mereka semua. "Udah omong kosongnya. Pergi sekarang."

"Oh, ya?" Monster itu menyeringai. "Gimana kalau gini?"

Monster itu menembakkan air liurnya ke arah semua orang yang ada di bawah sana. Seketika, orang-orang yang terkena air liur tersebut pun terjatuh di posisinya masing-masing.

Tanpa menunggu lama, Bibi pun segera meraih baliho besar yang ada di pinggir jalan, lalu melindungi semua orang di bawah baliho tersebut dari air liur yang ingin ditembakkan oleh monster itu lagi. Monster itu tetap menembakkan air liurnya ke baliho tersebut, seketika membuat baliho itu mengkristal.

Bibi pun mengaktifkan kekuatan supernya. Tak lama berselang, Bibi segera menjadikan kepalan logam di tangan kanannya menjadi bola logam yang keras, lalu melemparkannya ke arah monster tersebut. Monster tersebut yang tak berekspektasi hal itu terjadi, lantas terhuyung mundur karena bola logam itu masuk ke mata sebelah kanannya.

Secepat kilat, Bibi mengambil kesempatan dengan terbang mendekat, berniat menyerang monster tersebut dari dekat. Dengan kepalan tangan logam yang keras, Bibi pun mendaratkan sebuah bogeman tepat di wajah monster tersebut, membuat monster itu jatuh terpental jauh ke belakang, tak bisa menahan kekuatan besar yang Bibi daratkan.

"Sialan. Badanku sampe retak," kata monster tersebut, geram.

Tak berhenti di situ, Bibi lagi-lagi terbang mendekat, berencana untuk mendaratkan pukulan sekali lagi.

"Dengar ya, Bibi. Musuhku itu bukan kamu," ucap monster tersebut, menyita perhatian Bibi. "Kamu salah kalau nganggep aku musuh."

Bibi mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"

BUGH!

Satu pukulan mulus membuat tubuh Bibi jatuh terpental jauh ke belakang. Monster itu segera kabur dengan mesin miliknya setelah berhasil membuat Bibi jatuh kesakitan.

Sleeby Eyes [Miniseri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang