1

72 79 5
                                    

👑 🐹 👑

👑 🐹 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎃🎃🎃

Minggu berikutnya aku kembali ke sekolah, sesuai saran ayah aku mencari siswa membawa kamera ke mana-mana. Ayah berpesan aku harus melapor ke guru atau meneleponnya jika teman-temanku berulah, tetapi suasana sekolah tampak terlalu tenang.

Teman-temanku bersikap seolah-olah aku tidak ada, menyakitkan memang tapi ini lebih baik dari pada dicemooh dengan kata-kata tidak pantas dan diceburkan ke dalam kloset. Kucoba menikmati ketenangan ini meski terasa ganjil, sembari mencari siswa dengan kamera yang tidak bisa kutemukan di mana pun.

Sejujurnya aku tahu dia sekelas denganku, sahabat Jimin tapi aku lupa nama dan wajahnya secara detail.

Keesokan harinya aku datang lagi ke sekolah dan menunda kepindahanku, suasana kelas tampak lebih normal dari kemarin. Setidaknya, meskipun dianggap tidak ada, beberapa kali mereka kedapatan bersitatap denganku. Termasuk Jungkook, pemuda itu tiba-tiba mendatangi kursiku dan menawarkan makan siang bersama.

"Apa yang terjadi?" Akhirnya aku menyuarakan kebingungan, sikap semua orang terasa asing dan mereka tampak tertekan bila berpapasan denganku.

"Tidak ada," jawab Jungkook sekenanya. "Anggap saja semua sudah berakhir, kita akan menjalani tahun terakhir ini dalam ketenangan."

Hanya itu jawaban yang kudapat dan siswa dengan kamera tetap tidak pernah datang ke sekolah sampai hari kelulusan.

--

Aku tertegun dalam ketidak percayaan, cerita yang kubaca terasa begitu familiar. Buru-buru kubuka halaman berikutnya tapi ternyata kosong. Kuperhatikan sampul buku untuk mencari nama si pengarang. Nihil. Baru kusadari sampul hitam itu benar-benar kosong.

"Oh, maaf, sudah lama menunggu?"

Gesekan pintu yang dibuka dan suara berat Profesor Seokjin mengalihkan perhatianku. Aku bergegas meletakkan novel tanpa judul di atas novel Tolkien, lalu menyambut Profesor Seokjin dengan senyum sopan yang agak kutata.

"Kau sedang membacanya?" Profesor Seokjin melirik novel tanpa judul di meja, selagi beliau menerima laporanku untuk di tanda tangan.

"Apa seharusnya aku tidak membacanya, Prof?" komentarku setengah ragu. "Ini seperti buku harian seseorang ketimbang novel dan tulisannya belum selesai."

"Kau tahu jawabannya, Taehyung, kenapa buku itu tidak pernah selesai."

Profesor Seokjin menyerahkan kembali laporanku.

"Sebaiknya selesaikan tulisanmu dan memberinya judul, aku jamin novelmu akan best seller."

Aku memandangi Profesor Seokjin dan buku itu bergantian, belum sepaham dengan beliau.

"Setelah itu kau bisa belajar untuk memaafkan dirimu sendiri dan menjalani hidup sebagai dirimu yang sesungguhnya."

"A-apa?"

"Kau sudah berusaha menyelamatkan hidup Lilian, membungkam ujaran benci dari teman-temanmu pada putriku."

Ya, aku... salah satu tokoh antagonis pada hidup Lilian, putri tunggal Profesor Seokjin.

[ ... ]

SPOOKTOBER - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang