3

209 95 25
                                    

👑 🐯 👑

👑 🐯 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎃🎃🎃

"Happy Birthday, Kim Seok Jin!" kata Taehyung, mendorong kotak cokelat yang dia bawa pakai ujung kaki sampai berhenti di depan jeruji besi.

"Aku membuatnya sendiri," katanya, sembari duduk di lantai. "Cobalah, itu enak."

Cahaya remang-remang di ruangan masih bisa menangkap gerakan pelan dari dalam jeruji, merayap mendekat, mencengkram jeruji besi dengan jari-jarinya yang kurus dan kotor. Ada banyak lebam dan luka di lengannya yang terbuka, sementara pakaian yang membungkus tubuh cekingnya terlihat lusuh.

"Omong-omong, sekarang aku sudah bersikap seperti dirimu dan kau bersikap seperti diriku."

Pemuda dalam jeruji tersenyum, masih terlihat tampan meski pandangannya begitu kosong. Dia meraih kotak cokelat, membukanya pelan-pelan, mengambil satu cokelat dalam gerakan slow-mo, matanya yang bengkak dan sayu menatap Taehyung tengah duduk santai dengan bertumpu pada lengan.

"Ibu senang karena sekarang aku jadi anak baik, Ibu bahkan melupakanmu. Wah, wah, tidak kusangka ada untungnya juga menjadi seperti dirimu. Oh, mau makan sama-sama?" tukas Taehyung, merujuk uluran tangan Seokjin dari dalam jeruji.

Pemuda itu mengangguk singkat.

Taehyung mendekat, tanpa sempat dia perkirakan Seokjin meraih tangannya, mencengkram dengan sikap tidak sabaran. Seokjin menyeringai, mendekatkan wajahnya pada Taehyung yang tengah menguyah cokelat dengan santai.

"Kim Tae Hyung!" bisiknya di telinga Taehyung, "Aku ingin membunuhmu!"

Seketika itu juga Taehyung menghempaskan cengkraman Seokjin, mundur selangkah, menatap pemuda dalam jeruji dengan senyum tipis.

"Coba saja! Aku ingin lihat apa yang bisa kau lakukan."

Pemuda itu merubah posisi jadi berjongkok, menyeringai, jari-jarinya mencengkram jeruji kuat-kuat. Kemudian Seokjin melakukan aksi yang membuat Taehyung terperangah, tanpa pernah diduga Seokjin menghantamkan kepalanya pada jeruji-jeruji itu, berkali-kali, bunyi benturannya menggema, memantul-mantul ke segala arah.

"Seokjin, hentikan, kau bisa mati!" Taehyung berdiri, Seokjin terus menghantamkan kepalanya di jeruji.

"Kubilang berhenti, Seokjin!!!"

Seokjin berhenti, cekikikan, darah kental mengalir lamban dari hidung dan pelipisnya. "Oh, warna kesukaanmu," katanya, menjulurkan tangannya yang penuh darah pada Taehyung.

Seokjin masih jongkok, tertawa sumbang, memamerkan deretan giginya yang penuh darah. Dia bergerak lamban, seperti hewan melata yang tengah memperhatikan mangsanya.

"Keluarkan aku dari sini, aku janji bila kita berteman maka semua hal akan berjalan baik. Akan kulakukan apa pun untukmu."

Taehyung berdecak pelan, sementara Seokjin masih mengawasinya.

"Aku akan menghentikan teman-teman kita yang hobi mengolok-olokmu, mereka tidak akan lagi menjahilimu di sekolah, juga ibu," Seokjin menyeringai. "Kita bisa menyadarkan Ibu, kalau sikapnya pada kita salah, terutama padamu. Akan kubuat dia bersikap baik padamu."

Taehyung memandangi Seokjin, sementara kepalanya terasa penuh dengan kejadian-kejadian tidak menyenangkan di sekolah.

Betapa terganggunya dia dengan olokan yang menyakiti perasaannya. Kejahilan lebih mirip kejahatan; dia hampir tenggelam di kolam teratai, mimisan karena lemparan bola basket dan harus menelan air kloset. Jatuh dari bangku penonton di area lapangan sekolah, kaki, tangan dan perutnya penuh luka.

Taehyung termenung, pelan tapi pasti dia mengambil kunci dari dalam lemari kayu di sudut ruang dan mendekat lagi pada Seokjin.

"Kau janji akan melakukannya untukku?" tanya Taehyung, kunci di genggaman agak gemetar.

"Aku janji! Selama kita berteman, maka semuanya aman."

Pada akhirnya Taehyung membuka pintu jeruji, tertatih Seokjin keluar dari tempat busuk yang membelenggunya sejak Taehyung mengurungnya di sana.

"Aku harus bilang apa pada ibu?"

"Bilang saja kau sudah berdamai denganku."

Sudut mata Seokjin yang lancip tertarik ke atas, kemudian dalam satu gerakan cepat yang tidak disangka-sangka dia mendorong Taehyung jatuh ke lantai bersamanya. Seokjin menyerang dengan pukulan cepat, berkali-kali, membabi buta, sampai Taehyung tidak sempat membalas dan sekarang tidak lagi bergerak dengan banyak darah.

Terengah-engah, Seokjin menarik tubuh Taehyung tepat di bawah lampu. Dia mengamati wajah pemuda itu seksama, memperhatikan garis wajah yang begitu mirip dengannya. Dia menunduk untuk dapat melihat Taehyung lebih jelas, tetapi dia terkejut luar biasa.

Dengan rasa gemetar yang lamat-lamat menguasai tubuh, Seokjin mematikan lampu dan buru-buru menaiki anak tangga, keluar dari ruang bawah tanah. Dia berlari menyeberangi gudang, muncul di halaman luas yang tandus, napasnya terengah-engah tetapi dia memutuskan untuk terus berlari ke arah rumah.

Seorang wanita menyeruak dari arah pintu dan Seokjin nyaris menabraknya.

"Ibu!" Seokjin berteriak. "Taehyung—dia—dia ingin membunuhku!"

Wanita itu menatap Seokjin tidak paham, kemudian satu nama yang keluar dari bibir ibunya yang kering membuat Seokjin terpana.

"Taehyung, apa yang kau bicarakan?" wanita itu mendekat. "Astaga... kau dari mana saja, kenapa bajumu penuh lumpur seperti ini? Apa teman-temanmu mengganggumu lagi?

"Dokter Namjoon sudah menunggu di dalam, kemana cokelat-cokelat yang ingin kau berikan padanya?"

Keadaan mati rasa menjalari tubuh pemuda yang kini tengah memandangi dirinya sendiri, sementara kepalanya pening dan banyak pikiran yang membingungkan.

Dia menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya karena tidak ada gudang kecil di sana, tidak ada ladang jagung, yang ada hanya kubangan lumpur dari galian selokan yang belum selesai.

Dia memang Taehyung dan dia baru saja membunuh dirinya sendiri.

[ end ]

SPOOKTOBER - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang