2

72 79 5
                                    

👑 🐯🐥 👑

👑 🐯🐥 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎃🎃🎃

Ada banyak hal di dunia ini yang sulit dimengerti oleh Taehyung, termasuk alasan dia menjadi tim dokumentasi kejahatan teman-temannya terhadap Lilian, seorang siswi perempuan yang kini sedang terjerembab di kolam bunga teratai di taman belakang sekolah.

Lilian berdiri susah payah dengan lumpur di seragamnya yang basah, murid-murid (sebagian besar perempuan) mengelilingi kolam, ramai-ramai menertawakannya. Dia kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan sejak tahun pertama sekolah.

"Taehyung, cepat ambil foto Lilian!"

Seruan tiba-tiba disertai tepukan bahu bertubi-tubi membuyarkan lamunan Taehyung, buru-buru mengarahkan kamera yang menggantung di leher dan membidiknya ke target. Bunyi klik-klik dan blitz mengarah pada Lilian yang diam dan basah, sebagian rambut menutupi wajahnya yang tirus dan pucat.

Mata Lilian, ya, mata gadis itu tiba-tiba bergerak dan bersitatap dengan kamera. Taehyung terkesiap sampai nyaris terjungkal, mendapati sorot mata Lilian begitu kosong dan suram. Entah mengapa sewaktu mereka bersitatap, rasa sedih tidak terkatakan menyelimuti dirinya. Perasaan dingin, terpuruk—nyaris mati, jiwanya seolah-olah sangat depresi.

"Kau dapat fotonya?" tanya Jimin, siswa yang menjadi dalang dari deretan pembulian.

"Bagus," katanya, setelah Taehyung mengangguk. "Unggah ke situs sekolah secepatnya."

Sesuai perintah Jimin, Taehyung mengungah foto Lilian tercebur di kolam teratai dan foto saat Lilian tertidur di bus dengan mulut terbuka. Dalam hitungan menit teman-teman sekolah sudah melihat foto-foto itu lalu beramai-ramai meninggalkan komentar jahat.

Mereka menertawakan Lilian tiap kali bertemu di kelas, di jalan, bus sekolah, bahkan salah satu murid yang juga tetangga Lilian, ikutan menyebarkan foto sebagai bahan gosip satu kompleks.

"Kudengar kau menemui dokter ahli jiwa," kata Jimin pada Lilian, bertolak pinggang dan dagu terangkat.

"Lilian sudah tidak waras!" Teman Jimin, Jungkook, ikut menunjuk-nunjuk Lilian dengan tawa mengejek.

Suara tawa mencemooh murid-murid lain seketika menggema di ruang olahraga itu, mereka membuat lingkaran mengelilingi Lilian, memaksa gadis itu berjalan mundur sampai berdiri sangat dekat pada papan lompat.

"Taehyung, cepat ambil foto Lilian!" Jimin memberi perintahnya, berdecak ketika Taehyung buru-buru masuk ke ruang ganti untuk mengambil kamera.

Taehyung membutuhkan waktu tak sampai semenit, menatap Lilian dalam keraguan sebelum mengarahkan kamera. Jari-jari Taehyung bergetar saat bunyi klik-klik dan blitz menakuti Lilian, gadis itu tampak panik dan ketakutan, tubuhnya semakin condong ke belakang.

Begitu Jimin menggertak tiba-tiba, Lilian kehilangan keseimbangan. Detik-detik sebelum dia melayang bebas, manik matanya bergerak dan bersitatap pada kamera Taehyung. Lagi-lagi Taehyung terkesiap, sama seperti sebelumnya, sorot mata Lilian begitu kosong dan suram—nyaris mati, jiwanya seolah-olah sangat depresi.

Suara dentuman keras terdengar, tubuh Lilian mendarat di permukaan air kolam yang dingin, dalam sekejab sekumpulan air mengepung dan menenggelamkannya. Taehyung dan murid-murid lain yang terkejut buru-buru turun ke bawah, mengitari kolam renang. Mereka sama-sama melihat tangan Lilian menggapai-gapai, tapi tidak satu pun dari mereka melakukan sesuatu untuk menolong gadis itu.

Akan tetapi Taehyung tiba-tiba menceburkan diri, menarik tubuh Lilian ke atas permukaan. Dia menggendong Lilian berlarian di koridor sekolah menuju ruang kesehatan, sebelum dilarikan ke rumah sakit karena kondisi Lilian memburuk.

Lilian dirawat di rumah sakit, diam-diam Taehyung menjenguknya. Di rumah sakit Taehyung bertemu ibunya Lilian yang bersungguh-sungguh mengucapkan terima kasih karena sudah menolong putrinya, Taehyung hanya terdiam dan menerima ucapan itu dengan rasa khawatir.

Hari demi hari Taehyung semakin tidak tahan, dia harus berhenti, lalu dengan keyakinan seadanya dia bicara pada Jimin.

"Jim, kita sudah keterlaluan," katanya, tidak habis pikir apa yang mendorong Jimin melakukan pembulian terhadap Lilian.

"Apanya yang keterlaluan? Kita tidak melakukan apa-apa, Lilian memang sudah seperti itu."

"Kau menghasut Ryuna berkelahi dengan Lilian di taman belakang, kau juga sengaja meminta Jungkook melempar bola basket pada Lilian—"

"Aku meminta dia menangkap bola!" Jimin berseru tiba-tiba. "Lilian saja yang payah, bukannya ditangkap pakai tangan, dia malah menangkap bola dengan wajahnya."

"Lantas bagaimana dengan kejadian yang lain? Semua itu idemu, Jimin!"

"Oh, ayolah, Taehyung, jangan pura-pura amnesia." Jimin memutar bola mata ke langit-langit ruang kelas. "Kau mendokumentasikan semua kejadian dan kau menikmati pertunjukannya. Sekarang kau ingin jadi pahlawan untuk Lilian, begitu?"

Taehyung kehabisan kata, menatap sepupunya dalam ketidak percayaan yang menyesakkan. Sebab kenyataannya, dia memang bagian dari tim dokumentasi, atas kejahatan Jimin dan teman-temannya terhadap Lilian

[ ... ]

SPOOKTOBER - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang