6. You Are Mine

390 67 9
                                    

JEFRI POV

Udah gue bilang.
Kalau jodoh ya pasti bersama.

Kekuatan usaha jalur langit tuh emang nggak perlu diragukan lagi.
Nggak mungkin gue udah sholat malam, dzikir sampai bokong gue berakar eh nggak dibantuin sama Allah.
Nggak mungkin lah. Anak Sholeh kaya' gue do'anya pasti cepet terkabul.

Regina dikecewakan, dan dia kembali sama gue.

🥰

Hey cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hey cantik.
Gue nyebut cewek cantik tuh nggak asal nyebut ya.
Ibu gue sendiri aja nggak pernah gue puji cantik loh Gina.
Kalau gue bilang lo cantik, ya karna lo emang cantik.

Liat deh senyumnya.
Gue udah bisa liat masa depan yang bahagia hanya dengan liat senyum lo kaya' gitu.

Kalau bisa, senyumnya karna gue ya bukan karna cowok lain apalagi karna Dokter sialan di tempat kerja lo itu.

Duitnya berapa sih tuh orang? Paling juga banyakan duit gue.

.
.
.

Gue sama Gina berakhir dengan makan berdua.

Ngobrol banyak hal dan dia juga cerita soal pengalamannya hari ini dibuat nunggu sama Pak Dokter itu. Haha.

Sukurin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sukurin.
Makanya, pilih yang pasti-pasti aja kaya' gue.
Pilih yang mencintai lo lebih dulu biar lo nggak makan hati kedepannya.
Udah bagus-bagus gue bucinin, malah nyari orang sibuk.
Emang enak huh?

.

"Jef, serius kamu kedepannya cuma akan sibuk sama buat program komputer?"

"Kata Bapak aku, orang sibuk cari kerja itu sampai umur empat puluh atau lima puluh tahun Gin, sisanya sibuk ibadah."

"Jadi kamu akan kerja dengan pekerjaan itu sampai umur lima puluh tahun?"

"Why? You don't like it?"

"Suka kok... Tapi ada yang lain nggak biar Ayah aku bisa lebih yakin?"

"Mau aku jadi Ustadz kaya' Bapak aku?"

"Ustadz?"

"Yang terkenal macam Almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori gitu. Kalau iya, ya aku bakal berusaha."

"Cuma dua opsi itu yang mau kamu lakuin untuk cari duit?"

Gue mengangguk. "Aku mau yang sekalian menghasilkan atau opsi lain yang juga bisa bawa berkah untuk orang lain juga."

"Nggak mau bikin usaha apa gitu Jef?"

"Jadi pengusaha? Kamu aja lah, aku yang modalin. Kamu berhenti aja jadi budak korporat. Ngapain kerja pagi pulang sore? Kaya juga kaga'."

"Jef? Kamu kalau ngomong kok nusuk sih."

Gue senyum sambil arahin satu sendok untuk gue suapin ke dia. "Maaf, aku nggak maksud nyakitin kok."

"Jadi kalau kita menikah, aku di rumah aja ya?" Tanya Gina.

Udah mau sama tawaran menikah dari gue sih ini hawa-hawanya.

"Bebas. Tapi will be good di rumah aja. Nggak usah capek-capek kerja, aku ganti uang gaji kamu kerja dua kali lipat. Bonus cuddling tiap malem dan Nafkah batin pula. Kerjaan mana lagi coba Gin yang lebih enak selain cuma buat Jefri seneng doang kaya' gitu. Kalau aku buka lowongan kerja juga pasti banyak yang ngelamar."

"Ish. Yaudah sana buat aja lowongan."

"Nggak mau. Lowongannya kan cuma buat kamu."

Dan dia masih tinggi banget gengsinya.
Gue iming-imingin pakai apa lagi ya? Duh. Semenjak kenal Regina gue jadi kaya' cowok ngebet kawin nggak sih?

Gue lanjut nanya soal ketakutannya apa, dan apa yang buat dia ragu.
Ternyata list nya panjang bener.
Emang deh kalau cewek dibesarkan sama Ayah yang menyayangi dan memperlakukannya seperti tuan putri tuh waktu besar dia pasti punya banyak pertimbangan soal pasangan dan nggak asal mau mau aja.

Maklum kok gue Gina.

Tapi insyaAllah sama gue. Lo nggak perlu ragu.
Nggak akan gue sakitin. Apa yang nggak diperbolehkan dalam agama nggak akan gue lakuin kok. Gue janji.
Apalagi agama gue kan sangat memuliakan wanita.

.
.

Waktu udah mau balik, kita nggak sengaja ketemu Kakaknya Gina tuh, Kak Dara namanya.

Cantik, mungil, awet muda, sukses juga.
Tapi sayang.. dia sibuk kerja sampai lupa kalau one day bisa menua dan dia butuh sosok suami dan anak untuk menemani hidupnya.

"Eh Gin, keluar mulu sama tetangga kalau Kakak perhatiin dari kapan hari." Ucap Kak Dara trus liatin gue dari bawah ke atas.

"Halo kak, saya Jefri."

Kakaknya senyum sih, tapi keliatan kaya' nggak ikhlas gitu.

"Iya lagi deket kak. Gina diajakin nikah nih. Gimana ya?" Eh Gina langsung curhat dong ke Kakaknya.

Kita jadi langsung diajak duduk lagi dan dipesenin minuman lagi sama Kak Dara.

Di introgasi sampai pusing gue. Walau pada akhirnya...

"Kak Dara seneng loh dengernya. Udah Gina sama Jefri aja lah. Jangan jadi perawan tua kaya' kakak. Hidup akan baik-baik aja memang. Tapi akan lebih indah kalau ada pasangan dan anak di kemudian hari. Nggak usah terlalu banyak pertimbangan, menimbang-nimbang sewajarnya aja. Menurut Kakak Jefri udah cocok buat kamu. Nanti kakak bantu ngomong sama Ayah deh."

Terharu gue.
Kak Dara tuh ternyata supportive banget.

Setelah basa-basi lagi, kak Dara akhirnya pamit lanjutin kerjaannya.
Tinggal gue sama Gina lagi nih.

"Gimana Regina? Will you marry me?"

Sambil ngeluarin satu kotak cincin dari dalem saku jaket gue yang emang udah gue siapin untuk sewaktu-waktu gue punya momen untuk melamar seperti ini.

Maunya nunggu di pinggir pantai, atau waktu candle light dinner gitu, tapi nggak usah lah.
Ini udah momen yang tepat, momen abis ngomong banyak hal soal rencana pernikahan.

Gina mandang gue, sesekali dia gigit bibir bawahnya mungkin sambil mikir keras soal ajakan ini.

"Nanti aku list aturan di rumah tangga kita, kamu harus setuju tapi ya?" Ucapnya tapi udah sambil sodorin tangan kirinya ke arah gue, untuk menerima cincin yang mau langsung gue sematkan.

"Siap Ibu negara." Jawab gue sambil langsung pasangin cincin berlian yang gue beli kemarin ke jari manisnya.

Bling bling.. mewah.. cantik, nggak mungkin Gina nggak suka.

Skinship pertama kita baru sebatas makein cincin ini.

Dia senyum mandang cincinnya. Jadi tambah cantik gue liatnya.

"Regina, remember.. mulai detik ini. You are Mine."

MINE [ JISOO x JAEHYUN ] • JAESOO •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang