13.

453 15 0
                                    

Gio pergi meninggalkan Gibran yang kini mematung ia benar-benar tak perduli dengan reaksi Gibran.

Ia sungguh tak bisa memaafkannya untuk saat ini.  Ia berjalan menunju halaman belakang lalu mengulurkan sebatang rokok.

Sebenarnya ia bukan anak yang suka merokok tapi Saat ini ia menginginkannya.

"Brengsek" Gio menendang sebuah kerikil

Menyesap lalu menghembuskan asap rokok tak membuatnya lebih tenang ia melempar puntung rokok lalu menginjaknya dan pergi dari sana.

Gibran kini menghilang ia tidak berada di lingkungan sekolah.

Gio berjalan di koridor menuju kelasnya di sana ia berpapasan dengan Amel.

"Heh banci, Lo kemarin Gibran" ia di hadang oleh Amel dan dua temannya

"Mana gue tau gue bukan emaknya" Gio hendak meninggalkan mereka namun jalannya di blokir

"Lo tau semua gara-gara elo dia gak mau balikan sama gue. Lo harusnya malu, inget Gibran itu cuma milik gue, milik gue Lo harus inget itu" Amel dan dua temannya meninggalkan Gio

Gio hanya menganggap ocehan Amel sebagai angin yang lewat.

Seminggu sudah Gibran dan Gio tidak pernah bertegur sapa. Jangankan bertegur sapa jika mereka berpapasan saja mereka enggan untuk saling melirik.

Perasaan mereka masih besar terhadap satu sama lain tapi gengsi mereka sangat besar. Gio enggan menyapa duluan karena ia yang memintanya pisah.

Gibran juga enggan buat apa menyapa duluan dia kan yang mencampakkan dirinya.

Di tengah panasnya hubungan Gio Dan Gibran Amel semakin gencar untuk mengejar Gibran. Ia pintar memanfaatkan kesempatan untuk bisa bersama Gibran bahkan untuk pulang bareng.

Gio pulang kesorean setelah latihan futsal ia di antarkan oleh Radis dan Wilan karena kakinya tadi keseleo.

"Gio kamu kenapa?" Ratih memapah Gio masuk kedalam rumah di ikuti Radis dan Wilan

"Tadi keseleo pas latihan futsal" tutur Radis

"Pasti sakit, Nanti malem kita ke tukang urut, oke? Ratih mendudukkannya di sofa

Gio hanya mengangguk setuju. Setelah itu Radis dan Wilan lalu pamit untuk pulang. Ratih sempat menawarkan mereka untuk makan terlebih dahulu tapi mereka menolak.

Setelah kepergian mereka mama Ratih segera menyiapkan makan buat Gio.

"Beberapa hari ini mama gak pernah liat Gibran, kalian bertengkar?" Tanya mama Ratih

Gio bingung ia harus jawab apa perihal Gibran mama tidak tahu apapun.

Yang mamanya tau sejak mereka menjalin hubungan mereka selalu terlihat baik-baik saja dan harmonis.

Jika mereka bertengkar Pun mereka akan berbaikan kembali setelah satu atau dua jam. Tak pernah sampai berhari hari seperti ini.

"Engga kok dia sibuk sebentar lagi kan kelas 12 ujian sekolah" jawab Gio

Mamanya hanya mengangguk  percaya lagian memang benar anak anak kelas 12 tengah persiapan buat ujian sekolah.

Gio berjalan perlahan ke kamar mamanya berniat membatu namun ia bilang bisa sendiri walau sedikit sulit.

Sampai ke kamar dengan penuh perjuangan Gio segera membersihkan badannya lalu rebahan ia tidur karena kelelahan.




Childish BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang