14.

449 16 0
                                    

Gio hanya bisa diam dikamar mamanya melarang untuk pergi kesekolah padalangan ia bisa sedikit berjalan dengan tertatih-tatih.

"Kamu harus istirahat jangan lakukan yang berat berat sampai pulih" Mamanya mengantarkan makanan ke kamar Gio

"Terus nanti aku harus ngapain dirumah?"

"Belajar! Kamu itu cuman keseleo dan gak bisa jalan bukannya koma" Gio memutar kedua bola matanya

Setelah mamanya keluar ia lalu makan sambil memainkan ponselnya.

Sebuah notifikasi pesan masuk ia berharap itu dari seseorang yang dia tunggu tapi ternyata bukan kekecewaan sedikit muncul di wajahnya.

Gio masih berharap Gibran akan datang lalu meminta maaf hari-harinya tanpa Gibran selalu membosankan.

Meski ia tau dirinya yang salah yang telah memutuskan hubungan terlebih dahulu ia tidak ingin dirinya  yang datang terlebih dahulu untuk meminta maaf karena semua awal permasalahan di mulai dari Gibran.

Gio menaruh kembali ponselnya lalu makan dengan perasaan yang rumit.

Gio bingung harus ngapain lagi ia terlalu malas untuk belajar jadi lebih baik memilih untuk tidur. Ia tidur hingga hampir pukul 2 siang dan itu pun di bangunkan oleh suara bel pintu.

"Siapa ganggu aja udah tau gue pincang, Mama juga kemana sih?" Gio masih mencoba mengumpulkan nyawa

Ia dengan tertatih-tatih menuruni tangga lalu membuka pintu hal yang tak terduga terjadi ia tak pernah berfikir kalo yang datang adalah Gibran.

Kedua saling menatap sejenak entah reaksi apa yang harus ia tunjukkan.

Namun tiba-tiba Gibran datang memeluknya sambil menangis "Maaf...aku minta maaf"

Gio diam merasakan air mata jatuh di bahunya menopang tubuh Gibran.

"Masuk dulu" Gibran sedikit menjauhkan tubuh Gibran darinya ia lalu memimpin untuk masuk kedalam rumah.

Gibran melihat Gio yang kesulitan berjalan ia segera memapah membantu Gio berjalan.

Ia mendudukkannya di sofa dan duduk di sebelah. Ia meraih lengan Gio  lalu mulai memainkan jari-jarinya dan mencium punggung tangannya.

"Maaf...aku salah aku mohon kita jangan putus" Gibran terus mencium punggung tangannya

Gio hanya diam membiarkan Gibran melakukan apapun yang ia suka.

Gibran melihat kaki Gio yang membengkak hatinya sakit. Kalo saja mereka gak bertengkar mungkin saja dia bisa menjaganya dengan baik.

"Pasti sakit" Gio tanpa sadar mengangguk

"Maafin harusnya aku jagain kamu dengan baik" Gibran memeluknya

Gio tak memberi tanggapan apapun.

"Kamu maukan maafin aku?"

"Aku baru bangun dan sekarang lapar" Entah itu perintah atau pernyataan tapi ia senang Gio berbicara padanya.

"Kamu mau makan? Tunggu aku ambilin" Gibran beranjak lalu pergi ke dapur.

Ia mengambilkan Gio sesuatu untuk di makan.

"Aku suapin?"

"Gue bisa sendiri"

Gibran menyaksikan Gio yang sedang makan hatinya sedikit menghangat ia sudah lama merindukan ekspresi makan Gio yang menurutnya terlihat lucu.



Childish BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang