Ku tenung langit di malam hari,
gelapnya langit disinari bulan,
diamku merindukan mentari,
yang menjauh dari bulan,Ku keliling bandar,
ku keliling jalan,
siapalah diri baru tersedar,
tak seindah sang rembulan,Jauhku renung di luar jendela,
pantaskah aku untuk dirinya,
sedang dia bak maharajalela,
disini hanya puingnya,Adanya kertas hanya selembar,
ku tulis segala dasar,
diriku belajar ertinya sabar,
agar tidak lagi tersasar,Tersasar aku dalam sadar,
ke dalam sangkar cakraya,
tak dapat ku menghindar,
akan indahnya kelemayar,Tak guna berlayar,
jika takut gelombang,
takutnya liar,
hingga jatuh ke lubang,Awan lara tak ada berita,
wajar ia digelar awan lara,
percuma saja bercinta,
kalau takut sengsara,Langit yang hitam dihiasi bintang,
yang sering datang dan hilang,
awan menutupi sinarnya bintang,
hingga perlahan ia menghilang,Batu ku lempar ke tempat asal,
agar tak terikut dalam bayang,
jauh di hati adanya sesal,
sudut di jiwa masih sayang,Walau tanpa dipinta,
jauh pun akan aku ikut,
hanya demi dirimu yang ku cinta,
segalanya tetap ku turut,Kapal terbang sudah berlepas,
semuanya pergi beriringan,
berkali-kali aku tumpas,
lama-kelamaan aku biarkan,Pagi hari cerahnya,
esok hari akan terbit lagi,
ku lepas pergi semuanya,
agar asmara tak berputik lagi,Kelopak bunga matahari adanya kuaci,
disukai ramai insan semu,
ku menjauh bukan kerana benci,
tapi semuanya demi dirimu,Dikau berhak bahagia,
terjawab sudah semua raguku,
ku tersenyum melihat dikau bahagia,
sememangnya itu harapanku.-Zu
YOU ARE READING
Ungkapan Cinta [✓]
PoetryPantun atau Sajak Cinta. Puisi Moden dan Puisi Tradisional. (hanya rekaan semata) Ungkapan Cinta dalam bahasa klasik/sastera bagaikan ungkapan yang penuh makna dalam jiwa yang terdalam untuk menyatakan cinta pada seseorang yang kita kagumi dalam di...