00:06

1.7K 163 18
                                    

Say sorry untuk typo

"Kalian sudah pulang? Tumben?". Renata baru saja pulang dari butiknya. Ini adalah pertama kalinya dia melihat semua keluarga kecilnya ada untuk berkumpul.

"Iya, Mom sendiri juga tumben jam segini udah pulang". Jevran juga heran kenapa tiba-tiba semua keluarganya kompak pulang sore ini.

Jikapun jadwal mereka selesai lebih awal biasanya mereka akan lebih memilih lembur atau keluar asal tidak pulang.

Renata cukup merasa penasaran dengan stroller bayi yang sedari tadi di kerumuni oleh suami dan kedua anaknya. Bahkan tidak biasanya Joell dan Jevran menjadi seorang yang sangat penasaran dengan sesuatu. Tapi kali ini semua orang nampak berbeda dari sebelumnya.

"Bayi siapa yang ada di dalam?". Tanya Renata perlahan berjalan ke arah stroller.

Sebelum pertanyaannya di jawab Renata sudah lebih dulu melihat wajah bayi laki-laki yang memerah karena menangis. Dengan sigap Renata melempar sembarangan tas branded nya ke sofa dan langsung menggendongnya.

'Kesambet ni emak-emak sampe mau-maunya gendong gue'.Gaell terkejut dengan perubahan semua anggota keluarga Erlanio.

"Sssttt, Tenanglah, Kenapa putra cantik Momy menangis hm?". Renata Terus menepuk-nepuk pelan tubuh Lian sesekali ia mengelus surai coklat putranya berharap itu bisa menenangkan.

"Nyonya, Biar saya buatkan membuat susu untuk tuan muda". Ucapan Jiera langsung di balas dengan anggukan dan daheman Renata.

"Pergi dan buatkan. Tenggorokan Milikku sudah kering karna menangis". Ucap Jevran seraya terus memegang kaki Lian yang teruntai di samping pinggang Momy nya.

"Dan Adikku menangis karenamu kelinci buluk". Jevran tak terima langsung membalas perkataan kakaknya. "Diam kau. Badak sepertimu tidak di ajak". Joell melotot ke arah Jevran. Jika saja dia bukan adiknya sudah habis dia cincang halus sejak dulu.

"Kau fikir matamu sebesar apa sampai berani mencoba memelototiku?". Jevran sepertinya benar-benar mengibarkan bendera perang.

Kali ini kesabaran Joell sudah habis. Dia berdiri hendak memukul Jevran sampai suara rengekan menghentikannya.

"Hiks ibuu"

"Susuu"

"Ssstt, Momy di sini sayang, Susu Lian sebentar lagi datang sabar yah". Renata mengusap punggung Lian yang sedikit senggukan habis menangis.

"Nyonya, Susunya". Jiera datang dengan membawa botol susu yang masih hangat di tangannya.

Lian yang melihat ibunya berjalan ke arahnya dengan membawa botol susu langsung meronta turun dari pangkuan ibu kandungnya. "Tulunin, Liyan mau ambil susu nya". Mereka yang di suguhi dengan tingkah si bungsu hanya bisa mengigit pipi bagian dalamnya.

Sebuah ide gila tiba-tiba saja terlintas di benak Jevran. Sebelum Lian sampai di hadapan Jiera Jevran dengan cepat mengambil botol dot itu dari tangan Jiera membuat Lian mendogak ke arah Jevran dengan kesal.

Kemarin bapaknya sekarang anaknya.

"SUSU!!"

"SUSU LIYAN BALIKIN!! KAMU JANGAN DULHAKA SAMA ANAK KECIL!!". Liyan menatap dengan tatapan permusuhan ke arah kakaknya itu.

"Kamu kamu, Panggil yang bener, Baru Kakak kasih". Ucap Jevran seraya tersenyum mengayunkan botol dot di tangannya.

"Iiis Dasal penculi asu".

Semua melotot syok mendengar kata yang di lontarkan anak itu. Dari mana dia tau bahasa seperti itu? Sementara dia tidak pernah keluar mansion.

"Ambil aja ambil Liyan bisa minta ibu lagi".
Lian menatap ibunya meminta kepastian bahwa ucapannya benar kalo jiera bisa membuatkannya susu lagi.

Terlupakan [Transmigrasi Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang