What Is Destiny?

250 21 7
                                    

Happy Reading

Sesuai janji Junkyu waktu itu, beberapa menit lalu dia sudah menelpon Jihoon mengutarakan niatnya mempertemukan Jihoon dengan Karina di kediamannya.
Mumpung ada waktu luang, katanya.

Sebelumya, Jihoon dan Karina sudah saling kenal tapi hanya sebatas tau nama. Bertemu pun hanya sesekali saat Jihoon menjemput Junkyu misalnya.

Karena kebetulan Karina dan Junkyu tinggal satu rumah atas perintah orang tua Junkyu yang notabenenya paman dan bibi Karina sendiri.

Jihoon menatap dirinya pada pantulan cermin memastikan penampilannya sudah cukup baik. Padahal cuma pake kaos item, celana jeans.
Agar terlihat lebih manly tak lupa ia membawa jaket kulit kesayangannya.

"Jihoon"
Suara bariton terdengar menghentikan langkah Jihoon yang sudah melewati ruang keluarga.
Jihoon menoleh pada sumber suara,
"Kemari, Papa mau bicara dulu sebentar"ucap Jinhwan yang tengah duduk di sofa bersama Jennie

Jihoon menghela nafas, ia sudah tau hal apa yang akan di bicarakan. Lelaki tua itu, pasti akan membahas soal perusahaan dan meminta Jihoon untuk meninggalkan profesinya sebagai detektif.

"Jangan lama. Aku buru-buru"

"Duduk dulu sebentar nak, " Titah Mamanya
"Kamu buru-buru mau pergi ke kantor ya? "

"Bukan. Mau ke rumah Junkyu"

Mendengar itu, kedua orang tua Jihoon tersenyum simpul. Mereka tau ada orang lain yang tinggal bersama Junkyu.

"Junkyu atau Karina? "

Jihoon hanya diam tak merespon ejekan Jennie

"Papa ikut seneng akhirnya kamu buka hati buat perempuan"

Jihoon mendecak sebal, dua orang tua ini terlalu bertele-tele
"Langsung intinya aja, apa yang mau Papa bicarain? " Nadanya terdengar ketus

"Soal perusahaan—

" Pah! "

" Kita udah berkali-kali 'kan bahas ini. Aku gak bisa turutin kemauan Papa. Aku juga punya urusan sendiri di kantor"

"Dengan menyibukkan  diri mencari adik kamu yang sudah mati? "

"Bukannya Papa juga udah setuju untuk bebasin aku ngelakuin apapun supaya adek ketemu? Kenapa masih di bahas lagi sih? "Jihoon emosi jika membahas hal ini.

"Jihoon, Papa rasa pencarian kamu akan sia-sia. Apa yang harus Papa lakuin untuk buat kamu percaya kalau adik kamu sudah meninggal!?"

"Selain itu, dengan kamu menyibukkan diri cari dia secara tidak langsung kamu sudah menyakiti mental Mama"

"Selama ini meskipun sulit, Mama berusaha tegar dan mengikhlaskan adik kamu. Tapi apa yang kamu lakuin itu, bisa membuka luka lama di hati Mama, nak"

Jennie meraih lengan suaminya
"Mama harap kali ini kamu dengar ucapan Papa, Jihoon"

"Maaf. Tapi aku gak akan berhenti sampai aku nemuin apa yang aku cari selama ini. Dan aku akan buktiin ke semua orang bahwa adek masih hidup. Setelah itu, aku akan berhenti dari pekerjaan aku dan Papa bebas untuk nunjuk aku sebagai penerus perusahaan" Pungkas Jihoon kemudian pergi tak mengindahkan teriakan Jinhwan dan Jennie.

Fokusnya kini pada jalan raya menuju kediaman Junkyu. Selama di perjalanan Jihoon berusaha menetralkan mimik wajahnya agar tidak terlihat emosi.

Raut kesalnya akan menggangu suasana nantinya.

Ketiganya kini sudah berada di rumah Junkyu di temani beberapa cemilan dan minuman yang sempat Jihoon beli.
Meskipun ini obrolan pertama mereka setelah beberapa kali bertemu tidak ada rasa canggung sedikitpun bahkan mereka seolah tidak pernah kehabisan topik untuk di bahas. Apa aja di bahas.

Avocado | [Jiyosh Imagine] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang