02. Awal Mula

4 3 0
                                    

***

Warning!

Cerita ini mengandung beberapa adegan kekerasan, kata-kata kasar, darah dan senjata yang mungkin tidak nyaman untuk beberapa pembaca. Harap bijak dalam memilih bacaan!

***

Aragon Forest, 09.58.

Ditengah hutan belantara yang entah dimana mereka berada saat ini, yang mereka rasakan hanyalah ketakutan dan kecemasan. Bagaimana tidak? Entah dimana mereka sekarang, mereka tersesat di dalam hutan menyeramkan ini. Dan yang lebih menyeramkan lagi, di depan mereka terdapat sebuah bangunan seperti bunker dengan hewan-hewan seperti cacing berwarna hitam yang menempel di seluruh bunker dan di sekitarnya.

"Hey! Kita dimana sekarang?!" Maria berteriak membentak Aron. Membuat ketiga pemuda; Aron, Reva dan Vivian terlonjak kaget.

"Maria, maksud lo apa? Gue juga nggak tahu kita dimana." Aron menjawab, setengah kesal karena Maria membentaknya.

"Bukannya lo yang dari tadi bilang "nggak apa-apa kok" berulang kali?! Sekarang ngomong "nggak apa-apa" lagi kalo lo berani!"

"Maksud lo apa?!"

"Dari awal gue udah ngerasa nggak ada yang beres di sini, gue yakin kalian juga ngerasain kan? Tapi kalian bertindak seolah nggak ada apa-apa padahal kalian sama-sama takut kan?!"

"MARIA!"

"APA?!"

Kedua adik-adik mereka segera menghentikan Maria dan Aron, karena mereka berdua jelas-jelas akan saling bertengkar. Vivian memeluk Maria dan Reva memeluk Aron untuk menghentikan kedua orang yang akan segera berkelahi tersebut.

"Lepasin, Vivian!" Maria berucap sambil masih menatap Aron dengan tajam, tangannya terkepal di udara.

"Enggak! Aku nggak akan ngelepasin kakak! Kak Maria, kita bicarain ini baik-baik." Vivian terus memeluk Maria agar kakaknya itu tidak berkelahi dengan Aron. Walaupun Maria perempuan, dia pernah mengikuti seni bela diri, dan Aron juga mempelajari seni bela diri yang sama dengan Maria, jika dibiarkan maka mereka berdua akan terus berduel.

Reva juga terus memeluk Aron, meskipun Aron hanya diam saja, Reva tahu dari sorot mata Aron kalau kakaknya itu sedang marah, jika tidak ditahan maka mungkin saja akan terjadi pertumpahan darah disini.

"Kak Aron, kita bicarain ini baik-baik, oke?" Reva menatap mata Aron, agar kakaknya itu setidaknya menurunkan kemarahannya.

Namun kedua kakak itu masih saling adu tatapan tajam. "SINI LO KALO BERANI!" Kedua kakak itu berteriak bersamaan, lalu terdengar suara tamparan dari kedua arah. Bukan, suara itu bukan berasal dari Maria dan Aron yang berkelahi, namun Vivian dan Reva yang menampar kakak mereka secara bersamaan.

"DIAM DAN AYO BICARAAIN INI BAIK-BAIK!" Kedua adik tersebut; Vivian dan Reva, berteriak pada kakak mereka, yang mana membuat kedua kakak tersebut langsung terdiam, bahkan kemarahan kedua kakak itu seolah hilang tak tersisa.

Vivian menghela nafas, lalu berucap. "Kita bicarain ini baik-baik, berkelahi tidak ada gunanya, kita harus tetap bersatu agar kita bisa segera kembali ke rumah, ya?"

"Yang di katakan Vivian benar, kita tim kan? Maka sampai akhir kita juga harus bersama-sama." Reva berbicara sambil tersenyum lembut.

Case ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang