"Kita hanya memiliki waktu dua jam, sebelum bom di jatuhkan."***
Warning!
Cerita ini mengandung beberapa adegan kekerasan, kata-kata kasar, darah dan senjata yang mungkin tidak nyaman untuk sebagian pembaca. Harap bijak dalam memilih bacaan!
***
Pixis District, Pixis High School, 11.03.Pintu perpustakaan dibuka dengan perlahan-lahan, semuanya bersiap-siap di posisi masing-masing sambil membawa barang yang mungkin saja dapat berguna untuk mereka nantinya.
Sebelumnya Jarvis telah memberikan beberapa pelatihan tentang bela diri karena tidak ada yang bisa bela diri selain Jarvis dan Javier. Walaupun itu hanyalah pelatihan singkat, Jarvis harus mempercayakan ini pada mereka 'kan?
Lengan mereka sudah dibebat sedemikian rupa dengan menggunakan lakban yang berada di perpustakaan demi keamanan diri, meskipun tidak menjamin bahwa mereka masih selamat setelah menggunakannya.
Jarvis mengintip dari balik pintu perpustakaan, memastikan bahwa keadaan aman untuk mereka meninggalkan perpustakaan tersebut. Jarvis menoleh pada lima rekannya kali ini, lalu menghela nafas.
"Dengar, kita bergerak sesuai rencana. Kalian semua tahu bahwa kita berada di lantai tiga, untuk mencapai gerbang utama sekolah, kita harus turun melewati dua lantai lagi. Sebelum itu, tujuan kita akan ke ruang olahraga untuk mencari persenjataan masing-masing, kita akan mengambil tongkat bisbol atau yang lain untuk melindungi diri sendiri, paham?"
Semuanya mengangguk mendengar perkataan Jarvis, mereka berada di situasi segenting ini dan bahkan mereka tidak pernah mendapatkan pengalaman bela diri yang cukup. Tapi ini semua demi hidup masing-masing, tidak ada yang tahu bagaimana dengan situasi di luaran sana, yang jelas sekarang mereka harus melarikan diri untuk melindungi nasib masing-masing.
"Gue akan berada di depan, sedangkan Javier akan berada di belakang kalian untuk menjaga kalian dari belakang. Saat itu juga jaga diri masing-masing, jangan lengah."
Leon mengangkat tangannya, guna ingin menyampaikan sesuatu, semuanya memperhatikan Leon dan Jarvis mengangguk.
"Ada apa, Leon?"
"Bukankah lebih baik kita juga menyampaikan hal ini pada yang lain? Gue yakin masih banyak murid yang hidup."
Jarvis terdiam memikirkan perkataan Leon, lalu Jarvis mengangguk. "Baiklah, setelah ke ruang olahraga gue akan ke ruangan informasi dan memberitahu lewat pengumuman suara."
"Gue ikut." Javier membuka suara sambil menatap Jarvis.
"Nggak, lo harus melindungi yang lain."
"Tapi bagaimana lo nanti?"
"Gue bakal baik-baik aja."
"Waktunya nggak akan cukup, Jarvis."
Jarvis menghela nafas, lalu menatap Javier dengan lekat. "Akan cukup, semuanya sudah dalam perhitungan gue." Jarvis dan Javier masih saling bertatapan demi menumbuhkan rasa keyakinan, lalu Jarvis mendekat pada Javier dan membisikkan sesuatu. Setelah selesai, yang bisa Javier lakukan hanyalah menghela nafas dan mengangguk.
"Gue yang akan ikut Jarvis."
Jarvis langsung menatap pada Leon, sebelum Jarvis sempat menolak, Leon menahan perkataan Jarvis dengan berkata. "Gue yang menerima informasi bahwa sekolah akan di bom, jadi gue juga yang akan memberitahu informasinya pada seluruh sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Case Z
FanfictionCerita ini berawal dari sebuah penjelajahan yang dilakukan oleh beberapa remaja di hutan. Gosip mengatakan bahwa hutan tersebut memiliki air terjun indah bagai Surga di dalamnya. Namun bukannya menemukan air terjun, pemuda-pemuda tersebut justru ter...