03. Ricuh

2 3 0
                                    

***

Warning!

Cerita ini mengandung beberapa adegan kekerasan, kata-kata kasar, darah dan senjata yang mungkin tidak nyaman untuk sebagian pembaca. Harap bijak dalam memilih bacaan!

***

Pixis District, 07.22.

Pagi ini terasa sangat indah, meski dipenuhi dengan suara derungan kendaraan bermotor, suara klakson dimana-mana dan padatnya orang-orang yang memulai aktifitas mereka. Tetap saja angin sepoi-sepoi bertiup, pepohonan bergoyang dan cahaya matahari yang cerah untuk memulai hari.

Kiasan yang sempurna untuk membuat orang-orang tertarik ingin merasakannya. Atau mungkin tidak? Karena kabar buruknya adalah, hari ini adalah hari pertama masuk ajaran baru di semester baru. Ah... Kembali masuk ke sekolah, mungkin juga ada yang menyukainya. Seperti pemuda kota yang satu ini.

Randy, dan adik laki-lakinya Andy. Tidak, hanya Randy yang menyukai sekolah, sedangkan adiknya, jangan tanyakan dia, jika bisa mungkin dia tidak mau pergi ke sekolah, selamanya.

Randy berjalan dengan gembira di sepanjang jalan, sedangkan Andy berjalan malas-malasan, dia acuh tak acuh, ingin melarikan diri, tapi dia lebih takut amukan dari kakaknya.

"Hey, Andy, tidakkah menurutmu hari ini indah?" Pemuda tampan bernama Randy dengan penampilan rapi lengkap dengan kacamata sebagai pemanisnya itu berbicara.

"Iya, hari ini indah, seharusnya di hari yang indah ini aku pergi bermain." Pemuda tampan dan tinggi dengan pakaian seadanya namun tetap membuatnya tampan tersebut menjawab.

Namun tak lama setelahnya, pemuda tinggi tersebut berteriak, bagaimana tidak? Kakaknya menarik telinganya dengan cukup kuat.

"Main, main terus! Kalau kayak gini terus lo nggak bakal punya masa depan yang indah, berandal!"

"Aduh! Aduh! Lepasin, kak! Andy minta maaf!"

Setelah kakaknya melepaskan jewerannya dari telinganya, pemuda tinggi itu langsung mengelus telinganya sambil cemberut. Dia yakin telinganya berwarna merah gelap sekarang.

Kakaknya itu menatapnya dengan tajam. "Belajar yang benar, lo kemarin dapat peringkat lima puluh tiga dari lima puluh enam murid, sampai kapan lo mau gini terus? Mau jadi apa nanti?"

Sambil masih melanjutkan perjalanan, kakaknya itu terus mengomel, telinga Andy jadi terasa gatal.

"Ish... Itu kan bagus, setidaknya ada tiga murid yang ada di bawahku."

"Masalahnya tiga murid yang lo bicarain itu berandal semuanya! Mereka nggak bisa mengikuti ujian karena di skors, menurut lo yang kayak gitu keren?"

"Ck... Kak, masa muda itu nggak pernah datang dua kali, jadi ada baiknya kita menikmati masa muda kita sekarang."

"Itu kata-kata pemuda yang malas-malasan kayak lo."

Mereka berdua berhenti di gerbang masuk sekolah, Randy menatap tajam Andy. "Awas aja kalo gue tahu lo bolos lagi!" Randy menunjuk Andy tepat di wajahnya, lalu pemuda tampan berkacamata, si primadona sekolah tersebut masuk ke dalam gedung sekolah sendirian, meninggalkan adiknya.

Case ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang