***
Warning!
Cerita ini mengandung beberapa adegan kekerasan, kata-kata kasar, darah dan senjata yang mungkin tidak nyaman untuk sebagian pembaca. Harap bijak dalam memilih bacaan!
***
Pixis District, Pixis High School, 11.58.
Lorong menuju ke ruangan informasi sudah tidak begitu jauh di depan, Jarvis dan Leon berjalan dengan hati-hati. Sedari ruang olahraga tadi, untungnya mereka berdua sama sekali tidak menemukan adanya tanda-tanda zombie di sekitaran lorong ini.
Jarvis mengangkat tangannya menunjukkan kepalan tangan, memerintah untuk berhenti. Leon yang mengerti hal itu juga langsung berhenti di belakang Jarvis.
"Ada apa?"
Jarvis masih diam saja sambil melihat ke dalam ruang informasi. Jarvis melihat bahwa ruang informasi sama sekali tidak terjamah oleh hal-hal berbau zombie, jadi mungkin mereka bisa sedikit aman.
"Setelah ini kita akan menyampaikan informasi tersebut lalu segera menyusul yang lain."
Leon mengangguk setelah mendengarkan perkataan Jarvis, lalu mereka berdua berjalan menuju ruang informasi, tidak lupa juga menguncinya dari dalam.
***
Disisi lain, Javier menganga melihat berapa banyak zombie yang ada di dekat tangga. Randy membekap mulut adiknya agar Andy tidak berteriak dan mengacaukan segalanya. Sedangkan Haidar sudah berkeringat dingin di pojokan.
Haidar sudah pasrah pada nasibnya sendiri, dengan wajahnya yang pucat dia menepuk pundak Randy sambil cemberut. Randy yang melihatnya pun geli sendiri.
"Randy, kalau aku ada salah sama kamu, tolong maafin ya? Maaf kalau aku selama ini suka ganggu kamu, mungkin aku udah nggak bisa ganggu kamu lagi setelah ini."
Randy langsung menoyor pipi Haidar. "Ngomong apa sih lo, diem dulu, lo kan pinter, coba cari cara gimana kita bisa ngelewatin gerombolan zombie itu."
Haidar semakin cemberut bahkan hampir menangis, sedangkan Randy menatap Javier. "Gimana nih, lo punya ide nggak?"
Javier menoleh pada Randy dengan wajah tidak meyakinkannya. "Nggak ada selain trabas."
"Bodoh, kita bisa mati kalau main trobos aja."
Javier berkacak pinggang sambil menatap ketiga manusia yang bersama dengannya. "Denger, mikir itu bukan gue banget, kalo masalah mikir itu urusannya Jarvis, gue mah eksekutornya."
Andy melepas tangan kakaknya yang membekapnya sedari tadi, dia pengap karena tidak bisa bernafas dengan leluasa. "Tapi jumlahnya kayanya nggak sampai sepuluh, mungkin kita bisa mengalahkannya. Kak Javier hajar tiga, aku, kakak sama yang lainnya hajar dua."
"Maksud lo yang "lainnya" ?" Haidar langsung menatap Andy dengan kesal, dia tidak terima dong namanya tidak disebutkan.
Sedangkan Andy tidak peduli, dan hanya mengabaikan perkataan Haidar.
"Lo nggak salah mau hajar dua?" Javier menatap Andy dengan ragu, lalu menatap Randy dan Haidar secara bergantian. "Maksud gue, bukannya gue ngeremehin, tapi lo yakin? Ini masalah hidup atau mati soalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Case Z
FanfictionCerita ini berawal dari sebuah penjelajahan yang dilakukan oleh beberapa remaja di hutan. Gosip mengatakan bahwa hutan tersebut memiliki air terjun indah bagai Surga di dalamnya. Namun bukannya menemukan air terjun, pemuda-pemuda tersebut justru ter...