Secangkir cerita tentang kita

179 20 0
                                    

Haiii..guys, lama tak bersua..u,u

Kangen kalian, kangen nulis juga, dan yang paling dikangenin adalah moment Omar dan Syifa yang selalu berharga buatku 😭

Maaf ya, aku belum bisa menuhin janjiku untuk update new book Omar dan Syifa.

Hmm..untuk permintaan maaf dan menuntaskan rasa rinduku, aku ingin menghadiahkan part ini.

Semoga kalian suka, namun saat membacanya sambil dengerin Monolog by Pamungkas..ya guys, biar berasa momennya.

Dan untuk janjiku yang kemarin, hehe..aku masih ngumpulin semuanya termasuk mood yang naik-turun, plus real life yang masih, ya..gitu deh. Namun secepatnya bakal aku update, semoga ya..huhuhu

Happy long weekend, guys 😁✌🏻

🧡




Riuh, pagi ini terdengar tawa bahagia dari bilah mungil nan ranum, bersahutan dengan larangan sang papa meski begitu balita itu riang berlarian, bahagia. Rasanya sudah lama tak begini, rumah terasa begitu ramai, terdengar sang suami meneriaki seraya mengejar sang putra juga dengan tawa bahagia.

Malam tadi, Omar baru kembali, bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya, dikarenakan dirinya harus syuting diluar kota untuk debut film pertama yang ia produseri bersama kedua sahabatnya, Refal dan Ohim.

"Hahh..akhirnya bang Eida tertangkap juga, eh..jangan lari lagi bang.." Baru sedetik Omar berhasil menangkap sang putra namun Eida berhasil melepaskan diri dari dekapan sang papa kemudian berlari menjauh dari dirinya, bersembunyi dibalik sofa ruang keluarga dan Omar harus berpura-pura tak mengetahui tempat sang putra bersembunyi ditempat tersebut.

'Mungkin bang Eida rindu sekali bermain dengan dirinya.' kalimat itu berseliweran dalam benak Omar saat ini, hatinya menjadi sedikit nyeri. Dirinya mengikuti keinginan sang putra, memberi waktu pada Eida merasakan euforia bermain dengannya kemudian kembali berhasil mendekapnya.

Hanaieda Omayr Assegaf, berusia 27 bulan tengah terkikik-geli dalam dekapan sang papa, terlalu merindu mungkin. Pipi gembulnya, dikecup berkali-kali, ia selalu menggemaskan untuk diabaikan. Lelaki mungil ini adalah duplikat sang istri. Air mukanya, perawakan tubuhnya, tingkah jahilnya sejak dini sudah terlihat dan yang paling utama senyumannya, mereka terlalu mirip.

"Bang Eida..ayo duduk dulu, kita habiskan sarapannya nanti main lagi sama papa, bisa?" Sang ibu telah bersuara dengan lembut dan penuh senyuman, balita itu mengangguk, terlihat mematuhi perkataan Syifa.

Mengurai dekapan sang papa kemudian meraih jemari Omar seraya mengajaknya melangkah menuju meja makan. Omar tersenyum dan mengikuti kemauan sang putra, setelah menghela panjang, terasa lega.

'Akhirnya..' gumamnya pelan seraya mengangkat dan mendudukkan tubuh gembul Eida dikursi khusus agar sang anak bisa makan dengan tenang. Omar sigap meletakan makanan untuk sang anak yang telah disiapkan sang istri sembari menyuapkan makanan untuk dirinya sendiri, Omar benar-benar lapar. Tidak lupa Omar memperhatikan Eida yang tengah memakan makanannya seraya bersenandung riang sembari menggoyangkan tubuhnya.

Berlarian, mengejar balita itu selama sepuluh menit, sama letihnya seperti saat Omar harus berlari sepuluh kali putaran di GBK, terlalu lebay terdengar namun itulah yang terjadi padanya saat ini, membuat perutnya keroncongan dan jompo.

Putra kedua yang terlahir saat takbir berkumandang diseluruh penjuru dunia, menandakan Ramadhan nan suci telah berlalu, merupakan berkah yang luar biasa yang Tuhan berikan pada pasangan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Story : Omar Syifa (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang