Part 3

2.8K 21 0
                                    

Jaemin memutuskan mendatangi apartemen Karina setelah gagal memuaskan Jeno dengan wanita bayaran. Saat Karina dan Jeno dulu pacaran, Jaemin sering mengantar Jeno ke apartemen Karina. Dia juga sering datang sendirian untuk mengantarkan hadiah dari Jeno. Tapi ternyata apartemen Karina sekarang kosong. Cewek itu pindah rumah. Jaemin punya nomor Karina dan berusaha ngehubungin cewek itu, tapi nomornya nggak aktif. Jaemin yakin kalau Karina ngehindarin Jeno. Jaemin jadi makin penasaran alasan dua orang itu putus.

Satu yang menjadi kartu as Jaemin, yang Jeno tidak punya yaitu nomor adik perempuan Karina. Saat mengantarkan hadiah ke rumah Karina, pernah satu kali Karina tidak dirumah dan sebagai gantinya ada Winter, adik Karina. Jaemin yang menyadari kalau Winter terpesona olehnya, langsung tanpa basa-basi meminta nomor telepon Winter. Sekali dua kali Jaemin menghubungi Winter, namun setelahnya dia menghilang. Baru kali ini dia menghubungi Winter lagi tanpa tahu malu.

"Kak Jaemin! Lu kemana aja baru ngabarin gue lagi,"omel Winter.

"Iya sorry ya Win, lagi sibuk nih,"kata Jaemin, "btw lu tahu nggak, Karina dimana? Gue samperin ke apartemen nya kosong,"

"Dia pindah ke apartemen lain. Katanya putus sama Jeno, jadi dia pindah biar nggak di datengin Jeno,"jawab Winter.

"Bagi ke gue alamat baru Karina dong, ada yang perlu gue omongin,"kata Jaemin.

"Iya gue kasih. Tapi lu janji jangan bocor ke Jeno ya?"tanya Winter.

"Iya aman,"jawab Jaemin.

Begitulah Jaemin mendapatkan alamat Karina yang baru. Kemudian pria itu langsung tancap gas mendatangi Karina.

Karina tentu kaget melihat kemunculan Jaemin di depan pintu rumahnya. Gadis itu marah-marah dan mengusir Jaemin, tapi Jaemin dengan sekuat tenaga menjelaskan kalau kedatangannya tanpa sepengetahuan Jeno. Akhirnya Karina membolehkan Jaemin untuk masuk.

"Jeno gila banget kehilangan lu Kar,"cerita Jaemin, "dia pecahin semua barang yang dia lihat, pemarah banget... gue butuh lu untuk bisa tenangin Jeno,"

"Nggak mungkin,"kata Karina, "lu pasti ngarang cerita kan,"

"Kalau lu nggak percaya, lu ikut gue dan lihat sendiri gimana dia sekarang,"kata Jaemin.

Maka, malam itu juga Karina ikut Jaemin untuk menemui Jeno. Mereka mendatangi rumah Jeno. Karina bersembunyi di belakang pintu, sedangkan Jaemin yang masuk ke ruang kerja Jeno di rumah.

Jaemin menarik nafas, mempersiapkan mentalnya. Kemudian dia melaporkan kesalahan kecil yang sebenarnya tidak terjadi, yaitu hari ini swalayan tidak di pel karena kehabisan cairan pembersih lantai. Seperti dugaan, Jeno pun mengamuk. Karina yang mengintip dari luar pintu pun kaget melihat Jeno yang benar-benar berubah drastis seperti orang gila.

Saat Karina melihat Jeno hendak keluar, gadis itu buru-buru sembunyi di kamar mandi. Karina berhasil lolos dari Jeno yang langsung pergi ke kamar dengan bersungut-sungut. Jaemin keluar dari kantor Jeno dan celingukan mencari Karina. Karina keluar dari kamar mandi.

"Tuh, udah lihat sendiri kan?"tanya Jaemin, merasa puas berhasil membuktikan.

"Yaudah gue coba bantu tenangin dia... tapi lu harus janji untuk nggak kasih tahu dia dimana tempat tinggal gue yang baru,"kata Karina.

Dengan kesepakatan itu, Jaemin dan Karina pergi ke kamar Jeno. Jaemin mengetuk pintu Jeno yang tidak mendapatkan jawaban. Jaemin pun berkata.

"Jen, ada Karina... katanya dia mau ngomong sama lu,"kata Jaemin.

Mendengar nama Karina, berhasil memancing Jeno untuk keluar. Dan saat Jeno melihat sosok Karina benar-benar berdiri disana, Jeno langsung memeluk Karina lalu menciumi lehernya. Karina berusaha mempertahankan tubuhnya untuk tetap berdiri tegak. Selagi Jeno mengusel di lehernya memberikan dorongan-dorongan yang membuat Karina limbung. Tangan Jeno juga tanpa tahu malu langsung menggenggam toket Karina, dan tangan lainnya memeluk pinggang ramping gadis itu. Karina benar-benar seperti magnet untuk Jeno. Jaemin sampai kaget melihat bagaimana Jeno begitu menempel dan terobsesi dengan Karina.

"Kar gue nggak bisa hidup tanpa lu,"kata Jeno sambil terus menghirup aroma leher Karina.

"Nghhh Jeno..."desah Karina saat leher sensitifnya diendus dan toketnya diremas-remas, "Jen kita ngomong dulu nghh..."

Jeno tidak memberikan kesempatan Karina untuk bicara. Pria itu sekarang sudah memasukkan tangannya ke belakang pakaian Karina untuk melepaskan bra wanita itu. Dengan gugup Jeno lalu menarik bra Karina sampai menggantung dibawah toket gadis itu. Jeno lalu meremas toket Karina dengan keadaan gadis itu masih berpakaian, tapi bra nya sudah turun. Melihat pemandangan itu tentu Jaemin jadi ngaceng. Dia juga merasa serba salah. Ingin pergi tapi takut Karina diapa-apain oleh Jeno. Karena Jeno sedang gila saat ini.

"Jen ahh... sebentarhh..."desah Karina, merasakan tangan Jeno yang semakin kasar meremas toketnya.

Jeno tidak tahu arti kata sebentar. Yang dia tahu hanya menarik pinggang Karina untuk semakin lekat dalam pelukannya. Sehingga pria itu bisa menggosokkan kontol ngacengnya ke memek Karina dibalik balutan celana masing-masing.

Saat Jeno hendak membuka pakaian Karina, gadis itu menghentikannya, "Jeno! Yaudah ayo masuk kamar,"ajak Karina. Tidak membiarkan aset berharganya dipertontonkan di hadapan Jaemin.

Padahal Jaemin udah kepengin lihat juga toket Karina yang diagung-agungkan oleh Jeno itu. Tapi pada akhirnya Karina mendorong Jeno masuk ke kamar dan gadis itu menutup pintunya, meski sedikit kesusahan karena Jeno terus menggelayutinya.

Setelah pintu tertutup, Jaemin dapat mendengar desahan-desahan Karina yang tak putus-putusnya. Jaemin berdiri disana sambil menginjak-injakkan ujung kakinya ke lantai. Berusaha tetap tenang dalam kondisi sangean. Dia ingin memastikan semuanya berjalan lancar kali ini.

Jaemin meremas dan menggosok tangannya ke pegangan selasar dengan gelisah. Dia menilik jam tangannya mendapati waktu sudah berlalu tujuh menit. Jaemin sempat menoleh ke arah pintu kamar Jeno yang tak ada tanda-tanda orang akan keluar. Suara jeritan Karina bahkan terdengar dari luar. Jaemin membayangkan Jeno sudah memasukkan kontolnya ke memek Karina.

Jaemin memutuskan untuk pergi meninggalkan pos nya sambil mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Ningning.

"Ning, sibuk?"tanya Jaemin.

"Sibuk lah,"jawab Ningning dengan background suara ramai di club malam.

"Temenin gue malem ini,"kata Jaemin.

"Nggak mau, baru kemarin gue kasih gratisan,"tolak Ningning.

Jaemin tidak peduli dengan penolakan Ningning. Dia tetap datang ke club tempat wanita itu bekerja.

--

(bersambung)

His Ex is KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang