she said

149 10 0
                                    

Tidak ada yang lebih baik dari kelas yang sunyi, penuh keseriusan dan juga kedamaian. Hiruk-pikuk suara siswa yang kadang hampir membuat stres berhasil menghilang dalam beberapa saat.

Guru di depan sana sibuk menerangkan pelajaran hari ini. Kakinya melangkah mengelilingi setiap bangku masing-masing siswa, sambil sesekali bercerita.

Buku yang ada di tangannya sesekali mendapatkan perhatian dari sang guru yang mengenakan kacamata berpola kotak kecil tersebut.

Entah, rasanya membosankan.

Hikaru duduk dibangku dekat jendela posisi ketiga terhitung dari depan. Fokusnya hanya menatap kertas bergaris lurus yang beraturan. Tangannya sibuk bergerak, seolah sedang memberikan warna lain untuk kertas putih polos tadi.

Bukan sebuah tulisan yang berujar banyaknya untaian kata, melainkan sebuah gambar yang dibuat dengan pensil hitam pekat yang masih ada dalam genggamannya.

Di samping gambar kecil yang dibuatnya, tertulis sebuah nama di sana.


Yamasaki Ten


Hikaru diam memandangi tulisannya. Memandang nama seseorang yang sudah tercatat di sana.

Hikaru bingung.

Refleksnya kenapa bisa menulis nama Ten? Padahal, gadis itu benar-benar kesal dengan tingkah sosok Yamasaki Ten.

Tak lama, nama itu Hikaru coret begitu saja. Sudah tidak mempedulikan gambarnya lagi yang juga ikut tercoreng.

"Morita Hikaru,"

"H-hai?" Hikaru mendongak.

Arah pandangnya mengikuti suara yang mengarah pada sang guru di depan sana. Begitupula dengan seseorang yang ikut menoleh pada sang guru saat nama Hikaru dipanggil.

"Tolong antarkan ini ke meja saya,"

Bola mata bulat Hikaru berpindah menatap rak beroda di dekat gurunya. Berisikan banyak buku dan alat-alat yang sepertinya akan digunakan untuk praktek.

"Baik, Sensei.."




Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Hikaru segera beranjak dan mendorong rak yang hampir lebih besar dari tubuhnya itu keluar dari kelas.

Koridor ini sangat sepi. Kenapa ya? Pikir Hikaru random. Padahal sudah jelas karena jam belajar-mengajar masih berlanjut. Hanya saja jam pelajaran Sensei nya tadi sudah selesai.

"Runnn~"



Suara ini.

Tentu Hikaru mengenalnya.

Siapa lagi kalau bukan...

"Iya, Ten?"


Yamasaki Ten.



"Mau aku bantuin?" Ten menawarkan jasanya untuk mendorong rak beroda yang juga sedikit lebih besar dari Hikaru.

Kasihan Ten lihatnya, kalau Hikaru yang kecil begini diminta untuk mendorong rak yang ukurannya hampir setara dengan gadis mungil itu.

"Ngga usah, Ten. Kau masuk kelas aja.."

"Udah Runn, ngga usah nolak." Ten mengambil paksa posisi Hikaru sebelumnya. Beralih kini Ten lah yang mendorong rak tersebut, diikuti oleh Hikaru yang berjalan beriringan di sebelahnya.

"Nee~ Ten."

"Un?"

"Ten suka gambar?"

Pertanyaan random Hikaru berhasil mengalihkan pandangan Ten dari depan sana. Gadis tinggi itu menatap Hikaru penuh tanya. Kok ya tiba-tiba banget Hikaru bertanya hal kayak gini ke Ten.

"Aku ngga bisa gambar, Run. Aku bukan Run yang jago gambar, jago berpidato, jago akade-"

"- Dah, ngga usah diterusin," putus Hikaru dengan cepat.

Ten hanya tertawa menanggapinya. Benar juga. Hikaru hanya bertanya pasal suka atau tidak pada menggambar tapi Ten malah menjawab kemana-mana.

Tapi ya memang ini lah Ten. Sosok gadis tinggi yang menyebalkan. Walau sesekali rasa perhatiannya membuat hati Hikaru berdenyut. Hikaru hanya bisa membatasi diri karena yang Hikaru tahu, Ten adalah sosok hangat yang memiliki banyak teman, suka bercanda dan sudah jelas banyak yang mengincar.

Tidak ada obrolan apapun selama perjalanan mereka mengantar rak tersebut ke meja wali kelasnya. Baik Hikaru maupun Ten, mereka sama sama diam. Setibanya mereka di ruangan dan selesai mengantarkan rak tersebut, Hikaru keluar lebih dulu dari ruangan, diikuti Ten yang sudah menutup pintu ruang guru.

Ten menahan Hikaru dengan menarik tangan gadis mungil itu.



"Doushita no, Ten?"



Ten menatap mata bulat Hikaru dengan serius dan penuh rasa percaya diri.








"Mau jadi pacarku, Run?"

***

ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang