confess

84 12 0
                                    

Langit sudah mulai mengurangi intensitas cahaya yang ditunjukan untuk bumi. Dari dalam kelas, Hikaru menatap langit yang sudah mulai berubah berwarna jingga.

Ruangan kelasnya sudah sangat sepi. Kosong. Para murid sudah berhambur pulang ke rumah masing-masing sejak lima belas menit lalu. Samar-samar terdengar suara keramaian para murid lain yang sedang menjalani eskul-klub di lapangan.

Rasanya sudah lama Hikaru tidak berdiam diri di kelas.

Tubuhnya mengajaknya untuk beranjak. Berdiri di balik jendela, di dalam ruang kelas yang pintunya sudah tertutup rapat. Tangannya terulur menarik gorden panjang untuk menutup jendela dan tubuhnya.

Tidak tertarik untuk pulang ke rumah, rasanya Hikaru ingin terus berada di sini. Hikaru menyukai langit berwarna jingga yang entah sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.

Ada banyak hal yang dipikirkan olehnya. Terutama se-sosok Yamasaki Ten yang selalu berhasil menguasai isi kepalanya.

Hikaru hanya takut bahwa Ia akan mengecewakan Ten, seperti mungkin tidak bisa menjadi seseorang yang Ten inginkan.

Hikaru tidak bisa seperti orang-orang yang memberikan effort lebih agar bisa mendapatkan perhatian Ten.

Hikaru tahu dirinya menyukai Ten dan sangat menyayangi Ten, tapi dia takut untuk menjadi orang yang memberikan kesan berlebih. Maka dari itu, selama ini Hikaru selalu menyembunyikan dan denial pada perasaannya sendiri.

Memberikan penolakan berkali-kali pada Ten. Walau kini semua penolakan itu sudah berakhir. Dan sosok yang selalu berhasil menempati tahta tertinggi di hatinya, kini sudah resmi menjadi kekasihnya.

Ten..

Nama Ten terus berputar di kepalanya. Ada banyak hal baik yang terjadi ketika mereka bersama. Baik itu sebelum atupun setelah mereka berdua berpacaran. Hingga seutas senyuman manis muncul perlahan di kedua sudut bibirnya.






"Run.."






Hikaru diam. Ia hendak menoleh ke belakang, namun sepasang tangan berhasil melingkar dipinggangnya. Tubuh hangat seseorang yang sangat Hikaru kenali dari parfum yang sangat disukainya itu tengah merengkuhnya dari belakang. Membiarkan kepala gadis yang lebih tinggi itu tersandar di bahunya.



"Ten?"

"Mau pulang?" tanya Ten.

Hikaru menggeleng.

Ten pun diam saat mendapati jawaban dari Hikaru. Penciumannya menghirup wangi tubuh Hikaru yang sangat manis. Ten menyukainya.

"Tennn.." Hikaru berusaha melepaskan pelukan Ten, namun gadis itu malah mempereratnya. Semakin merengkuh tubuh mungil gadisnya yang sangat pas untuk ada dalam dekapannya.

"Jangan dilepas.." bisik Ten lembut. Matanya terpejam tengah menikmati alunan indah di dadanya yang terus bergemuruh berisik.

"Nanti ada yang lihat."

"Pintunya udah aku kunci,"

"Tapi nanti-"

"Kita juga ada dibalik gorden, Run."

"Kau mau ngapain? Hm?" tanya Hikaru curiga.

Ten hanya menggeleng.



"Cuma mau peluk pacarku. Selama ini aku ngga pernah berani peluk Run karena Run nolak aku terus. Run tuh harusnya sadar, kalau Run tuh gemesin, bawaannya pengen aku peluk terus. Rasanya pas gitu buat aku. Nih, sekarang, pas kan? Rasanya hangat dan... wangi," jelas Ten panjang yang diakhiri dengan menghirup wangi tubuh Hikaru.

"Maaf.. selama ini aku selalu menolakmu, Ten."

"Unn. Ii yo~ Itu ngga buat aku berhenti untuk ngejar Run."

"Ten.." Hikaru melepaskan tangan Ten yang melingkar dipinggangnya sejak tadi. Diikuti oleh tubuhnya yang berbalik kini berhadapan dengan Ten. Jarak tinggi mereka yang terpaut lumayan jauh, terlihat menggemaskan.

"Suki da, Ten-chan."


Ten tersenyum.

Kemudian tangannya kembali menarik tubuh Hikaru masuk ke dalam pelukannya.

"Watashi mo.. suki da, Run."



Setelah meluapkan semua perasaan masing-masing, keduanya pun melepaskan pelukan itu. Hikaru sedikit berjinjit lalu mengecup kilat bibir Ten. Kemudian Ia pun berlari pergi meninggalkan Ten yang diam mematung.

Ten mengulum senyum tipis. Debaran di dadanya semakin menjadi. Rasanya sesak karena Ia tidak bisa mengontrol degup jantungnya sendiri. Tetapi Ten menyukai saat-saat seperti ini.

Ini memang bukan ciuman pertama mereka, tetapi melihat Hikaru nya yang menggemaskan seperti saat mencium Ten tiba-tiba tadi, itu berhasil membuat Ten salah tingkah.

"Runnnnn."

"Ayo pulang, Ten." Setelah berkata begitu, Hikaru hendak kabur secepat mungkin, namun kalah cepat dengan Ten yang sudah berhasil menariknya.

"Mau kemana?"

"Pulangg Yamasaki Tennnn."

"Aku mau balas dendam. Run curang soalnya start cium aku. Aku juga mau-"

Hikaru berlari menghindari Ten yang hendak menciumnya. Dan kini, keduanya, terlebih lagi Ten masih terus mengejar Hikaru nya.







"SINI RUNNN."







"ENGGAK MAUU."










***

ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang