Runnn

84 9 0
                                    

Getaran ponsel yang cukup kuat di atas nakas berhasil membangunkan Hikaru yang tertidur. Matanya mengerjap pelan, berusaha menetralkan pandangannya.

Kepalanya menoleh ke arah nakas.





Ah, ponselnya Ten..






Manik mata Hikaru mengekor ke arah tangan kanannya yang masih nyaman untuk ada dalam genggaman Ten. Hikaru tersenyum. Diusapnya rambut Ten dengan tangannya yang lain. Seolah bersyukur akan kejadian hari ini.

Ten nya tertidur dengan posisi terduduk dan menjatuhkan kepalanya di atas ranjang yang digunakan sebagai bantalan.

Hikaru rasa, setelah bangun nanti sepertinya Ten akan merasakan pegal di lehernya.

Saat tengah asik memandangi sosok yang memiliki tempat tersendiri di hatinya, kembali lagi getaran ponsel milik Ten di atas nakas yang lagi-lagi berhasil mengalihkan pandangan Hikaru.

Diambilnya ponsel itu oleh Hikaru, hingga muncul nama Ozono Rei di layar. Bola mata Hikaru beralih bolak-balik menatap layar ponsel dan juga Ten yang masih tertidur pulas. Tidak tega membangunkannya.

Memilih untuk mengangkatnya, Hikaru mengusap tombol telefon tersebut ke atas. Kemudian menempelkan ponsel tersebut ke samping telinganya.





"Moshi-moshii~"


"Hai. Ten nya masih tidur, Rei.." ucap Hikaru pelan. Malah nyaris berbisik. Entah Rei mendengarnya atau tidak.


"Ten?"


"R-rei.."


"Ah, Hikaru?"


"Un,"


"Sudah membaik? Atau masih ngga enak badan?" tanya Rei dari balik telepon. Hikaru mengangguk walaupun tahu Rei tidak akan melihatnya.


"Un. Aku sudah lebih baik.."


"Eee~ syukurlah. Karena ada Ten, ya?"

"Eh?"


Terdengar tawa dari seberang sana yang jelas saja milik Rei.






"Bercandaaa. Oh ya, tolong sampaikan pesanku pada Ten. Sejak tadi tante Sugai dan tante Akane menanyakan keberadaannya dan aku cuma bisa jujur. Aku bilang Ten menginap di tempat Hikaru. Gapapa, kan?"

"Ah.. I-iya, Rei. Gapapa, kok."

"Bagus. Cepat sembuh ya, Hikaru! Jaa ne~"







Setelah mematikan panggilannya secara sepihak, Hikaru kembali menyimpan ponsel Ten di tempat semula. Ekor matanya melirik jam dinding di kamarnya. Sudah menunjukan pukul enam sore.

Hikaru bangun. Posisinya bersiap untuk membangunkan Ten. Namun, belum sempat membangunkan gadis tinggi itu, pintu kamar Hikaru terbuka.

"Hikaru?"

"Ah, Ma.."



Hikaru awkward.



"Sudah enakan?" tanya Yui yang masih berdiri diambang pintu. Memandangi anak satu-satunya yang sejak kemarin-kemarin sakit.

"Aku udah enakan kok. Demamnya udah turun juga, Ma."

"Syukurlah.."

Tatapan Yui berpindah pada gadis yang duduk dikursi kecil samping ranjang. Yui melihat Ten yang tertidur sambil menggenggam tangan anaknya. Terlihat cukup erat genggaman itu. Senyumnya terukir jelas di wajahnya. Tapi hal itu malah membuat Hikaru salah tingkah.

ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang