Rasa-rasanya ada yang salah di pagi hari ini.
Pasalnya, setelah Ten sampai di sekolah, setiap kali Ia melewati ruang kelas lain semuanya tampak sepi. Bahkan koridor yang menjadi tempat paling umum untuk dilewati pun begitu sepi.
Ah, ternyata masih terlalu pagi.
Hawa dingin menyeruak masuk ke dalam almamaternya. Walau tubuhnya sudah dibalut oleh sweater, tapi entah kenapa udara dingin di pagi hari ini masih berhasil menyeruak masuk menyentuh setiap inci kulit Ten.
Saat pintu kelasnya dibuka, Ten hanya mendapati Hikaru yang sibuk menggoreskan pensil di atas kertas putih.
Tanpa sadar bahwa Ten telah sampai. Selain karena pintunya yang tidak mengeluarkan bunyi ketika dibuka, pun karena Ten membuka pintu belakang yang langsung menuju tempat duduk Ten.
Bukan hal mengejutkan untuk Ten ketika dia melihat Hikaru sudah datang lebih dulu, karena gadis mungil itu sejak dulu selalu menjadi orang pertama yang mengisi kelas.
Ten menarik bangkunya pelan, tidak berniat mengganggu Hikaru nya yang sedang fokus menggambar mungkin. Ten hanya ingin memperhatikan gadisnya itu dari jarak yang tidak cukup jauh.
Wajah samping Hikaru yang terlihat begitu damai sungguh menenangkan hati.
Dulu. Saat dimana Ten selalu mengganggu Hikaru, entah itu mengejeknya dengan sebutan boncel atau si pemarah -karena Ten selalu berhasil mengejeknya- Ten sangat menyukai wajah marahnya Hikaru.
Tanpa sadar bahwa sebenarnya, Hikaru memiliki sisi yang begitu manis ketika anak itu sudah mulai serius pada setiap hal yang sedang dikerjakannya.
Ten baru menyadari itu ketika jam istirahat datang dan di kelas hanya ada mereka berdua dengan kegiatan yang jelas saja berbeda. Ten pura-pura tidur untuk memperhatikan Hikaru sedangkan Hikaru sibuk dengan gambarnya.
Sejak saat itu, wajah samping Hikaru yang begitu damai dan setiap senyuman yang menghiasi wajahnya, di detik itu juga Ten berjanji untuk mencintai gadis kecil nya dengan segala rintangan yang ada.
Masa bodo cinta ku enggak dibalas. Yang terpenting adalah aku harus selalu ada di sisinya.
Begitulah kata Ten.
Saat tengah asik memandangi kekasihnya yang duduk di barisan ketiga dari depan, Ten tiba-tiba saja teringat sesuatu. Segera ia mengeluarkan sebuah amplop berwarna biru muda yang di depannya tertempel stiker love yang cukup kecil. Amplop itu kemudian Ten simpan di kolong meja milik sahabatnya, Karin.
Setelah menyimpan amplop tersebut, Ten berjalan pelan ke belakang bangku. Sedikit demi sedikit langkahnya mendekat pada Hikaru yang kini ada di depannya. Tangan Ten bergerak perlahan untuk menutup kedua mata Hikaru.
Hikaru sempat terkejut.
Namun tanpa Ten tahu, senyum Hikaru sempat terlihat.
Hikaru jelas mengetahui siapa orang yang menutup matanya. Sangat jelas karena parfum yang digunakan Ten, tentu saja Hikaru sudah sangat mengenalinya. Bukan karena Hikaru sering mencium aroma parfum ini, tapi karena Hikaru selalu menyukai aroma parfum yang digunakan Ten.
"Tennnn~"
"Eh? Run tauu?"
Ten merenggut kesal. Dilepaskannya tangan Ten dari Hikaru kemudian berjalan ke samping Hikaru. Gadis kecil itu bahkan tidak merasa kasihan dengan wajah cemberutnya Ten. Hikaru malah melanjutkan setiap goresan-goresan tipis di atas kertas putih.
"Run."
"Un?"
"Aku udah dateng nih."
Hikaru mengangguk. "Aku tau kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Confess
Фанфик"Kamu itu ibarat kata Implisit. Terlalu menyiratkan banyak hal sampai aku harus berpikir lebih dan lebih. Tapi aku tahu, dibalik makna tersirat itu, ada sesuatu yang aku sukai. Itu kamu, Run." - Yamasaki Ten "Kamu terlalu Eksplisit. Aku takut. Takut...