HAPPY READING
.
.Kaki Juan melangkah memasuki area kantin. Perutnya sudah lapar minta diisi usai berperang dengan soal latihan Matematika di kelas tadi.
Juan sendirian, tidak ada yang ingin dekat-dekat dengan Juan. Meskipun ia anak orang kaya dan bisa dimanfaatkan, tetapi tidak ada yang berniat melakukan hal tersebut. Alasannya? Karena Juan selalu berbicara seenaknya, tanpa berfikir orang lain akan sakit hati.
Nyatanya, sifat tersebut ia bangun untuk dijadikannya perisai. Sudah terlalu sering dimanfaatkan, membuat Juan muak.
"Ibu, aku pesan soto pake nasi satu, sama es jeruknya satu ya bu." Sebenarnya Tiffany tidak mengizinkan Juan untuk minum es, tapi cuaca siang ini benar-benar panas.
Juan memang datang terlalu cepat sehingga kantin belum begitu ramai dan ia tidak perlu mengantri.
Begitu pesanannya telah jadi, Juan langsung saja mencari tempat duduk yang tidak jauh dari pintu. Agar begitu selesai makan ia tidak perlu berdesakan untuk keluar dari tempat ini.
Juan makan sembari mengedarkan pandangannya menyisir kantin yang perlahan mulai ramai, Juan pun buru-buru menghabiskan makanannya, dan hendak beranjak kembali ke kelas. Tidak ingin lebih lama duduk di tempat ramai itu.
Akan tetapi, ntah sial atau apa, Juan justru terdorong dari belakang ketika ia baru saja hendak berdiri. Hal tersebut membut Juan yang tidak siap pun terjatuh ke arah depan dan menghantam meja kantin berbahan dasar kayu. Benturan itu menimbulkan suara cukup keras, hingga kantin mendadak hening.
Juan tentu saja terkejut, dadanya sedikit sakit karna terbentur sisi meja. Setelah selesai dengan keterkejutannya Juan mengepalkan tangan menahan emosi yang sudah meluap sampai ke ubun-ubun.
Sedangkan orang yang tidak sengaja mendorong Juan tadi, kini merasa sangat gugup. Karena baru tadi pagi ia menabrak bahu Juan, lalu kini, ia malah menabrak punggungnya.
"Lo punya mata ga sih? Kalo punya tu di pake, jangan cuma jadi pajangan! Oh! Lo cowo yang tadi pagi nabrak bahu gue kan? Masih mau cari masalah? Kalo belom dikasih pelajaran belom puas, ya?" bentak Juan, membuat pemuda di hadapannya semakin ciut.
"Maaf Juan, aku ga sengaja," lirihnya.
"Alah! Sial banget gue ketemu lo hari ini, ga guna!"
Dengan kesal Juan melangkah keluar dari kantin, hari yang sungguh sial. Rasanya Juan ingin menangis, dadanya sakit sekali karna benturan tadi.
"Liat aja, bakal gue aduin ke Mama," gumamnya.
Sesampainya di kelas, Juan duduk di tempatnya, menunggu bel masuk berbunyi. Setelah dua kejadian sial yang terjadi hari ini, mood Juan benar-benar hancur, ia ingin langsung pulang saja rasanya.
✨
Juan baru saja samai dirumah saat Jam menunjukkan pukul 15.35, melangkah dengan lesu menuju kamarnya, namun langkah Juan terhenti, ia tertegun di pintu rumah. Apa ini? Kenapa ruang tamu sangat berantakan? barang berserakan, pecahan kaca di mana-mana, serta ada beberapa maid yang sedang membersihkan ruangan tersebut.
"Mbak, ini kenapa kok berantakan?" tanya Juan, ia berjalan memasuki rumah, melihat dinding tempat foto keluarga diletakkan, lagi-lagi Juan terkejut, figura besar itu telah hancur karna jatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐮𝐚𝐧𝐝𝐚 [TERBIT]
Fiksi RemajaHidup dengan limpahan harta dan kasih sayang sedari kecil, membuat Juan tidak tahu jika takdir ternyata begitu kejam. Di mata orang lain, kehidupan Juan sempurna. Ia tampan, kaya, dan keluarganya harmonis. Namun, siapa yang tahu takdir? Jika boleh...