3 - Rajendra

1.9K 109 9
                                    

Tak disangka waktu berlalu begitu cepat hingga hari esok telah datang. Mishelle memandang langit malam bertabur bintang, "Bunda, maafin Mishelle."

Dirinya telah menggunakan baju ketat diatas lutut yang tidak nyaman. Rambutnya tergerai lurus, Alvin membawanya ke salon untuk perawatan. Katanya, agar lelaki bernama Theo Adhyaksa bisa melumat tubuhnya dengan nikmat. Sungguh, perkataan Alvin membuatnya bergidik, Mishelle memeluk tubuhnya sendiri.

Mishelle ingin sekali menangis namun Alvin melarangnya dengan alasan bekas tangisan bisa merusak riasannya.

Sial.

Jika mampu, Mishelle rasanya ingin menghajar mulut Alvin yang seenaknya saja mengaturnya. Tapi, apa daya semua ini ia lakukan demi adiknya. Mishelle hanya akan merasa bersalah kalau Alvin tidak membantunya hanya karena keegoisan gadis itu yang tidak ingin menuruti kemauan sang kekasih.

"Jadi ini club nya." Mishelle kembali melihat ponsel di tangannya catatan lokasi yang dikirim oleh Alvin tentang keberadaan Theo Adyaksa.

Club tersebut terlihat sangat mewah di tengah hiruk pikuk kota metropolitan ini. Nuansa hitam yang kental dan banyak sekali wanita-wanita berpakaian seksi masuk ke dalam dengan kebanggaan. Lelaki yang memakai suit rapi pun tak luput ikut memasuki club tersebut.

'STV CLUB' namanya. Mishelle sejenak mengagumi keindahannya dari luar. Hingga ia tersadar dengan deruman motor mendekati area club.

Gadis itu menoleh, mendapati lima lelaki menaiki motor mewah kini berhenti tepat di depan STV CLUB. Lantas tiba-tiba segerombolan manusia berlari mendekati lima lelaki tersebut, Mishelle pun tak luput terdorong karena orang-orang itu.

"Aduh, aduh. Apaan si."

Awalnya, dia tidak peduli dengan lima lelaki bermotor mewah yang entah berantah siapa. Tapi, saat orang-orang ramai menyuarakan satu nama yang dicari-cari oleh Mishelle yakni 'Theo Adyaksa'

Mishelle sontak tertegun, tidak ingin kehilangan kesempatan, ia berlari untuk mengikuti kerumunan tersebut. Sial. Heels nya mengganggunya untuk berlari.

Benar saja, baru menyusul kerumunan tersebut, lima lelaki itu telah masuk ke dalam Club. Segera Mishelle mengikuti mereka walaupun terhimpit oleh kerumunan yang masih belum puas sepertinya melihat kedatangan mereka.

"Mereka ini selebriti ya sampe diikutin orang-orang begini."

Terlihat dari luar begitu elegan, nyatanya yang namanya club sama saja. Biasanya Mishelle hanya mendengar orang bercerita soal club. Tapi, sekarang ia merasa sendiri atmosfernya. Jantungnya berdegup kencang, ingin rasanya ia menutup kedua matanya.

Di sayap kanan ia melihat banyak lelaki dan perempuan bercumbu tanpa tau tempat. Di sayap kiri ia melihat orang-orang berjudi dan meminum minuman keras.

===

Para wanita berbaju setengah bahan sudah mengerumuni lima cowok itu, padahal mereka belum sampai duduk. Namun, ada dua lelaki yang dijauhi oleh wanita-wanita itu, mungkin lebih tepatnya diusir oleh duo cowok itu?

Jika dari yang dideskripsikan oleh Alvin, Theo adalah playboy yang suka bermain dengan banyak wanita. Jadi, tidak mungkin dua cowok yang berbeda tersebut adalah Theo Adyaksa.

Lantas yang mana?

Mishelle ingin ikut mengerumuni mereka, namun tiba-tiba dirinya dirangkul oleh seseorang. Bahunya merasakan bulu-bulu panjang yang membuatnya bergidik.

"Ikut sama om yuk neng."

Om-om yang tidak jelas asal-usulnya tersebut dengan sembarang tangannya merangkul Mishelle, sembari tangan kirinya memegang minuman untuk diteguk. "Cantik, wangi gini Semalem berapa?"

Mishelle mengepalkan tangannya, kedua sudut matanya menajam menatap lelaki besar yang merangkulnya.

BRAK

"MULUT LO BAU JIGONG BAJINGAN!"pekik Mishelle

Dalam satu gerakan, Mishelle berhasil menjatuhkan lelaki hidung belang tersebut.

"Aduh, punggung ku.."

Tak disadari, perlakuan Mishelle menarik banyak atensi termasuk kelima cowok yang telah berada beberapa jangka darinya.

"Weh, hebat tu cewe,"puji Theo.

"Anjas." Yang di bertepuk tangan.

Kedua mata Jendra memicing, lalu ia melangkah mendekati gadis itu.

"EH ANJAS JENDRA NGAPAIN LO."

Sementara itu orang-orang yang merasa tidak nyaman dengan tindakan Mishelle segera memanggil satpam keamanan.

'Sial, Mishelle lo ngapain si barusan? Sekarang semua orang natap gue. Gimana nih'

Benar saja, satpam keamanan datang untuk membawa Mishelle.

"Eh-eh bentar dulu pakkk!!"pekik Mishelle.

Gimana nih mana Theo belum ketemu

"Lepas,"ujar seseorang berbadan tegap dengan tatapan tajam.

"Tu-tuan.." kedua satpam tersebut saling adu pandang.

"Gue bilang lepasin dia. Atau tangan kalian yang gue potong jadi empat."

"Baik." Kedua satpam itu memilih mundur dan pergi.

Mishelle tak bisa berhenti menatap sosok laki-laki berkemeja hitam di depannya. Auranya begitu kuat, dia adalah cowok yang dia lihat tadi.

"Te-terima-ka-kasih."

Jendra menatap Mishelle dari atas sampai bawah. "Pulang."

"A-apa?"

"Orang kayak lo ga pantes ada di sini,"ujar Jendra masih dengan tatapan datarnya.

"Woy woy Jendra, lo ga bisa lah ngusir cewek cantik kayak dia." Theo datang menghampiri keduanya. "Mending buat gue aja."

"Ga."

Mendengar kata 'Jendra', Mishelle jadi teringat sesuatu. Terkait perkataan Alvin yang sering diulang tentang seseorang yang telah mengalahkannya. Pandangan Mishelle pada Jendra semakin menajam.

Ternyata ini yang namanya Rajendra, cowok yang udah ngalahin Alvin dan bikin dia jadi begitu? dan secara ga langsung bikin gue ada di posisi ini juga

"Tuan, tuan Jendra.. tuan Jendra, tolong usir saja wanita ini langsung, bila perlu saya saja yang menendangnya dari club anda,"sahut om-om yang tadi dibanting oleh Mishelle.

'DASAR OM-OM KAMPRET! MALAH MOJOKIN GUE! belum aja gue..' emosi meluap-luap Mishelle terhenti saat melihat Jendra dengan satu tangan kanannya mencekik om-om berbadan besar tersebut.

'HAH? YAAMPUN WOY!! AWAS MATI!' Mishelle membekap mulutnya sendiri.

"Anjass bagus boss,"sahut Yang Di.

Kini tatapan Jendra kembali pada Mishelle, "Pulang."

"A-a..". Tunggu kenapa Mishelle sulit mencerna kata-katanya.

Jika ia menuruti kemauan Jendra, berseri dia tidak bisa bertemu dengan Theo dan kemungkinan Alvin akan...

Ngga!

Mishelle tidak boleh menyerah kan? Walaupun ini bukan keinginannya tapi, dia tidak bisa bertindak egois

"Ngga karena gue ke sini nyari seseorang,"tegas Mishelle

"Oh. Who?"

"Theo Adyaksa."

Jendra menyipitkan matanya.

Sementara Theo yang saat itu sedang meneguk wine langsung tersedak. "G-gue? Lo nyari gue?"

Melihat Theo telah menunjukkan diri, Mishelle lantas mendekatinya dan mengangguk. "Iya! Saya mencari anda."

Jendra mengepalkan tangannya.

TBC

DANGEROUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang