Kembar?

484 51 0
                                    


Bau obat obatan yang khas itu menyeruak masuk ke indra penciuman Asa.

Mata nya terbuka pelan rasa pusing dan nyeri mendominasi, Bisa ia rasakan jika kepala nya kini terbalut perban.

Namun ia hanya diam, Memandang atap langit Rumah sakit dengan tatapan kosong nya.
Air mata nya kembali luruh, Tolong jangan membuat Asa berhenti menangis.

Karna hanya dengan menangis ia bisa meluapkan seluruh rasa sakit hati yang selama ini ia terima.

"Kapan Aku Mati?" Lirih nya miris.

"Kapan semua nya selesai?"

Mulut nya bahkan seolah tak mengeluarkan suara.
"Pembunuh? Hah.."

Ia memejamkan mata nya kepala nya terasa semakin sakit.

"MAMAH PAPAH!"

Gadis kecil itu menangis saat melihat dengan mata kepala nya sendiri sang Ibu dan Ayah di tikam oleh seseorang bertopeng.

Mashiho menutup mata adik nya erat, Lalu menggendong tubuh bergetar adik nya untuk bersembunyi di balik lemari besar.

"Hiks.. Kakak Mamah Papah.. Hiks Mamah.. "

Pemuda itu juga menangis, ia menangkup erat wajah adik nya.
Menatap dalam manik berair sang adik.

"Asa jangan nangis ya? Asa harus janji sama Kakak, Jangan pernah menangis lagi. Mamah sama Papah baik baik aja, mereka pasti baik baik aja."

"Di mana Kalian?! Keluar!"

Keduanya tersentak kaget saat suara berat tersebut menggelegar di seluruh penjuru Rumah.

Tubuh Asa semakin bergetar hebat, Gadis kecil itu semakin memeluk erat tubuh sang Kakak.

Mashiho menatap dalam manik adik nya.

"Asa.. Kamu pergi sejauh mungkin dari rumah ini! Dengerin kata Kakak! Kamu harus pergi dan cari Bang Yoshi, Asa harus bisa!"

"Enggak.. Asa Gak bisa Kak cio Hiks.. Asa Gak bisa.. Asa mau sama Kakak Aja."

Mashiho menggeleng, Ia memeluk erat sang adik bungsu. "Cari Bang Yoshi Ya? Selamatkan diri kamu dan Haru, Janji sama Kakak untuk tetap hidup? Oke?"

Cup

Kecupan terakhir yang Asa dapatkan dari Mashiho.

"Pergi Ya? Cari bantuan, Kakak udah nelfon Bang sahi. Dia pasti datang ke sini."

Akhirnya Asa mengangguk lemah, Ia mengikuti arah jalan Mashiho.
Namun, Gadis itu terkejut saat Mashiho mendorong nya masuk ke dalam salah satu ruangan.

Lalu mengunci nya dari luar.

Asa tahu, Asa yakin Mashiho sedang berhadapan dengan pembunuh yang membunuh kedua orang tuanya.

"Hiks.. Kak cio.." Gadis itu terduduk lemas memeluk kedua lutut nya.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Ia memejamkan mata nya takut.

"Harusnya pewaris itu yang mati di tangan saya sekarang! DI MANA DIA HAH?!"

Mashiho mendecih.
"Lo fikir Gue bakal ngasih tau di mana Keberadaan Adek Gue huh? Gue lebih baik mati karna ngelindungungin Asa dari pada Ngebiarin dia di bunuh sama Lo!"

Bunga terakhir-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang