Barcode

476 52 0
                                    

Yoshi melempar kasar lembar ujian di tangan nya, netra tajam nya menatap sinis sang Adik yang terdiam menunduk.

"Bodoh, Sia sia Gue nyekolahin Lo kalau nilai Lo aja hancur begini! Buang buang uang tau Gak?!"

"Berguna dikit Bisa Gak sih? Kalau Lo pembawa sial, seenggak nya otak Lo Pinter dikit!"

"Jual diri aja sana kalau misal Gak bisa belajar!"

Deg

Asa berani bersumpah, Kata kata Yoshi tadi adalah kata paling menusuk yang pernah sang Kakak lontarkan.

"M-maaf.. " Ia menghapus bulir air mata nya yang masih senantiasa mengalir deras.

Dada nya sesak, Hati nya sakit.
Ia hanya butuh di apresiasi agar kembali bersemangat belajar.
Apa Yoshi tak bisa melakukan nya?

"Maaf maaf maaf mulu Lo! Muak Gue denger nya, Kalau misal semester depan Nilai Lo Gak bagus. Pergi dari Rumah ini, malu maluin Nama keluarga."

"Ngerti?"

Asa mengangguk cepat, Kepala nya pusing. Hati nya sakit, Kapan semua ini berakhir tuhan?

Ia juga ingin beristirahat sejenak.

"Keluar, Lo beruntung Karna hari ini Gue Lagi males nyiksa Orang."

Dengan cepat Gadis itu mengangguk, ia lalu berjalan keluar sambil meremat kertas ujian yang sempat di lempar asal Oleh Yoshi.

Nilai delapan puluh lima, tidak terlalu kecil kan? Tapi bagi Yoshi hal tersebut merupakan aib.
Ia tak tahu jika sang adik rela melewatkan waktu tidur hanya untuk belajar.

Asa mendudukkan diri di pinggiran kasur, kantung hitam di bawah mata nya terlihat jelas. Gadis itu kelelahan, bukan hanya fisik nya. Tapi juga mental.

"Kapan aku berharga di mata kalian?" Lirih nya.

"Apa kesehatan Mental Aku Gak ada harga nya di mata kalian? Apa Aku Bahagia Gak pernah menjadi hal yang kalian inginkan?"

Lagi, Air mata nya luruh.
Asa lelah, Ingin menyerah namun ia ingin tahu apa penyebab dari kehancuran hidup nya ini.

Tiba tiba telinga nya berdengung kencang, ia sampai menutup kedua telinga nya.

"Ayo ikut Mamah Asa.. Mereka benci kamu.."

"Papah rindu Asa.. Ayo sama Papah, tinggalkan mereka."

"Kak cio kangen kamu Sa, Lebih baik kamu ikut Kakak di sini."

Gadis itu menggeleng, mata nya terpejam. Bisikan bisikan itu kembali menghantui nya, bisikan bisikan yang selalu membuat Asa ingin mengakhiri hidup nya sendiri.

Dada nya semakin sesak, Ia bahkan sampai terduduk di lantai sembari memukul dada nya keras.

"S-sakith.. hiks.. T-tolongh.."

"Enggak! Asa masih mau hidup.."

"Hiks.. Mamah.."

"Papah.. Kak Cio.. Sakit."

Jemari nya menelusup ke ranjang kasur, berusaha menggapai benda runcing di bawah sana.

Asa menatap binar pecahan kaca berbentuk runcing di genggaman nya.
Mengarahkan nya ke arah pergelangan tangan nya yang berbalut lengan kain.

"Hahahah.. S-sakit.. "

Ia tersenyum puas, Dada nya tak sesesak awal. Setidak nya tergantikan dengan nyeri karna Self harm yang ia lakukan.

Tok!

Tok!

Tok!

Bunga terakhir-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang