~Happy reading~.
.
.
.
.
.Seorang wanita berusia 35 tahun sedang duduk berhadapan langsung dengan sang dokter yang menangani anaknya.
"Jadi, bagaimana dok?" tanya nya tak sabar menatap penasaran dokter pria itu.
Terlihat dokter itu menghela nafasnya. "Pasien terkena leukemia myeloid akut" ucap dokter itu hati-hati.
Wanita itu sontak tertegun, ia mematung mendengar tiga kalimat terakhir yang di lontarkan sang dokter pria itu.
Nafasnya seakan tercekat namun air matanya luruh begitu saja tanpa seizinnya. "B-bagaimana bisa dok? Selama ini d-dia baik-baik saja" wanita itu akhirnya buka suara, walaupun dengan suara bergetarnya.
"Memang. Penyakit itu selalu datang tiba-tiba tanpa di sadari, namun itulah yang saya dapatkan saat memeriksa pasien" ucap dokter itu.
Wanita itu menggeleng seakan tak terima, air matanya terus menerus menetes.
"Bisa sembuh kan dok? Anak saya bisa sembuh seperti semula kan? Tolong dok, lakukan apapun. Berapapun biayanya akan saya tanggung." ucap wanita itu bertubi-tubi.
Dokter pria itu lebih menegakkan badannya seraya menganggukan kepalanya. "Leukemia myeloid akut, penyakit itu sangat serius. Pasien bisa sembuh bergantung pada pengobatan dan terapi yang harus di jalaninya, jika rutin melakukan terapi kemungkinan besar sel kanker nya tidak akan menyebar luas"
Wanita itu masih terus menangis sambil menganggukan kepalanya menatap harap sang dokter. "Tolong, tolong lakukan apapun yang membuat dia sembuh"
Setelah berbincang banyak dengan dokter wanita itu keluar dari ruangan dokter pria tadi dan berjalan menuju kamar rawat anaknya.
Sakit, itulah yang kini di rasakan wanita itu. Hatinya terasa patah, dirinya seolah tidak menerima takdir yang harus di alami putrinya, putri semata wayangnya yang sangat-sangat ia sayangi.
Wanita itu memukul mukul dadanya yang terasa sesak sekali, apalagi kini saat melihat dunianya sedang terbaring lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit.
"Kenapa harus dia tuhan... kenapa harus dia yang merasakan ini? Kenapa tidak aku saja, kenapa tuhannn!" lirihnya dengan tangisan yang amat menyayat hati, tubuhnya sudah terkulai lemas di lantai dingin rumah sakit.
"Nggak! pokoknya kamu harus kuat Zee. Kamu nggak boleh ninggalin mama" gumamnya.
"Mama janji nak. Mama akan selalu ada disisi kamu, Shazeera Asadel." gumam wanita itu lagi menatap kosong ke arah depan.
***
Beberapa bulan kemudian
Sinar mentari pagi menyapa, sungguh terang sekali cahaya yang masuk ke celah-celah jendela hingga membangunkan gadis cantik bernama Shazeera Asadel Grasheva atau lebih terbiasa di panggil Zee.
Walaupun rasa kantuk masih menyerangnya, Zee mau tak mau membuka matanya dan mulai mendudukkan dirinya guna mengumpulkan kesadarannya.
tok..tok..tok..
cklek
Seseorang yang tadi mengetuk pintu itu kini sudah masuk dan ada di hadapan Zee.
"Eh anak mama udah bangun ternyata" ucap wanita itu tersenyum sambil mengecup lembut kepala Zee.
"Iya, udah kok ma" sahut Zee membalas senyuman sang mama.
"Yaudah mandi dulu sana, udah makin siang loh" suruhnya yang langsung di turuti Zee.