Mentari pagi telah memunculkan sinarnya kembali, sudah pasti orang-orang memulai aktivitasnya lagi. Seperti Zee yang saat ini sedang bermalas malasan harus bertemu dengan air dingin lagi, namun pelan tapi pasti ia berjalan menuju kamar mandi dan memulai acara ritual mandinya.
Beberapa menit kemudian Zee keluar dengan wajah segarnya ia langsung memakai baju yang telah di siapkan oleh mamanya.
Setelah selesai Zee pun beralih untuk menyisir rambutnya yang masih berantakan itu.
"Parah, ini udah parah banget. Rambut gue makin rontoknya banyak banget" gumam Zee, ia sudah sangat bingung saat ini.
Jika dipikir-pikir ini tidak masuk akal, ia tidak setiap hari keramas namun tetap saja tiap kali ia menyisir pasti ada rambut yang rontok dan itu tidak sedikit jumlahnya.
Serontok rontoknya rambut, tidak mungkin sebanyak itu bukan? Pikiran buruk di kepala Zee juga sudah bermunculan namun ia masih tak yakin.
Rasa ganjal dan rasa penasaran di dirinya pun makin kuat kala mengingat ia yang sering mimisan, selalu pusing dan sang mama yang selalu mengingatkannya minum obat yang Zee sendiri tidak tahu itu obat apa karena sang mama telah mengganti wadah obat itu.
Berpikir tentang obat, Zee langsung mengambil obat yang ada di tasnya dan membuka wadah obat itu. Ia meletakkan butir butir obat itu di atas kasurnya serta Zee mengambil handphonenya untuk mencoba menelusuri di google lens dan beberapa menit kemudian air matanya menetes begitu saja kala melihat banyak penjelasan yang ia baca.
Zee menerutuki dirinya sendiri, mengapa ia sangat bodoh. Sudah berbulan bulan ia selalu rutin minum obat tapi dirinya hanya mengira itu vitamin biasa.
"Gue penyakitan?" tanya Zee pada diri sendiri dengan air mata yang terus menetes.
"Iya! Penjelasan yang tadi gue baca udah jelas banget. Jadi selama ini mama bohong?" ucapnya lagi dengan kekehan mirisnya.
Luruh sudah tubuhnya, Zee sudah terisak sekali sekarang. Ia harus menerima takdirnya bahwa ia memiliki penyakit yang cukup serius itu.
"Zee sayang kok lam-" ucapan sang mama tak di lanjutkan saat mendengar tangisan Zee sangat menyayat hati.
"Sayang hey, kamu kenapa nak?" tanya sang mama cemas seraya menarik Zee ke dalam dekapannya.
Zee memberontak namun sang mama menahan kuat badan Zee sambil menggumamkan kata penenang untuk Zee.
Beberapa menit sudah, Zee terlihat cukup tenang sekarang.
"Sayang kamu kenapa? Ada yang sakit hm?" tanya sang mama lembut sambil mengusap kepala Zee.
Zee melepaskan pelukan sang mama dan menatap sang mama dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mama bohong" lirih Zee.
Sang mama mengerutkan dahinya. "Mama bohong apa sama kamu sayang?"
"Mama kenapa bohongin aku, a-aku p-penyakitan kan Ma?" tanya Zee terbata bata tak kuasa menahan air mata yang terus menerus keluar.
Deg.
Air mata sang mama keluar begitu saja, ia masih mematung saat ini. Lidahnya seakan kelu susah sekali mengeluarkan kata-kata nya, hatinya yang tadi sudah sakit karena mendengar tangisan anaknya semakin sakit kala mendengar perkataan Zee tadi.
Melihat sang mama yang diam saja Zee semakin yakin bahwa apa yang ada di pikirannya benar, yasudah jika mamanya tidak mau memberi tahunya ia akan cari tahu lebih dalam sendiri.
Dengan cepat Zee mengambil tas nya dan meninggalkan sang mama yang sedang terisak.
Seakan sadar kembali, sang mama berdiri dengan cepat meneriaki nama Zee namun yang di panggil tak menyahut sama sekali.
Sang mama keluar dari kamar Zee dan melihat ruangannya sudah kosong tidak ada tanda-tanda Zee disini, ia pun dengan cepat membuka pintu dan keluar dari apartemennya.
"ZEE"
"Zee kamu belum sarapan nak!"
"Zee hey sayang maafin mama..." tangis sang mama sambil memukul dadanya yang terasa sesak sekali bahkan kini tubuhnya sudah luruh ke lantai.
Sang mama menghapus kasar air matanya, ia masuk kembali ke apartemennya mengambil tasnya dan memakai sepatunya lalu pergi.
***
Di sekolah Zee hanya diam saja membuat Christy dan Jessi terheran heran melihatnya, tidak biasanya seorang Zee pendiam seperti ini.
"Ada masalah?" tanya Christy yang mendapat gelengan pelan dari Zee.
"Lo kenapa sih, Zee? Pusing kah?" tanya nya lagi namun kini tak mendapat respon apapun.
"Udah biarin aja dulu, mungkin moodnya lagi ga bagus" bisik Jessi yang di angguki Christy.
Zee mengikuti pelajaran dengan baik, walaupun hari ini rasanya malas sekali hingga saat ini waktunya istirahat namun Zee tetap berdiam diri menyandarkan kepalanya di meja.
"Zee, lo ngga makan?" Christy menatap Zee yang sedang memejamkan mata.
Zee membuka matanya sebentar. "Ngga"
"Oh yaudah, gue sama jessi ke kantin ya soalnya dia ga bawa bekel" ucap Christy yang di angguki oleh Jessi.
"Hmm"
Setelah mendengar jawaban Zee, Jessi dan Christy meninggalkan Zee.
Bosan di kelas Zee memutuskan mencari udara segar keluar kelas, tujuannya saat ini adalah perpustakaan Zee berpikir akan menenangkan diri disitu sambil membaca buku.
Berjalan dengan santai sambil sesekali ia menendang krikil tak bersalah, ia merasa sangat lapar namun di biarkan saja, bodoamat dengan perutnya yang dari pagi belum diisi.
"Zee!" panggilan dari seseorang membuat zee menoleh ke arah suara.
"Iya kak?" jawab Zee.
"Boleh minta tolong anterin buku ini ke mejanya bu Gracia ngga? Soalnya aku ada rapat osis mendadak" ujar Fiony, kakak kelas Zee.
"O-oh iya boleh kak, sini" Zee mengambil alih buku itu.
"Makasih banyak Zee, aku pamit ya bye!" Fiony langsung pergi dari hadapan Zee, sepertinya ia memang sedang terburu-buru.
Zee memandang beberapa buku yang di bawanya, sebenarnya ia malas sekali dan ingin menolaknya tadi namun tidak enak pada Fiony.
"Ck palingan punya orang yang lelet ngerjain tugasnya" cibirnya sambil berjalan menuju ruang guru.
Zee mengetuk pintu ruang guru itu namun tak ada yang menyahut.
"Mungkin lagi pada makan kali ya" pikirnya.
Tanpa berlama-lama Zee langsung membuka ruangan itu dan tangannya lemas seketika hingga buku yang ia pegang pun terjatuh.
Brukkk!
"E-eh m-maaf maaf saya cuma mau nyimpen buku ini ke meja b-bu Gracia" ucapnya terbata sambil mengambil buku yang berserakan itu lalu dengan cepat Zee simpan asal entah itu meja siapa, lalu pergi dengan cepat.
Salah satu orang yang berada di dalam itu sejak kedatangan Zee ia melebarkan matanya sambil menggeleng keras, ia juga berusaha turun dari pangkuan seorang guru lelaki namun sangat sulit karena guru lelaki itu menahannya.
Hingga kini sekuat tenaga seseorang itu menyikut wajah lelaki itu hingga lelaki itu meringis kesakitan.
Seseorang itu langsung beranjak, berlari dan berteriak.
"Zee!"
"Zee ini nggak seperti yang kamu liat sayang" teriaknya yang kini sudah di ambang pintu.
_TBC_
siapa tuh teriak teriak
terimakasih sudah membaca, jangan lupa untuk vote dan komennya yaaa!✨