10

2.2K 265 41
                                    

Di pukul 10.00 WIB ini sekolah sudah bubar, semua teman teman Zee sudah pulang dengan jemputannya masing-masing. Kini tinggal dirinya saja yang tersisa duduk di halte sekolahnya menunggu kedatangan sang penjemput, siapa lagi jika bukan sang mama Gracia.

Kedua kakinya berayun guna menghalang bosan, namun tetap saja anak itu mudah sekali bosan dan tidak suka menunggu lama-lama. Salah sendiri juga sih mengabari Gracia yang mendadak.

"Minum aku abis, mana haus lagi. Beli aja ah" merasa tenggorokannya kering dan ingin yang segar-segar Zee bangkit dari duduknya dan melangkah pergi ke minimarket yang tak begitu jauh dari sekolahnya untuk membeli minuman.

"Hmm... beli eskrim atau minuman ya?" Zee berbicara sendiri seolah memikirkan akan membeli apa.

"Haus banget sih ini, yaudahlah beli minuman aja" hanya membutuhkan waktu 3 menit Zee berjalan akhirnya ia sampai di minimarket dan membeli keinginannya.

Menikmati minumannya dengan nikmat, saat akan melangkah kembali ke tempat asal kaki Zee menendang sesuatu. Ia pun spontan berjongkok guna menatap lebih jelas apa yang tendangnya.

"Lah, dompet siapa ini?" tanyanya, ternyata ia menendang sebuah dompet.

"Tebel banget lagi, tapi pasti isinya bukan batu bata" gumamnya sambil memperhatikan si dompet.

"Punya siapa ya? Kok bisa jatuh sih, teledor banget"

Mata Zee pun melihat sekitar, cukup sepi. Entahlah mengapa minimarket saat ini tidak ramai, bahkan satpam disini pun sedang tidak ada.

"Buka aja kali ya? Liat alamatnya siapa tau pemiliknya masih orang sekitar sini" dasar bocah, tidak ada pilihan lain ia langsung mengecek isi dompet itu dan mencari barang yang menurutnya ada alamatnya.

KTP, anak itu mengambil KTP yang ada di dalam dompet itu. Untung saja ada, dan jelas juga alamat yang tertera disitu ternyata sekitaran sini, Zee jadi dapat membantu untuk mengembalikan dompet itu. Anak itu memiliki inisiatif yang bagus.

"Oalah... deket ternyata, balikin aja deh. Tapi mama gimana?" Zee berpikir keras.

"Yaudahlah ngga bakal lama ini" putusnya, setelah itu ia mulai melangkahkan kakinya menuju alamat yang ia sudah tahu.

Zee sudah sampai pada alamat itu tapi ia masih ragu untuk memencet bel karena takut salah rumah, rumah yang Zee temukan benar-benar sangat bagus. Memang terlihat juga dari dompetnya yang tebal dan pasti milik si kaya.

Zee pun memberanikan diri untuk memencet bel, dan tanpa berlama lama seseorang pun keluar dan menatap bingung ke arahnya.

Zee yang melihat itu langsung membuka suaranya "Apakah benar ini rumah Shani Indiva Renatta?" tanyanya pada satpam yang tadi membuka gerbang.

"Benar, ada keperluan apa kamu datang kesini?" sahut sang satpam.

"Oh ini pak, aku nemu dompet di jalan dan pas aku cek alamatnya ternyata disini. Jadi mau ngembaliin ke orangnya"

"Dompet? Punya Nyonya Shani?"

"Iya, sesuai yang aku sebutin tadi"

"Oh iya ya"

"Kak Shani nya ada ngga?"

"Ada, yaudah kamu masuk saja deh. Tapi hati-hati ya, jangan sampai berisik. Nyonya tidak suka keributan" peringat sang satpam.

"Iya pak... Jeno? Ceilahh, namanya bagus pak" ucap Zee bercanda kala ia melihat nama yang tertera di baju satpam bernama Jeno itu.

Pak Jeno sontak terkekeh. "Bisa aja si neng, udah sana masuk. Keburu Nyonya pergi lagi nanti"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang