Bab 3 - Tindakan Gavin

6.1K 209 5
                                    

Pria tampan itu memandangiku dengan pandangan yang aneh dan seolah ingin menerkamku. Dia adalah Gavin Jhonatan Wilson, calon kakak iparku.
- Lily Stuart

***

Gavin masih menatap Lily yang tertawa bersama pria yang sedang mengobrol di depannya. Rahangnya mengeras melihat wanita itu tertawa sangat lepas bersama pria lain. Tanpa memedulikan Rose yang merupakan tunangannya, Gavin menuju tempat Lily berada. Roseline yang berada di depannya hanya menatap punggung yang menjauhinya dengan penuh tanya.

"Ehm, sepertinya pembicaraan kalian sangat seru," ucap Gavin, pria tampan itu masih memandangi Lily yang masih tersenyum di wajahnya.

"Ah, ya. Ini calon pengantinnya kan?" tanya pria yang mengerlingkan matanya pada Lily. Lily tersenyum mendengar perkataan pria di depannya.

"Ya, dia adalah calon kakak iparku. Kak Gavin. Kenalkan juga kak, ini Edward sepupuku." Lily mengenalkan Gavin pada Edward. Sepupu Lily mengulurkan tangan terlebih dahulu. Gavin pun menerima uluran tangannya.

Cukup lama kedua pria berjabat tangan. Terdapat hal yang aneh dengan sepupunya, Lily bisa melihat dari kerutan wajah yang ditampilkan oleh Edward yang terlihat kesakitan. Berbanding terbalik dengan Gavin yang tersenyum seolah menikmati jabatan tangannya.

"Ehm, Ed. Lebih baik kamu menemui Bibi Ghina dulu. Sepertinya Edward telah dicari-carinya sejak tadi." Lily membantu Edward keluar dari situasi yang cukup aneh menurutnya. Gavin segera melepaskan jabatan tangannya dengan Edward.

Lily menggamit lengan sepupunya yang tampan itu, gadis itu ingin melangkah meninggalkan Gavin. Namun, tangan Gavin menghentikan langkah Lily, dengan pandangan penuh tanya Lily menatap pria yang sudah menjadi tunangan kakaknya. Lily sangat heran dengan tingkah Gavin, dia tidak memahami hal yang dilakukan oleh pria itu hingga membuat sepupunya Edward kesakitan.

"Kamu mau kemana? Di sini dulu temani aku," ucap Gavin dengan lembut yang membuat Lily terperangah.

Sepertinya calon kakak iparnya ini sungguh aneh. Ke mana pula kakaknya, Rose yang seharusnya berada di dekat pria yang tampan ini. Kebetulan, Rose menghampiri ketiganya yang sudah berada dalam posisi yang canggung. Rose tersenyum pada Lily dan Edward, dia sekilas melihat situasi yang canggung di antara ketiganya.

"Gav, maaf lama. Tadi aku ke toilet sebentar, jadi aku tidak dapat menemanimu." Rose mengucapkan hal itu sambil menatap lembut Gavin.

Gavin terperangah dengan kehadiran Rose, dia tidak sadar telah meninggalkan tunangannya sendiri. Tindakan gegabahnya yang mendatangi Lily secara tiba-tiba membuatnya malu. Dia bersikap seperti pria yang memiliki hubungan dengan Lily dan bersikap posesif pada adik tunangannya. Gavin menyadari satu hal, dia tidak menyukai Lily tertawa bahkan berbicara dengan pria lain. Dia seperti pria yang cemburu.

"Ehm, kalau begitu kami menghampiri Bibi Ghina dulu kak, sepertinya Edward telah dicarinya. Tadi kami mengobrol cukup lama." Lily masih menatap Gavin dengan pandangan yang aneh. Lalu, wanita itu berlalu dengan menggamit lengan Edward.

Gavin menatap kepergian kedua orang itu dengan pendangan yang nanar. Dia seperti tidak rela Lily pergi dengan Edward. Padahal, Edward adalah sepupunya sendiri, kenyataan tersebut tidak membuat hati pria ini tenang.

"Jadi, mengapa kamu meninggalkanku begitu saja?" tanya Rose tiba-tiba pada Gavin yang masih memandangi kepergian Lily dan Gavin.

"Maaf, aku hanya ingin menyapa Lily yang sedang berbicara dengan seorang pria. Seharusnya kamu lebih memperhatikan pergaulan adikmu, jangan membiarkan Lily sembarangan berbicara dengan orang lain." Entah disadari oleh Gavin atau tidak, perkataan pria itu seolah mengatakan pergaulan Lily tidak baik dan memerlukan pengawasan dari kakaknya.

"Gav, Lily itu sudah dewasa bahkan dia sudah bekerja. Dia sudah dapat menentukan sendiri pilihannya, lagipula yang berbicara dengan Lily adalah keluarga kami. Bukan orang lain, kamu tahu sendiri kan. Pesta pertunangan kita hanya dihadiri oleh kerabat dekat." Rose sedikit kesal dengan Gavin yang membicarakan pergaulan adiknya.

Lily adalah adik yang dia sayangi, dia tidak ingin seseorang yang bahkan baru mengenal adiknya berbicara aneh tentang pergaulan adiknya. Gavin merupakan calon suaminya, hal itu berarti dia akan menjadi kakak bagi Lily. Walaupun begitu, Gavin baru kali ini bertemu dengan Lily jadi dia tidak berhak memberikan pernyataan yang seolah Lily tidak memiliki pergaulan yang baik.

Gavin mendengar perkataan Rose yang sedikit kesal dan tersinggung dengan perkataannya. Dia bahkan tidak mempercayai dirinya sendiri yang mengatakan itu pada Rose.

"Maaf, tidak seharusnya aku mengatakan hal tersebut tentang Lily," ucap Gavin yang memandang Rose dengan penuh penyesalan.

"Ya, kamu harus memastikan tidak mengatakan hal itu di depan Papaku." Gavin menyadari perkataannya sangat menyinggung Rose, pria itu memahami bila Rose membela Lily yang saat itu hanya mengobrol dengan sepupu mereka.

"Yah, lebih baik kita duduk di sana. Kita perlu berbicara agar lebih saling mengenal." Gavin mengajak Rose untuk duduk dan mengobrol untuk lebih saling mengenal. Rose menganguk, menerima ajakan Gavin.

Gavin harus menghapuskan perasaan tidak nyaman yang selalu muncul dalam dirinya bila bertemu dengan Lily. Perasaan ini harus dia kubur dengan dalam karena Lily bukanlah wanita yang ditakdirkan untuknya. Kini, pria itu menatap wanita di depannya berharap perasaanya akan tumbuh pada wanita yang merupakan kakak dari pujaan hatinya.

***

Setelah acara pertunangan itu, Rose sering kali bertemu dengan Gavin untuk membangun chemistry di antara keduanya. Walaupun ini adalah pernikahan politik yang bisa dibilang akan menguntungkan kedua belah pihak Gavin menginginkan dia menikah seumur hidup. Maka dari itu, dia selalu mencoba untuk mengenal lebih jauh tentang Rose.

Pria itu sedang menuju perusahaan Rose, dia menjemput Rose untuk melakukan makan siang bersama. Tunangannya itu bekerja di Perusahaan Stuart yang merupakan perusahaannya sendiri. Rumor mengatakan Roselah yang akan mewarisi Perusahaan Stuart karena Lily tidak menginginkan hal tersebut dan malah bekerja di perusahaan lain.

Kedatangan Gavin membuat beberapa karyawan wanita terpesona melihat pria yang tampan itu. Dengan tubuh tegapnya, dia langsung menuju ruangan Rose yang telah dia ketahui sebelumnya. Rose memang belum memegang penuh Perusahaan Stuart, dia saat ini memegang jabatan sebagai direktur pemasaran.

Gavin membuka pintu ruangan Rose yang sebelumnya telah diketuk. Dia tersenyum sambil membuka ruangan Rose.

"Rose, kamu sudah siap? Ayo kita segera makan siang," tanya Gavin ketika membuka pintu ruangan Rose.

Gavin terkejut melihat wanita yang berada di dalam ruangan. Ternyata yang berada di ruangan bukanlah tunangannya melainkan Lily. Wanita yang beberapa waktu lalu masih berada dalam pikirannya. Namun, pemikiran tentang wanita cantik itu telah dia hempaskan seiring dengan kebersamaannya dengan Rose.

Kehadiran wanita cantik bermata biru ini membuat debaran jantungnya berdegup kencang. Seolah dengan kehadiran Lily dapat meluluh lantahkan pertahanannya. Gavin berusaha bersikap tenang dan menghampiri Lily yang tersenyum.

"Hai, kakak ipar. Apa kabar?" tanya Lily pada Gavin yang malah terkesima dengan kecantikan wanita yang berada di depannya.

Setelah beberapa waktu, Gavin tersadar dan menjawab pertanyaan dari Lily, "Ehm aku baik. Ke mana Rose? Aku tidak melihatnya." Gavin bertanya pada Lily karena tidak melihat keberadaan tunangannya di dalam ruangan.

"Aku tidak tahu, aku juga baru datang dan ingin bertemu dengan Kak Rose," ucap Lily dengan lembut.

Gavin merutuki takdir yang seolah selalu mempertemukannya dengan Lily. Dia takut tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri bila terus berdekatan dengan calon adik iparnya.

***

Pengantin Pengganti [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang