Bab 5 - Sikap Roseline

4.8K 183 8
                                    

Evan terkejut mendengar ide gila dari kekasihnya. Dia berpikir Rose akan mengakhiri hubungan mereka. Rose kecewa saat menatap wajah Evan yang terkejut. Wanita cantik itu berharap Evan yang memohon untuk kawin lari, nyatanya pria itu terkejut mendengar perkataannya.

"Kawin lari?" tanya Evan mengulangi perkataan Rose.

"Ya, kita kawin lari. Aku tidak mungkin menikah bersama dengan Gavin. Aku tidak mencintainya!" ucap Rose yang memandang Evan sendu.

"Seharusnya kamu mengatakannya sebelum pertunangan kalian terlaksana. Saat ini kalian sudah terikat Rose. Mana mungkin aku membawa calon pengantin milik orang lain dan menikahinya." Evan berpikir realistis. Dia dapat menghadapi keluarga Rose bila wanitanya memang menginginkannya.

Rose masih menatap Evan sendu, dia berharap Evan menyukai idenya. Kekecewaan melandanya ketika reaksi Evan tidak sesuai harapannya.

"Jadi, kamu menginginkan hubungan kita berakhir? Lalu, kamu rela melihatku menikah dengan orang lain?" cecar Rose untuk membuat hati Evan bimbang.

Rose ingin Evan menyetujui ide gilanya. Dia berpikir akan sangat romantis bila seorang perempuan pergi sebelum pernikahan dan kawin lari bersama kekasihnya. Rose dipenuhi dengan imajinasinya yang liar.

Rose memang sangat menyukai novel romantis. Dia menganggap dirinya adalah Juliet yang akan dinikahkan dengan Paris seperti dalam novel Romeo dan Juliet karya Shakespears. Baginya, kehidupan harus dilalui dengan perasaan mendebarkan agar dipenuhi tantangan.

"Rose, aku tidak ingin hubungan kita berakhir, tetapi kamu telah memutuskan sendiri untuk menyetujui pernikahan dengan orang lain. Kamu tidak mengatakan apa pun padaku." Evan berkata dengan frustasi, dia tidak dapat memahami pikiran Rose.

"Jadi, kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" Rose memulainya, wanita itu sering kali membuat Evan pusing dengan tingkahnya.

Seringkali Rose membuat Evan merasa bersalah dengan pertanyaannya tentang cinta. Dia tidak lagi melihat Rose sebagai wanita yang mandiri, bersamanya Rose selalu manja dan merengek.

"Tentu aku mencintaimu, tetapi bukan begitu caranya agar kita dapat menikah. Ayo kita hadapi bersama kedua orang tuamu. Aku yakin mereka dapat menerima hubungan kita." Evan meyakinkan Rose untuk menghadapi kedua orang tua Rose.

"Tidak, mereka berdua tidak akan setuju.  Pertunangan kami telah dilaksanakan. Pasti keluarga Wilson akan meminta pertanggung jawaban bila keluarga kami memutuskan pertunangan," ucap Rose yang terlihat khawatir.

Evan menghela napasnya, dia sudah cukup terkejut dengan pertunangan Rose. Saat ini, dia ingin memikirkan kembali tentang hubungannya dengan Rose. Sesuai perkataan Rose, keluarga Wilson pasti akan meminta tanggung jawab keluarga Stuart bila Rose memutuskan pertunangan. Akan tetapi, kawin lari bukanlah solusi.

"Evan, jangan ragu dengan rencanaku. Kita dapat hidup berdua saja. Kamu dan aku. Aku akan meninggalkan keluargaku," ucap Rose yang meyakinkan kekasihnya untuk melakukan rencana kawin lari.

"Aku sudah merencanakan segalanya. Satu hari sebelum pernikahan berlangsung, aku akan diam-diam pergi di tengah malam. Aku akan menemuimu di belakang rumah dan kamu harus menungguku di sana. Aku akan memastikan semua berjalan dengan lancar." Ide gila ini telah Rose pikirkan sejak lama. Dia tidak ingin membuat keributan, jadi pergi di tengah malam di saat semua orang tidur.

"Rose tolonglah. Aku tidak dapat melakukan itu. Kalau kita melakukannya  sama saja dengan memberikan kotoran di wajah keluargamu. Bukan hanya keluargamu, dua keluarga akan malu bila kamu pergi sebelum acara pernikahan." Evan masih berpikir logis untuk tidak menyetujui ide gila Rose.

"Berarti kamu tidak mencintaiku, Evan. Kamu tidak ingin tinggal bersamaku dan berkorban demi cinta kita." Rose dengan sikapnya terus mencecar Evan.

Evan menatap Rose, dia sangat mencintai wanita di depannya ini. Akan tetapi, dia takut tidak bisa membuat wanitanya bahagia.

"Aku tidak bisa menjanjikan kemewahan yang selalu kamu dapatkan. Aku hanya bisa menjanjikan hidup sederhana. Bila kita melakukannya tentu kita harus pindah ke tempat yang jauh, yang tidak bisa dilacak oleh keluargamu." Evan masih berpikiran dengan logis.

Pria itu sebenarnya tidak ingin melakukan tindakan gegabah dengan membawa anak gadis orang. Bahkan, melakukannya tepat sebelum pernikahannya. Akan tetapi, Rose mendesak dan terus mempertanyakan cintanya.

"Aku tidak apa-apa bila hidup sederhana bersamamu. Aku hanya ingin kita berdua bersama." Rose mengatakannya sambil menatap intens pria yang dia cintai.

"Baiklah, kita akan melakukan rencanamu untuk kawin lari. Aku berharap, suatu saat orang tuamu akan memaafkan perbuatan kita." Rose memeluk Evan karena telah menyetujui ide gilanya untuk kawin lari.

Evan menerima pelukan dari kekasihnya sambil terus memikirkan nasibnya dan Rose. Dia khawatir tidak dapat membahagiakan wanita yang dia cintai.
Evan yang telah lama menjalin hubungan dengan Rose tentu mengetahui bagaimana gaya hidup wanita itu. Seperti wanita sosialita kebanyakan, Rose senang berbelanja. Rose senang menghamburkan uang orang tuanya untuk bersenang-senang. Tak jarang, wanita itu mengajaknya, meskipun terkadang ia enggan melakukannya.

Evan yang tidak bisa mengimbangi kehidupan Rose sebenarnya selalu berpikir untuk mengakhiri hubungan mereka. Akan tetapi jika Evan ingin mengakhiri, Rose selalu menangis dan memohon agar tidak mengakhiri hubungan. Evan yang mencintai Rose tentu luluh dengan tingkah laku Rose.

***

Persiapan pernikahan menyita waktu Gavin, dia ikut sibuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan. Gavin sedikit melupakan pertemuan manisnya dengan Lily. Dia memenuhi pikirannya dengan Rose yang akan menjadi istrinya. Gavin harus dapat memosisikan dirinya sebagai kakak ipar Lily.

Berbanding terbalik dengan Rose, dirinya tidak begitu memedulikan pernikahannya. Dia terlihat enggan mempersiapkan pernikahan. Mamanya, Thalita yang sibuk mempersiapkan segalanya dibantu dengan Lily.

Pernikahan akan tetap diadakan di mansion keluarga Stuart. Mansion Stuart cukup luas untuk mengadakan sebuah pesta. Mereka menginginkan pesta pernikahan yang privat. Kedua keluarga hanya mengundang kerabat dekat dan beberapa kolega saja.

Rose gelisah, dirinya termenung melihat berbagai orang yang sibuk mendekor taman belakang rumah. Taman tersebut telah berubah menjadi sangat indah dan sesuai dengan konsep pernikahan yang dibicarakan oleh Mama Rose dan Gavin. Rose sama sekali tidak mengomentari dekorasi tersebut, bahkan untuk gaun pernikahan saja Lily yang harus ikut campur untuk memilihkan gaun pengantin.

"Kak, kamu harus semangat dong! Mengapa kamu malah bersikap seperti ini? Jangan mengecewakan para orang tua dan Kak Gavin." Lily memprotes Rose yang selalu bersikap cuek pada persiapan pernikahannya.

"Kamu tidak akan mengerti, Ly. Aku sudah cukup lelah dengan pekerjaan di kantor dan harus dihadapkan dengan persiapan pernikahan. Kamu harusnya dapat memaklumi tindakanku." Rose mengeluh pada Lily sambil memasang wajah sendu.

Rose menyadari tingkahnya membuat semua orang kesal. Wanita itu tidak dapat berpura-pura antusias dengan pesta pernikahan yang sudah di depan mata.

Lily menghela napasnya, Rose sosok kakak yang sempurna di matanya. Dia cantik dan memiliki karir yang terjamin karena Rose akan menggantikan Papa Damian mengelola perusahaan Stuart. Akan tetapi, melihat tingkah kakaknya membuatnya kesal.

"Kamu harusnya bersyukur Kak. Kamu mendapatkan calon suami yang sangat baik dan sempurna." Perkataan Lily membuat Rose kesal.

"Kalau begitu kamu saja yang menikahi Gavin!" ujar Rose sambil berlalu dari hadapan Lily yang hanya terpaku mendengar ucapan Rose. Lily takut  karena perasaannya menjadi tak enak setelahnya.

***

Terima kasih telah membaca, ditunggu komentar dan votenya ya. ❤️❤️❤️

Pengantin Pengganti [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang