SECTION 9

94 7 0
                                    

HAPPY READING MANIEZZZ

Jangan lupa vote dulu sebelum baca!😘

.
.
.
.
.
.
.
.

15 September 》

Jakarta, 08.10

Andrew sedang mengangkat beberapa kotak yang berisi barang-barang milik kedua orang tuanya ke ruang tamu. Ia berniat menyusun barang-barang bawaan di ruang tamu, yang nantinya akan mereka angkut ke Australia. Barang-barang itu akan angkut dengan menggunakan jasa ekspedisi lintas negara mulai sore ini, maka dari itu ia diminta untuk melanjutkan persiapan barang oleh kedua orang tuanya.

Sementara Andrew sibuk mempersiapkan barang-barang di rumah, kedua orang tuanya sedang pergi mengunjungi sekolahnya untuk melakukan pengurusan surat kepindahan sekolah seperti yang telah dijanjikan kemarin. Segala urusannya di sekolah telah terselesaikan. Maka dari itu, ia menuruti perintah Alfred untuk tetap berada di rumah.

"Dua kotak lainnya. Akhirnya semua telah tersusun dengan rapi," gumam Andrew sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.

Ia mengambil alat pembersih vakum dan mulai membersihkan kamar kedua orang tuanya. Dengan teliti, Andrew membersihkan setiap sudut kamar itu, berusaha semaksimal mungkin tidak meninggalkan satu bagian kotor sedikitpun. Setelah itu, ia mempersiapkan peralatan pel dan mulai mengepel lantai kamar hingga bersih mengkilap.

Andrew telah terbiasa dalam membersihkan rumah. Sejak masih berusia 4 tahun, di mana anak sebayanya sibuk bermain, ia telah dipaksa untuk dapat mengerjakan seluruh tugas rumah secara mandiri. Dari mulai pekerjaan terkecil seperti merapikan tempat tidur hingga pekerjaan terbesar seperti membersihkan seluruh bagian rumah. Meskipun dipaksa, ia merasakan dampak positif pada dirinya menjadi seorang yang bersih, rapi, dan disiplin.

Di tengah-tengah ketekunannya dalam mengepel lantai, tiba-tiba saja memori Andrew memutar potongan-potongan kejadian kemarin yang sangat membekas dalam benaknya

-

"Ken... Gua... Suka ama lu."

"Apa!?"

"Bentar, Gilang gak bercanda, 'kan?"

"Ngapain gua bercanda soal perasaan. Gua kagak pernah boong soal perasaan."

...

"TERUS GIMANA NASIB PERASAAN GUA, KEN!?"

"Sekali lagi maafin Ken."

"ANJINGGG!!"

"Pergi lu dari sini, bangsat! PERGI!"

"Gil-"

"GUA BILANG PERGI, ANJING!"

"Mulai hari ini, gua benci ama lu, bajingan! Hubungan persahabatan kita udah putus! Anggap aja kita udah gak saling kenal lagi!"

-

Andrew menghentikan gerakan mengepelnya. Ia menegakkan tubuhnya. Pikirannya langsung tertuju pada bagaimana epilog dari hubungan mereka. Semua berakhir hanya dalam sekejap karena sebuah penolakan perasaan. Bahkan, Gilang telah memblokir nomor kontaknya kemarin. Ia sadar bahwa dirinya dan Gilang seolah membiarkan hubungan mereka hancur begitu saja, tanpa berniat mencari solusi atas masalah ini.

"Gilang, kenapa hubungan persahabatan kita berakhir seperti ini?" gumamnya bertanya.

Pemuda manis itu membetulkan posisi kacamatanya. Kemudian, pandangannya beralih ke arah jendela kamar yang terbuka. "Maafkan An karena tidak bisa menerima perasaan Gilang. An tidak ingin melukai hati seseorang yang selama ini An cintai. An hanya ingin setia kepadanya," ucapnya dengan nada suara resah.

Drunk on Disputation [BXB] (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang