SECTION 16

19 1 0
                                    

HAPPY READING MANIEZZZ
Jangan lupa vote dulu sebelum baca!😘

.
.
.
.
.
.
.
.

《 21 September 》

Geelong, 20.39

"Umm ... ."

Gumaman pelan dan samar seseorang terdengar. Di antara tumpukan kotak-kotak styrofoam, Andrew yang masih memejamkan mata berusaha menggeliatkan badannya, tetapi usahanya seolah terhambat. Karena merasa tidak leluasa, kedua mata sayu itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya terbuka dengan sempurna.

Dengan kondisi penglihatan yang samar-samar, Andrew mengedarkan pandangannya ke segala arah. "Di mana ini?" batinnya bertanya.

Ketika Andrew berniat untuk menggerakkan bibirnya, ia merasa sesuatu merekatkan bibirnya untuk tetap bungkam.

"Mulut An tidak bisa dibuka." Setelah mencoba merasai apa yang merekati bibirnya, Andrew pun akhirnya sadar. "Ternyata ditempel oleh pita perekat."

Andrew kembali mengedarkan pandangan ke sekitarnya. "An tidak mampu melihat dengan jelas. Di mana kacamata An?" batinnya bertanya.

Hahaha!

Sayup-sayup, indera pendengaran Andrew menangkap suara tawa beberapa orang pria dari arah depan.

"Suara tawa banyak orang."

Gangguan penglihatan parah yang dialami oleh Andrew membuatnya kesulitan untuk mengetahui di mana keberadaan pria-pria tersebut.

Andrew mencoba menggerakkan kedua tangannya, namun tali yang mengikat kuat tubuhnya ke sebuah tiang kayu menggagalkan usahanya. Ia lalu mencoba menggerakkan kedua kakinya, namun keduanya sekali lagi terikat dengan erat. Hal itu berhasil melumpuhkan pergerakannya di tempat.

"Apakah An benar-benar sudah diculik sekarang?" Seraya menghembuskan napas pelan, kedua kelopak mata Andrew terpejam untuk sejenak. "Ke mana mereka membawa An?"

Dalam keterdiamannya, tiba-tiba ingatannya dengan cepat tertuju pada Luigino. Kedua matanya seketika terbuka dengan lebar. "Oh, ya! Lui!"

"Sudah berapa lama An di sini? Lui pasti sudah tiba. Tetapi sayangnya An tidak bisa menyambut kedatangannya ... ."

"... Lui pasti sedang kebingungan mencari An sekarang," batinnya melanjutkan.

Andrew menundukkan kepalanya. Kedua pelupuk matanya terpejam dengan perlahan. "Lui ... Tolong selamatkan An."

Tapi, tap, tap.

"Wah, wah, wah. Siapa yang baru saja bangun tidur ini?"

Suara seorang pria membuat Andrew kembali membuka mata dan mengangkat kepalanya dengan perlahan. Tentu saja, lagi-lagi gangguan penglihatannya menjadi kendala, sehingga ia tidak dapat melihat sosok pria di hadapannya dengan jelas. Namun ia merasa akrab dengan suara pria itu.

Pria yang baru saja berbicara tadi—John—bertekuk lutut tepat di hadapan Andrew. "Selamat malam, Liam. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"

Kening Andrew berkerut. Ia berusaha memperjelas pandangannya meski tetap buram. "Sepertinya pria itu adalah John?" batinnya dengan tidak begitu yakin.

John menaikkan sebelah alisnya bingung. Ia mendapati Andrew sedang memperhatikannya secara terang-terangan dengan kening mengerut.

Karena tidak suka dengan jenis tatapan yang Andrew berikan, John menatap balik pemuda itu dengan kesal. "Mengapa kau memandangiku seperti itu?"

Drunk on Disputation [BXB] (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang