*Aula Utama Kerajaan Obelia
Sebuah aula yang dikatakan lantainya sedingin es dan dapat membuat orang yang menginjaknya mati membeku. Yang dikatakan sangat memekak sampai terasa leher tercekik kala memasuki aula tersebut. Yang dikatakan sangat berat tekanannya hingga tak sanggup untuk mendongakkan kepala. Yang dikatakan, siapapun yang bersimpuh di tengah sana, apapun kasusnya, dia akan...
... MATI.Duduklah di tahtah, seorang pria dan wanita dengan baju mewah, mengkilap, yang sangat angkuh menatap wanita lain yang bersimpuh menangis di tengah tengah aula tersebut.
"Aku tidak bersalah... Aku tidak bersalah" gaung wanita itu berkali- kali sambil terus menangis, menunduk dihadapan mereka yang disebut sebagai Raja dan Putri Mahkota.
Sang Raja dan Putri Mahkota hanya menatap lurus tak bernurani, seakan tidak ada kasih sayang kepada wanita itu, sorot mata kristal biru memincing bak tombak tajam yang hendak menghunus, mengambil nyawa siapa saja yang menentang mereka.
"Tolong percaya padaku... Bukan aku yang meracuninya" isak tangis terus keluar memenuhi aula yang terkesan sunyi, banyak sorot mata yang melihat drama yang memilukan ini tapi mulut mereka tak berani bercakap satu katapun, kaki mereka tak berani melangkah keluar dari tempat ini, yah mereka sudah membeku dengan suasana yang dibuat oleh kedua pemimpin yang dikatakan TIRANI itu.
"Apakah aku harus menjadi seperti Zennith agar Ayahanda Raja dan Kaka Putri Mahkota menyayangiku seperti dahulu?... Memelukku dengan kedua tangan hangat kalian?" Lirih kecilnya ditengah tengah keputusan Sang Raja untuk mengeksekusi mati dirinya, karena telah meracuni salah satu keluarga kerajaan.
"Huh! Kau ini bukan anakku!" Suara dingin Sang Raja menggelegar, membuat sang wanita itu bergetar hebat menahan tangis yang sepertinya sudah berada di kerongkongannya, sorot matanya kini memandang Putri Mahkota yang duduk disebelah sang Raja seakan meminta kasih sayangnya.
Kedua perempuan yang disandingkan akan sangat persis, bak bulan dibelah dua. Sang kembar yang memiliki nasib berbeda. Namun, "sampai kapanpun, aku tak pernah senang disandingkan denganmu Athanasia..." ucap Putri Mahkota yang berdiri sambil meninggalkan tempat tersebut.
Dengan itu eksekusi diselenggarakan keesokan harinya, tubuh mungil Athanasia yang berantakan diseret paksa oleh para ksatria ketengah podium eksekusi. Hanya sebagian orang yang melihatnya, yah sebagian orang yang tak memiliki hati nurani yang sanggup melihat hal sadis ini. Melihat tubuh Athanasia yang telah siap menerima nasibnya, tersenyum kearah sang Putri Mahkota lalu berkata "...Terima kasih, aku menyayangimu...". Lalu pergi meninggalkan dunia yang indah ini sambil tetap mempertahankan senyumannya di badan yang tak bernyawa itu. Langkah Putri Mahkota kembali kedalam meninggalkan tubuh adiknya tanpa rasa bersalah...
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
Itulah gambaran diriku, seorang Kaka yang tidak mendengarkan tangisan adiknya, yang tidak mendengarkan penjelasan adiknya, dan yang tidak peduli akan keberadaan adiknya. Padahal aku dan dia diciptakan dari rahim ibu yang sama, lalu...'kenapa hari itu aku tak menolongnya?!'
'kenapa hari itu aku tak menahan Ayah untuk menjatuhkan hukumannya?!'
'kenapa aku tak memeluknya, mendengarkannya, mengerti akan perasaannya, layaknya seorang kakak kepada adik kembarnya?!'
'kenapa aku meninggalkannya?!'
'kenapa ?! Kenapa?! Kenapa?!'Menyesal? Tentu itu lah yang sedang ku rasakan! Rasa sesal yang menyesakkan, rasa bersalah yang tak ada maafnya, sebuah masalah yang tak ada jalan keluarnya. Sosok Athanasia sudah meninggalkan dunia ini, begitu juga diriku yang buta dengan kekuasaan dan membuat kerajaan ini hancur.
'apa jika kita bertemu kembali, kau mau me-maafkanku?' lirihku di tengah tengah sorot mata yang memburam
'tentu... Tidak ... Tapi tenanglah, aku akan menanggung semua dosa ini untukmu adikku'Aku dan Pria itu(Sang Raja) sampai mengeluarkan mana yang besar untuk memperebutkan kekuasaan, kini aku tidak tau nasib kerajaan bagaimana tapi di sekitarku sudah merah dengan api yang menyala, panas sangatlah panas tapi aku tetap terbaring lemas di atas tanah ini melihat langit biru yang aku sukai tertutup oleh asap hitam akibat kebakaran.
'Apakah ini ganjaran yang aku terima karena telah menyia-nyiakan mu wahai adikku?' lirihku yang mulai kehilangan kesadaran
"Apa aku bisa menyelamatkanmu..." Lirihku pedih ditengah kehampaan yang membunuhku secara perlahan
----- -----
"Wahhhh tuan putri sudah bangun? Apakah anda kelaparan? Biar saya angkat anda dari tempat tidur yahhh... Saya mohon anda jangan terlalu berisik adik anda tertidur dengan pulas sekali"
Lilian York, wanita yang mencurahkan seluruh kehidupannya demi untuk menjaga kami berdua, TIDAK! bahkan ia lebih menyayangi Athanasia dibandingkan dengan diriku, ia dengan sangat ikhlas menjadi tameng untuk Athanasia dan sama sama di eksekusi walau di hari yang berbeda. Sebentar?! Eksekusi?! Lalu kenapa suaranya sangat jelas terdengar di telingaku
"Wah wah tuan putri hihi, pelan pelan saja minum susunya. Semuanya ini untuk anda" tawarannya sangat nyata terdengar di telingaku, aku berusaha untuk membuka mataku. Membiarkan cahaya menyilaukan masuk ke kornea mataku. "Wahhh lihat anda .. mata anda sangat indah Putri..." Lili tersenyum kearahku sangat dekat.
'tunggu! Kau! Mengapa? Seharusnya kau sudah mati!'
"Ada apa tuan putri? Apa tidak nyaman? Biar saya gantikan yahhh" ia menaruh ku di tempat tidur kembali dan hilang.
Menaruh Ku kembali? Ke tempat tidur yang sangat tinggi untukku, aku mencoba meraihnya dan...
'APA INI?! TANGANKU MENJADI SANGAT KECIL!' runtuk ku yang langsung melihat ke kanan dan kiri ...
Bayi kecil tertidur di sampingku, sangat nyenyak dan nampak tengah bermimpi indah. Bulu matanya lentik dengan Surai pirang bergelombang 'Athanasia?' aku berusaha untuk mendekat, apakah benar dia Athanasia, tapi?! ... Ah!
Kami berdua adalah bayi?! Apakah WAKTU TELAH KEMBALI?!
JIKA BENAR !
JIKA BENAR !
TOLONG TUHAN !
LINDUNGI ANAK INI DARI BAHAYA !
LINDUNGI DARI PRIA ITU BAHKAN DIRIKU !
LINDUNGI DIA !
SAYANGI DIA !
KASIHI DIA !BIARKANLAH AKU...
YANG MENANGGUNG NASIB BURUKNYA !AKU MOHON DENGAN SANGAT !
AKU MOHON !LINDUNGI ATHANASIA DARI SEGALA BAHAYA DISEKITARNYA !
Begitulah diriku yang kembali terlempar ke masa lalu menjadi bayi dan menjalani kembali hidup untuk bertahan hidup
"Apakah kini... Aku mampu untuk melindunginya, mendengarkannya, dan menjadi kakak yang baik untuknya?"
"aku harap aku bisa, SETIDAKNYA UNTUK MELINDUNGINNYA!"
"AKU BERJANJI!"
-----------------------------------------------------------------
920 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Need A Time [SIBAP Fanfiction]
FantasyAnastasia de Alger Obelia, sang pewaris tahtah dari kerajaan Obelia. Sifatnya yang tegas, dingin dan berani, sang Tirani masa depan. Wanita kuat yang mengulangi waktunya hanya untuk melindungi adiknya Athanasia, sebagai rasa bersalahnya ia memikul b...