05 - Panggilan apa?

48 9 0
                                    

Setelah kejadian itu Athy demam, untung saja ada Lilian yang menanganinya, aku? Jujur saja terasa lemas tapi aku hanya perlu memaksakan diri untuk menemui bedebah, maksudku pak tua bangka, TIDAK! maksudku, Sang Raja yang memaksa untuk bertemu denganku setelah kejadian tadi siang, entahlah untuk apa tapi yang jelas Felix sudah disini untuk menjemput ku.

"Apa Tuan Putri Anastasia baik baik saja? Jika tidak biar saya sampaikan kepada Yang Mulia Raja untuk...

... Tidak usah ayo pergi" yah aku selalu memotong perkataan Felix. Bukannya tidak mau, tapi jika dia tau mungkin saja mood ya bisa turun dan dia bisa lebih berbahaya jika tidak dihargai permintaannya

Akhirnya kami sampai di tempat kerjanya, yang seperti biasa tercium bau kertas, tinta dan perkamen lama yang bertumpuk di lemari sana. Aku tau para maid sering membersihkan tempat ini malah menaruh beberapa pewangi ruangan tapi tetap saja bau aroma kertas itu sangat kental di ruangan ini.

"Salam hormat kami kembali, selamat malam Yang Mulia Raja" sambut Felix dihadapannya mewakili diriku yang hanya menunduk mengikuti Felix

Pria itu berhenti menulis, sorot matanya melirik kearahku "tempatkan dia di sini Felix!" Lalu tubuhku kembali terangkat dan duduk di kursi disamping meja kerjanya, setidaknya tolong jawab kembali salam dari Felix! "Dan keluarlah!" Sambungnya tentu masih pada Felix. Sang ksatria berdarah merah itu lantas menunduk dan meninggalkan ruangan ini dengan tata Krama, dia melirikku sangat tajam bahkan terasa menusuk "...berbahaya" ungkapnya tiba tiba

"Eh?"

"Sigh! Yang tadi kau lakukan itu berbahaya" ungkapnya lagi, apa maksudnya? Tadi? Memangnya aku melakukan apa? "Tiba tiba menyelam di danau itu untuk menyelamatkan adikmu itu berbahaya" oh tentang itu. Tunggu sebentar?! Dia mencemaskanku?! Tunggu!! Bagaimana dengan Athy!

"Saya tau, tapi daripada tidak menolong sama sekali" aku menatap matanya, dia tidak berkedip hanya menatap diriku kembali dengan sangat lekat

"Kau fikir aku tidak membantunya?"

"Begitulah kenyataannya Yang Mulia, kenapa anda tidak menolong ya?"tanyaku

"Karena aku tau kau akan menyelamatkannya" tadi bilang bahaya! Tapi dia tau aku akan meloncat?! Kenapa tidak di halangi?! Atau cepat cepat loncat menolong Athy?! Atau setidaknya berikan sihir ke tubuh Athy agar dia mengambang?! Malah terdiam seperti patung di dalam museum? Pria ini benar - benar tidak mempunyai pri-kebapak-an !.

"Benar Yang Mulia" tapi lagi lagi aku hanya mengalah, umurku belum cukup untuk cekcok dengan ya, siapa tau dia mengeluarkan sihir dan mencoba menyakitiku, siapa Taukan? Dia seorang tirani juga!.

*Dia hanya menatapku lekat dan kembali ke pekerjaannya*

"Maaf, kenapa anda memanggil saya kemari Yang Mulia?"

"... Untuk bocah 4 tahun, aku mengapresiasikan keteguhanmu untuk tetap menghormati ku" ungkapnya dengan dingin, tentulah aku langsung diam

"Terima kasih Yang Mul...

...BERHENTILAH MEMANGGILKU SEPERTI ITU?" aku tertegun kala melihat cahaya biru di matanya, dia amat marah? Bukannya dahulu pria ini sangat menyukai penghormatan untuk panggilan 'Yang Mulia' itu?! Lalu sekarang? Malah menolaknya

Lama terdiam, bukan tidak berani berkata, hanya saja aku bingung harus memanggilnya apa?! "...Felix antar dia kembali ! Dan... Aku harap besok kau tidak mengulangi semua kesalahanmu!" Aku menelan ludahku, panik? YA JELAS!

---

Pulangnya Felix menggendongku, sekuat tenaga aku menolak kesatria ini tetap saja memaksa, jadi mau tidak mau. Sepanjang jalan lorong yang besar ini aku hanya terdiam berfikir

"... Panggilan apa?"

"Iya tuan putri?" Ternyata Felix mendengarkan perkataan kecilku

"Yang Mulia, beliau bilang aku harus berhenti memanggilnya 'Yang Mulia' jadi aku harus memanggilnya apa?"

Aku melihat Felix sedikit menyunggingkan senyumannya lalu berkata "Tentu panggilan sama yang diutarakan oleh Tuan Putri Athanasia"

"Papa?"

"Benar tuan putri"

"Apa aku bisa?" Felix berhenti

"Kenapa tidak bisa?" Tanyanya

"Panggilan itu sangat memalukan" ungkapku

"Hahaha anda benar benar mirip Yang Mulia kala masih kecil" aku tertegun mendengarkan hal itu "beliau juga tidak memanggil ayahandanya dengan sebutan santai"

Ayahandanya Claude?! "Lalu ia memanggil apa ?"

"Dia selalu memanggil Yang Mulia jika dihadapan umum namun jika bertemu hanya berdua dia selalu memanggil ayahanda atau ayah" ungkap Felix memberikan jawaban

"Ayah yah? Mungkin aku bisa memanggilnya seperti itu, tapi apa Yang Mulia menyukainya?"

"Yang Mulia pasti menyukai apapun dari kedua tuan putri!"

Aku terdiam kembali tapi aku bisa merasakan tangan Felix mengelus rambutku dengan pelan

"Jangan khawatir, percayalah kepada saya. Beliau sangat menyayangi anda berdua, walaupun dengan sikapnya yang sedikit dingin" Felix tersenyum, membuat perasaanku sedikit lega dan tidak khawatir.

Tidak! Aku harus tetap berhati hati siapa tau pria itu berubah sewaktu waktu menjadi menyeramkan seperti kehidupanku dahulu
---

Need A Time [SIBAP Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang