001

1.6K 87 10
                                    


STAY PLEASE









Ssraakk!!
Plaakkk!!
Ssyyyuuhh!!

"Mampuss!" Umpatnya menyeringai jahat setelah berhasil membully teman sekolahnya. "Sudah. hari ini cukup sampai sini." Serunya menang dihadapan kedua teman bullynya itu. "Sampai ketemu besok anak miskin!" sungutnya penuh kebencian sambil melempar botol kosong yang isinya sudah ia tumpahkan pada siswa yang mereka bully.

Mereka bertiga berlalu dengan tersenyum kesenangan.

Siswa yang terkena bully hanya bisa menghela nafas.

Jennie side


"Tidak apa apa Jennie, kamu kuat. Bukankah ini yang selalu kau dapatkan setahun ini? Jangan pernah membencinya. Bagaimanapun dia adalah sahabatmu yang akan selalu kamu sayangi." Gumamku tersenyum sambil membersihkan kotoran yang ada di rambutku, hasil karya sahabatku.

"Sekarang pulang dan bersihkan dirimu. Huh." Aku menghela nafas lalu berjalan meninggalkan sekolahku.

Sampai di kos, aku segera membersihkan diri. Tidak lupa aku harus bekerja keras untuk menghilangkan bekas noda yang menempel pada seragamku. Untungnya seragam yang ku gunakan hari ini tidak berwarna putih. Aku sudah menggantinya di kamar mandi sebelum pembullyan berlangsung.

Aku tahu setiap sepulang sekolah, mereka akan menghalangi jalanku dan menyeretku. Membawaku ke belakang sekolah, lalu setelah itu mereka akan menghajarku habis habisan dengan segala bahan kotoran yang mereka hadiahkan untukku.

Mereka menyiapkan dengan matang segala perlengkapan untuk merundungku.

Tapi aku bersyukur temanku masih menyayangiku, pikirku. Karena ia tidak pernah, dia tidak memukuliku dengan benda keras atau semacamnya. Dia hanya mengguyurku dengan air yang baunya menyengat. Kadang telur yang sudah mereka sediakan dengan gayung, kadang air tomat bahkan terkadang mereka mengguyurkan air got yang entah dimana mereka mendapatkan itu. Ada banyak macam air yang baunya menyengat, mereka mengguyurkan itu kepadaku. Entah sampai kapan itu akan berlangsung.

Bukan tanpa alasan mereka melakukan itu kepadaku. Sahabatku, membenciku. Bahkan sangat membenciku setelah kejadian setahun yang lalu. Aku tidak melakukan apa yang mereka pikirkan itu. Aku menyayanginya, sangat!

Semuanya berubah setelah kejadian itu

Menyakitkan...

Dia berubah kepadaku, dia meragukanku. Dia tidak percaya kepadaku dan memilih membenciku.

Setelah selesai membersihkan diri. Aku segera keluar dari kos yang hampir tiga tahun aku tinggali itu. Setiap sepulang sekolah aku akan bekerja untuk membiayai sekolahku.

Karena aku tidak mungkin meminta pada ibuku lagi, sedangkan ibuku sedang tidak berdaya disana. Ibuku sakit, aku juga harus mengirimnya terkadang jika kecukupan. Ibu selalu kawatir padaku, karena aku belajar sambil bekerja. Kata ibuku itu akan mengganggu sekolahku, tapi aku meyakinkannya untuk tidak kawatir. Karena nilaiku masih terbilang tinggi meski bukan yang tertinggi. Tapi aku tetap bersyukur aku masih bisa melakukannya dengan baik, dengan membagi waktu antara belajar dan bekerja paru waktu.

Berbicara tentang ibuku. Aku sangat kawatir padanya, aku meninggalkannya demi cita citaku. Dia sendirian di rumah kami yang ada di kampung. Namun ibu masih menyemangatiku agar segera sukses dan cepat pulang kerumah kami.

Ibuku disana bersama dengan adiknya, sedangkan ayahku meninggal saat aku masih kecil. Aku bersyukur karena mereka menyayangi ibuku, membantu memenuhi kebutuhan ibuku.










M I A N H A ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang