004

514 50 4
                                    

01 12 23











"Jadi bagaimana Ji, Jen, mau ikut kami jalan jalan?" Tanya Irene. Kami sedang kumpul di kantin. Tidak hanya kami bertiga, melainkan ada teman teman Seniorku itu yang ikut bergabung.

Aku menoleh kearah Jisoo, dia mengangguk setuju. "Baiklah kita ikut. Beri kami alamatnya dan kami akan menyusul kalian nanti." Sahut Jisoo tenang. Aku tersenyum masam. Aku merasa miris, karena setiap kali ada perkumpulan seperti ini, aku akan selalu menolak dengan berbagai alasan.

Namun hanya Jisoo yang tahu alasan yang pasti, mengapa aku menolak ajakan teman temanku itu. Jisoo sangat tahu kekuranganku pada materi. Dia tidak mengeluh dan mempermasalahkannya jika harus membayarku setiap kali kami keluar. Aku terkadang merasa kalau aku berteman dengan Jisoo semata mata hanya karena uangnya, seperti memoroti gadis itu. Sungguh miris sekali hidupku.

"Jen?"

"Jennie?"

"Kim Jennie?" Aku tersentak sampai ingin meloncat karena terkejut mendengar suara Jisoo disampingku. "Kau kenapa malah melamun sih?" Tanya Jisoo heran. Aku tersenyum canggung dan menggelengkan kepalaku.

Irene memegang pundakku, namun dengan cepat Jisoo menghempas tangan itu dari pundakku.

"Ya!" Teriak Irene menatap tajam Jisoo. Aku meringis karena telingaku tepat dengan mulutnya itu. Inginku tampar mulutnya Irene ini.

"Kalau bicara ya bicara saja tidak perlu menyentuhnya." Ketus Jiisoo menekan ucapannya.

"Dasar posesif, pacar juga bukan, mengatur!" Irene menggerutu.

Jisoo melototi Senior itu. Sedangkan orang orang ada di hadapan kami hanya menggelengkan kepala melihat pertunjukkan didepannya.

"Kau juga, sudah punya pacar, dihadapanmu pula, kenapa malah seenakmu menyentuh Jennieku? Kau tidak malu huh?"

"Aish anak itu benar benar membuatku kesal. Jen, Bagaimana kau bisa betah berteman dengannya sih, bahkan nenek lampir lebih baik dari dia." Keluhnya padaku. aku menoleh kesamping lain, Aku menepuk tangannya di atas meja. Inginku tertawa atas ucapannya, yang dikatakannya mungkin bisa di benarkan.

"Jadi Jen kau belum punya pacar?" Tanya Sunbae Eunseo. Aku menoleh kearahnya, begitu juga yang lainnya menatapku penasaran.

Aku menggeleng dan tersenyum.

"Kenapa Jen, bukankah kau menawan? Tidak mungkin tidak ada yang menyukaimu kan?" Tanya Sunbae Suho

"Aku hanya belum mau pacaran sunbaenim, aku ingin fokus pada pelajaranku dulu."

"Waaahh.. Jennie memang mantap. Setuju Jen." Sunbae Irene berseru seraya bertepuk tangan. Dia tidak malu dengan kekasihnya dengan bertindak seperti itu.

"Apa ada gadis yang kau sukai, Jen?" Tanya Wendy membuatku berhenti makan. Jisoo dan lainnya menatapku lagi.

"Tidak sunbaenim."

"Lalu Jisoo bagaimana Jen? Bukankah kalian dekat?" Tanya wendy semakin ingin tahu.

"Hei.. tidak mungkin Jennie menyukai kelinci itu yah, Serem begitu!" Sahut Sunbae Irene.

Oke dia cari mati! Benar saja baru aku berpikir, Jisoo sudah memberi tatapan tajamnya pada Irene, bahkan tangannya sudah mengudara siap menghajar Irene namun dia tahan.

Semua seniorku yang ada di meja ku tertawa melihat kejadian tersebut. Seperti ada pertunjukkan lawak yang menyenangkan.

"Cari masalah kau, Rene." Kata Wendy lalu kembali tertawa.

M I A N H A ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang