007

357 24 8
                                    

Jisooside_

Lama sekali Jennie didalam kamar mandi? Apa yang dia lakukan didalam? Aku tidak merasakan kasur itu bergeser apalagi bunyi, jika memang dia sudah keluar sejak tadi. Aku memutuskan untuk berbalik. Aku menangkapnya tengah berbaring di atas sofa, dan melamun? Ku lihat dia menghapus air matanya. Apa dia menangis sekarang? Apa yang sedang dia tangisi? Apa dia memikirkan persahabatan kami?

Aku tidak peduli. Aku lebih baik tidur saja dan mengabaikan kehadirannya. Aku berusaha menutup mataku, tapi entah kenapa aku jadi tidak bisa tidur. Aku memaksakan diri agar tertidur, aku membalikkan lagi tubuhku membelakanginya, namun aku tidak bisa tidur juga. Apa karena cahaya yang masih menyala sebab tidurku tidak nyenyak. Aku tertentang dan menatap Jennie yang masih melamun.

"Bisa kau matikan lampunya dan segera tidur? Aku tidak bisa tidur jika lampunya masih menyala!" Ketusku menatapnya. Dia terkejut dan dengan cepat menghapus air matanya. Dia terduduk. Aku bisa melihat bahwa matanya memerah. Dan benar saja dia pasti menangis.

"Maaf." Katanya lalu mematikan lampu. Saat lampu mati, aku enggan menutup mata. Aku ingin melihat apa yang dia lakukan selanjutnya.

Aku mendengar helaan nafasnya, dia kembali berbaring disofa dengan terlentang. Lagi lagi dia melihat ke atas dan melamun. Beberapa menit dia membelakangiku. Aku menatap punggung itu di tengah kegelapan.

Sebenarnya aku sangat merindukannya, tapi kemarahanku masih tercetak jelas dalam ingatanku. Kejadian itu masih ku rasakan sampai hari ini bagaimana dia berniat merebut cintaku. Meskipun aku tidak memiliki hubungan dengannya sejak dia lulus, karena banyaknya alasan yang dia berikan dan akhirnya mau tidak mau kami pun putus. Aku sudah menerimanya. Aku sudah bisa melepasnya pergi, dan menghilangkan cintaku.

Setelah aku putus dari Haein, hariku kembali buram. Aku sangat membencinya. Apalagi sekarang Jennie memiliki teman baru dan sangat menyayanginya saat ini. Anak pindahan entah datang dari mana dan langsung menawarkan diri menjadi teman Jennie.

Jennie menerima dan mereka menjadi dekat hingga sekarang. Aku tidak ingin Jennie memiliki teman selain aku. Aku tidak suka ketika gadis itu dekat dekat dengan Jennie, ingin sekali aku melenyapkan perempuan itu.









Aku terbangun, aku rasa sudah pagi dan sudah saatnya untuk sekolah. Aku membuka mataku, tidak ada Jennie disana. Aku mencari ke semua ruangan dikamar, namun Jennie tidak disana. Bahkan di kamar mandi. Apa aku bermimpi, Jennie bermalam dirumahku dan tidur di kamarku semalam? Tapi semua itu terasa sangat nyata.

Tidak ingin menjadi stres, aku memutuskan untuk mandi dan pergi ke sekolah. Setelah selesai dan rapi rapi, aku turun. Hanya ada eomma dan appa disana. Jadi kejadian itu benar benar mimpi belaka. Bahkan Sean juga tidak ada disana. Aku menghela nafas panjang lalu mendekati mereka.

"Pagi eomma, appa."

"Pagi sayang." Sahut eomma dan appa samaan. Kami makan dalam diam. Sampai aku dan appa telah selesai makan. Setelah berpamitan, aku dan appa meninggalkan rumah.

"Mau appa antar?"

"Tidak appa, aku mau bawa mobil sendiri. Dan aku bukan anak kecil yah." Appa tertawa kecil seraya mengacak rambut indahku yang sudah ku tata dengan rapi. "Appa!" Teriakku saat tangannya berhasil menjahiliku. Ku lihat appa semakin terbahak melihat wajah kesalku

"Kau menyebalkan appa!" Ketusku lalu ke mobilku dan meninggalkan rumah

Sampai disekolah, aku melewati gerbang dan masuk dengan mobil mewahku dan berhenti di tempat parkir yang sudah disiapkan. Saat turun dari mobil,  kedua temanku menungguku dengan semangat.

"Bona, Yuri?"

"Hai Ji. Kau sudah datang."  Mereka menyapaku semangat. Sedangkan aku hanya menatap mereka tanpa minat. Aku tidak tertarik dengan mereka, tapi mau bagaimana lagi?

M I A N H A ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang