XVIII

2K 130 6
                                    

Warning : This story contains descriptions of violence. Readers have been warned.

Kedua polisi itu akhirnya sampai di sebuah titik lokasi yang mereka cari, tentu mereka menghentikan mobilnya cukup kejauhan dari tempat tersebut. Mereka dapat melihat bahwa tempat itu adalah sebuah gudang yang sangat luas dan berada di tempat yang cukup terpencil.

"P', aku rasa ini memang lokasinya." Polisi wanita itu menunjukkan komputer portabelnya untuk meyakinkan seniornya bahwa mereka telah sampai di tempat yang mereka tuju.

"Sepertinya kau benar, ini memang tempatnya. Kita harus bersiap." Ucap polisi itu sambil menyiapkan senjatanya yang sudah dipasangkan oleh sebuah silencer, dan ia sudah yakin jika ia sudah mengisi penuh amunisi dari pistolnya.

"Kita harus berhati-hati P', penjagaannya cukup ketat." Polisi wanita itu nampak sedikit ragu, apakah tindakan mereka saat ini bisa berjalan dengan baik?.

"Ya, tapi kemungkinan ada tempat yang kita bisa menyusup ke dalam sana."

"Kau lihat sebelah sana?." Polisi itu menunjukkan arah dimana gudang itu sedikit sepi penjagaannya. Karena hanya pintu depan yang cukup ketat penjagaannya dan polisi wanita itu nampak memperhatikan tempat yang seniornya tunjuk.

"Kita masuk lewat sana." Ucapnya lagi sambil menatap rekan kerjanya itu.

"Sepertinya memang akan sedikit memakan waktu, tapi kita harus mencoba." Ia membuka pintu mobilnya dan tentu polisi wanita itu mengikuti apa yang seniornya lakukan setelah ia mempersiapkan senjatanya dengan amunisi penuh.

_____________

Baku tembak antar dua kelompok mafia itu tidak bisa terelekkan, kedatangan kelompok mafia yang dipimpin oleh Force tentu mendapatkan sambutan dari kelompok yang dipimpin oleh Mile yang berupa serangan.

Kelompok mafia Force yang berjumlah banyak seakan melindungi tuannnya, mereka terus menerus menembakkan pelurunya ke arah musuh seakan tidak memberi kesempatan menembak untuk kelompok musuh.

Mereka sangat cepat dan sangat terlatih, tidak ada peluru yang tidak tepat sasaran sehingga membuat kelompok musuh yang berjaga semakin berkurang.

Tak lama kemudian, fokus mereka teralihkan pada suara tepuk tangan dan tawa yang sangat keras dan tentu itu adalah Mile, rivalnya. Ia didampingi beberapa anak buahnya. Seluruh anak buah Force menodongkan senjatanya ke arahnya, begitu pula dengan anak buah Mile yang membalas untuk menodongkan senjatanya ke arah Force. Mile semakin tertawa saat melihat anak buahnya yang telah tewas oleh kelompok Force.

Raut wajah Force tak bisa disembunyikan, ketua mafia itu terlihat sangat marah. Ia nampak sudah tidak tahan untuk melampiaskan amarahnya. Ia sangat membenci akan apa yang dinamakan pengkhianatan dan juga seseorang yang disebut sebagai perampas apa saja yang menjadi miliknya. Ia menatap Mile dengan tatapannya yang sangat tajam.

"Halo Force, seperti biasa kau tidak pernah merasa gentar sedikitpun." Ucapnya dan ia terlihat sedang mengejek.

"Brengsek!!. Aku akan membunuhmu!!." Force mengepalkan tangannya hingga kuku jemarinya menusuk tangannya. Ia benar-benar sudah tidak bisa membendung amarahnya. Mile kembali tertawa setelah mendengar ucapan Force yang akan membunuhnya.

"Kalau kau membunuhku sekarang, tawananmu juga akan mati sekarang. Bagaimana?." Force terdiam disaat Mile menyebutkan tawanannya.

"Sepertinya tawananmu adalah kelemahanmu. Bagaimana ya.. Ternyata dia sangat cantik. Jadi aku mengerti." Mile menyeringai sambil menatap Force.

"Dia cantik, kulitnya mulus apalagi dia sedang hamil, membuat dirinya semakin sexy. Ohhh... Membayangkannya pun membuat hasratku bergejolak."

"Tadi juga aku sempat menyentuhnya, dan apa kau tahu?. Dia mendesah karena sentuhanku."

The WitnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang