XXI

1.9K 129 4
                                    

Mile berjalan dengan tertatih, ledakan dari granat itu sempat mengenai kakinya. Kini kakinya terluka dan berdarah.

"Brengsek!!." Ia mengumpat, apalagi saat melihat di setiap koridor banyak sekali jasad anak buahnya yang bergelimpangan.

Hingga akhirnya, ia masuk ke dalam ruangan. Ruangan khusus minim penerangan yang dimana disana terdapat meja operasi dan alat-alat kedokteran lainnya.

"Kau terlihat menyedihkan Mile." Suara seseorang membuat Mile menolehkan kepalanya dan ia menodongkan pistolnya ke arah sumber suara tersebut.

"Bright." Ucapnya, ia kembali menurunkan senjatanya dan menghampiri Bright.

"Sialan, kau tertangkap?!." Tanya Mile pada Bright yang saat ini sedang dalam keadaan di borgol.

"Sayangnya iya. Aku tertangkap, seorang pria sempat mengancamku dan sepertinya dia membawa tawanan Force." Ucapnya lagi menjelaskan, bahkan ia masih merasa sakit di kepalanya karena pukulan tersebut.

"Brengsek!!. Apa kau bodoh?!." Mile mencengkeram kerah kemeja Bright dan Bright menyunggingkan senyumnya.

"Kau lebih idiot dariku sialan!!." Balas Bright tidak ingin kalah, menurutnya Mile sama saja dengan dirinya apalagi Mile mendapatkan luka di kakinya.

Mile menggertakkan giginya, padahal ia sudah merasakan kemenangan namun saat ini ia merasakan kekalahannya kembali.

"Hei brengsek!. Apa kau punya rencana?!." Mile melepaskan tangannya dari kemeja Bright, ia berharap jika Bright memiliki rencana untuk saat ini.

"Ya, tapi aku minta kau lepaskan borgol ini terlebih dahulu." Pintanya lalu Mile mengarahkan pistolnya dari kejauhan, ia membidik rantai borgol tersebut hingga akhirnya borgol itu hancur dan terlepas dari tangan Bright.

Bright merasa terbebas, ia berdiri dari duduknya.

"Bright, ku harap kau benar-benar memiliki rencana saat ini. Kalau tidak, aku akan membunuhmu karena kau tidak berguna." Mereka saling menatap dengan tajam, sepertinya kepercayaan diantara mereka telah hancur satu sama lain.

______________

Force menembakkan pelurunya, dan ia melakukannya bersama Off dan juga Nonnie. Musuh semakin berdatangan, dan Force melihat jika mereka adalah anak buah dari Jimmy. Kedatangan anak buah Jimmy semakin bertambah, karena kelompok mafia yang dipimpin oleh Jimmy sangatlah besar. Ia tak hanya memiliki kelompok di Macau namun juga di Thailand, itu karena ayah dari Jimmy yang mengelolanya.

"Sial, mereka tidak habis-habis." Nonnie mengumpat, apalagi amunisinya semakin berkurang.

"Tuan, sebaiknya anda lari." Ucap Off pada Force, ia selalu ingin melindungi tuannya.

Force menyanggupi keinginan Off. Dengan dilindungi Off, Force melarikan diri untuk berlindung.

____________

Earth menuntun Book untuk lari dari persembunyian tersebut, ia tidak menyangka jika musuh akan semakin bertambah. Ia menembakkan pistolnya sambil melindungi Book. Kondisi Book yang sedang hamil membuat kendala untuk Book. Ia tidak bisa lari dengan cepat.

"Book, kau harus tetap berlindung." Ucap Earth sambil terus menembakkan pistolnya.

Hingga akhirnya mereka sembunyi kembali. Book mendudukkan dirinya sambil mengatur nafasnya. Earth masih terus menembakkan pistolnya, ia tidak membiarkan musuhnya mendekat ke arah persembunyian mereka.

Book kembali merasakan sakit di perutnya, perutnya kembali mengencang.

Book mendesah karena sakit, dan Earth mengkhawatirkan dirinya.

The WitnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang