XXII

1.9K 140 2
                                    

Force menatap Earth yang saat ini duduk di hadapannya, setelah sekian lama akhirnya mereka dapat bertemu lebih dekat seperti ini.

Saat ini mereka berada di sebuah ruangan interogasi. Di dalam ruangan tersebut hanya ada mereka berdua dengan keadaan Force yang sedang diborgol. Earth nampaknya bersiap untuk menginterogasi ketua mafia sekaligus adiknya tersebut.

"Sepertinya kau senang karena akhirnya kau bisa menangkapku." Force memulai pembicaraannya dan Earth menatap adiknya itu yang seolah sedang menguji dirinya.

"Aku hanya ingin kau mendapatkan hukuman yang layak, kejahatanmu sudah melampaui batas." Jawab Earth dan Force menyunggingkan senyumnya.

"Padahal dulu kau bilang jika kau selalu akan melindungiku, apa kau ingat saat aku berurusan dengan tindak kriminal?. Kau selalu melindungiku dan membebaskanku." Force mengucapkan masa lalu diantara mereka, ia mengucapkannya seolah tindakan kriminal yang pernah ia lakukan bukanlah suatu kesalahan.

"Aku tahu, tapi itu dulu. Dan sekarang, kau harus di adili karena kejahatanmu."

Force mencondongkan tubuhnya, ia menaruh lengannya yang di borgol di sebuah meja yang terbuat dari baja.

"Aku rasa kau masih dendam akan kematian ayah dan ibu."

"Kau yang selalu dibanggakan oleh mereka. Berbeda denganku, mereka semua membenciku. Bahkan ibuku yang sangat aku sayangi, ia membenciku setelah adanya keberadaanmu!." Force mengucapkannya dengan penuh penekanan, hal itu menandakan jika ia memiliki luka di hatinya yang sangat dalam. Earth membiarkan adiknya itu mengatakan semuanya padanya.

"Ibuku sangat membenciku, ia selalu menyiksaku meskipun aku tidak melakukan kesalahan!. Aku yang selalu menganggap dirinya sebagai malaikat namun ia berubah menjadi seorang iblis yang selalu menyiksa putranya!."

"Dan apa kau tahu?. Saat aku selalu membelanya karena semua orang mengatakan bahwa dia pelacur. Namun, ibu selalu marah padaku seolah aku yang selalu jahat disini, dan apa kau ingat saat ia hampir membunuhku?!!." Tanpa sadar Force menitikkan air matanya, dapat dipastikan jika luka itu benar-benar menyakitkan.

"Lalu kenapa?!!!. Kenapa jika aku membunuh iblis itu aku bersalah?!!!." Force menggebrak mejanya sambil berdiri dari duduknya hingga membuat kursinya terjatuh.

Nonnie yang menyaksikannya dari luar ruangan interogasi bersiap untuk membantu Earth jikalau Force bertindak abusive namun anggota polisi yang lain menahannya.

Earth menatap Force sambil tetap terdiam, ia sangat paham akan apa yang dirasakan adiknya itu.

"Sebelumnya, aku meminta maaf padamu." Terdapat ketulusan dalam permintaan maaf Earth pada adiknya itu.

"Kau tidak bersalah, memang ibu yang bersalah."

"Tapi, asal kau tahu jika ibu sebenarnya sangat menyayangimu. Ia hanya tidak ingin kehilangan ayah. Ia selalu ingin terlihat sempurna di hadapan ayah. Ia hanya menginginkan sesosok pria yang bisa melindunginya karena ia merasakan trauma akan penyiksaan ayahmu." Force terdiam, karena itu memang benar jika ayah kandungnya selalu menyiksa ibunya.

"Tapi tindakanmu tidak dibenarkan, jika kau sakit hati karena ibu, tidak seharusnya kau menghilangkan nyawanya."

"Kau hanya terlarut akan rasa sakitmu, aku sangat tahu dirimu yang sebenarnya. Kau memiliki hati yang murni, karena itu aku selalu melindungimu. Aku menyayangimu sebagai kakak."

Ucapan Earth membuat Force merasakan tenang perlahan, ia kembali duduk di kursinya setelah ia membetulkan kursinya yang sempat terjatuh.

"Tapi.. Untuk sekarang maafkan aku yang menginginkanmu untuk berurusan dengan hukum. Karena kau telah banyak merebut hak orang lain." Earth menjelaskan semuanya, dan hal yang ia maksud adalah kematian dari para korban yang ada di tangan Force selain bisnis Force yang terlarang. Tatapan Force meredup, ia hanya terdiam di saat kakaknya mengingatkan atas kejahatan dirinya.

The WitnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang